02: øf her and the rapture

16.4K 1.4K 126
                                    

"And it's all fun and games, 'til somebody falls in love..."

Melanie Martinez - Carousel

🎠🎠🎠

"Lo apa-apaan sih, Nik? Sepatu kok ada hologramnya gitu macem kartu voucher pulsa," komentar Arizona sembari memandangi sepasang slip-on loafers berwarna hitam dengan ujung hologram yang dikenakan Nikki. Arizona pun menyenggol lengan Farid yang sedang fokus membaca komik Bleach miliknya. "Rid, lo punya koin? Minta digosok banget sepatunya si Nikki, nih."

Farid justru menoleh menatap wajah Nikki―dan bukan sepatunya-lalu menggumam, "Duduk, Nik."

Setelah menduduki kursi yang ada di sebelah Farid dan berhadapan dengan Arizona, Nikki mendengus sinis. "Ini lagi in, tau."

Mata cokelat gelap Nikki beralih menatap Farid, menyadari ada perbedaan dalam diri laki-laki bernama lengkap Farid Wardhana tersebut. Penyuka film hitam-putih dan komik―seperti Arizona-itu merupakan satu-satunya sepupu yang dimiliki Nikki dari pihak ibunya. Mereka juga pergi ke sekolah yang sama dan sama-sama baru duduk di bangku kelas 12.

"Rambut baru, Rid?" tanya Nikki, mengingat ini kali pertama ia melihat Farid tidak berambut cepak setelah libur panjang kenaikan kelas kemarin. Sebab Farid menghabiskan masa liburannya di Lombok dan Kepulauan Flores bersama teman-temannya yang lain, termasuk Arizona.

Menutup komiknya ketika ada sebuah notifikasi pesan masuk di ponsel, Farid pun segera membalas pesan tersebut sembari menanggapi ucapan Nikki, "Nggak baru, kok. Ini masih rambut gue."

"Rambut apa cita-cita? Tinggi amat jambulnya," kata Nikki sambil terkekeh sendiri saat menyelesaikan ucapannya.

Farid langsung mengacungkan ibu jarinya tanpa menatap gadis di sebelahnya. "Iya, biar cita-cita gue cepet terwujud."

Nikki memutar kedua bola matanya sambil tersenyum geli.

"Tumben lama. Biasanya, tiap janjian lo selalu jadi orang pertama yang dateng duluan," ujar Arizona sewaktu Nikki mengeluarkan setangkai permen dari dalam sling bag-nya.

"Iya, tadi Mang Ujang lagi mangkas rumput belakang rumah, jadinya lama, deh," sahut Nikki sambil membuka bungkus permennya dan mengulumnya.

Farid melirik Nikki sekilas sebelum kembali menatap ponselnya. "Apa hubungannya?"

"Nikki suka cium bau rumput habis dipangkas, jadi dia nungguin Mang Ujang mangkas rumput dulu." Arizona mencoba menjelaskan maksud perkataan Nikki, namun sejenak kemudian ia tersadar akan sesuatu. "Kok, malah lebih tau gue dibanding elo, sih? Lo kan sepupunya."

Farid tertawa. "Jelas aja. Gue kan nggak punya daftar catatan apa yang Nikki sukai dan nggak sukai kayak lo."

Nikki mencondongkan tubuhnya dan menepuk bahu Arizona dengan bangga. "Jonandar emang fans nomor satu gue! Lanjutkan, ya!"

Arizona menarik napas sebanyak-banyaknya dan mengembuskannya keras-keras. Ia pun hanya mampu menggelengkan kepalanya setelahnya.

"Betewe, lo ngapain ngajak Farid? Katanya mau nonton berdua doang?" desak Nikki, ada nada kecewa dalam suaranya.

"Iya, emang berdua doang. Farid kebetulan aja lagi nyari komik baru di sini," ungkap Arizona.

Farid membuat gesture untuk menenangkan Nikki. "Gue juga nggak mau ganggu acara kencan kalian, kok. Tenang aja, Nik."

Serta-merta Arizona menyentak, "Kencan nenek lo!"

"Nenek gue dua-duanya udah meninggal, Nyet," papar Farid, membuat Arizona melotot kaget dan terlihat menyesali ucapannya. Nikki diam-diam menahan senyumnya.

IntertwineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang