Syukurlah semuanya berakhir dengan damai.
Yah, sekalipun aku rasa kurang greget di beberapa bagian karena tidak ada aksi seru kayak di film, aku senang semuanya sudah selesai.
Namjoon sudah resmi jadi tahanan penjara karena semua kelakuannya. Belakangan aku tahu bahwa dia menginginkan liontin itu untuk dijual demi mendapatkan uang banyak. Untuk apa uangnya, aku juga kurang tahu pasti, tapi yang penting dia sudah melakukan kejahatan dan harus mendapatkan hukuman yang setimpal.
Untuk pertama kalinya, aku mendengar Jinki berbicara panjang lebar. Dia menceritakan semuanya, mulai dari saat dia mengetahui apa yang sudah Namjoon lakukan terhadap rekan sesama asisten rumah tangganya dan juga saat Namjoon mengancamnya. Jinki menceritakan semuanya dan hampir menangis--dan yang paling membuatku kaget adalah saat Amber memeluknya untuk menenangkannya.
Ternyata, cewek sangar itu bisa suka sama cowok seculun Jinki.
Si nenek sihir memberikan kesempatan sekali lagi kepada Seulgi untuk bekerja di rumahnya, meskipun awalnya dia mengatakan dengan keras bahwa Seulgi dipecat akibat perbuatannya. Barulah, setelah mendengar cerita Seulgi tentang ibunya yang sakit dan membutuhkan uang untuk berobat, hati si nenek sihir jadi terketuk lalu akhirnya memberikan Seulgi kesempatan kedua.
Aku jadi kasihan melihat cewek itu.
Seperti yang pernah aku ungkit sebelumnya, sekalipun kadang kakakku itu terlihat menyebalkan dan rasanya aku bisa memotong lehernya kapan saja, aku tetap memperhatikan keadaannya. Aku berjengit ngeri saat melihat memar di perutnya yang kotak-kotak itu gara-gara tendangan Namjoon, tapi Donghae tetap menjawab dengan wajah sombong luar biasa bahwa dia baik-baik saja.
"Aku nggak apa-apa adikku, serius."
"Nggak perlu di bawa ke rumah sakit?"
"Nggak." Donghae menggeleng kemudian memberikanku sebuah kedipan mata yang menjijikan.
"Ewh, terserah deh." balasku, sementara kakakku hanya tertawa lalu mengacak-acak rambutku.
"Makasih udah perhatian." kata Donghae, yang hanya kubalas dengan mengerlingkan mataku. "Ngomong-ngomong, berhubung kasusnya sudah selesai, sekarang kita ngapain?"
"Bantuin Bora." jawabku. "Masa lupa?"
"Oh iya." Donghae menganggukkan kepalanya kemudian terkekeh pelan. "Cewek seksi itu belum cerita apa-apa sama aku."
"Nanti juga cerita mungkin."
"Sebelum itu, kita cari motel dulu yuk. Istirahat sehari, aku butuh tidur. Yang banyak." Donghae menguap, kemudian menutup bagasi Civic. Kami baru saja selesai membereskan barang bawaan kami--menata ulang, tepatnya, karena bagasi Civic selalu terlihat berantakan selama ini.
"Yup, aku juga perlu mandi. Kita sudah seharian nggak mandi." kataku, sambil mencium bau badanku sendiri. Sebenarnya kami bisa sih, numpang mandi dan tidur di rumahnya Yoona. Toh, orangtuanya juga sudah menawarkan kami untuk menginap sehari lagi sebagai bentuk terima kasih, tapi Donghae dan aku sudah sepakat untuk tidak mengulur waktu lagi dan segera pergi dari rumah ini.
Selesai dengan membereskan bagasi Civic, kami kembali masuk kedalam rumah kemudian berjalan menuju dapur belakang yang sekarang lebih sering ditempati dibandingkan ruangan lain di rumah ini. Sebagai kejutan lagi, si nenek sihir juga ikut berkumpul bersama yang lainnya, terlihat sudah mulai melunak dibandingkan saat pertama kali aku bertemu dengannya.
Baguslah, akhirnya dia sadar juga.
Ibunya Yoona menyambut kami dengan hangat. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi pas, jadi sudah waktunya sarapan. Jinki memasak sup krim hangat ter-enak yang pernah kumakan sebagai sarapan kami semua, dan ternyata, masakannya jauh lebih enak dari masakan Namjoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Diadem
FanficDonghae dan Yuri menyelidiki kasus hilangnya sebuah kalung bernilai milyaran. Akan tetapi, mereka bukan satu-satunya orang yang mencari kalung itu. Ada pihak lain yang menginginkan kalung itu demi uang, dan mereka tidak segan-segan untuk membunuh si...