01: øf him and the spøtlight

22.9K 2K 223
                                    

"I believe people love those who are
similar to them,
so there's no chance that my heart
will beat fast..."

Hyukoh - 위잉위잉 (Wi Ing Wi Ing)

🎠🎠🎠

Nikki melipat kedua tangannya di atas meja Farid, teman sebangku Arizona yang belum datang, dan menenggelamkan wajahnya di sana.

"Jona, gue yakin deh pasti hari ini banyak guru yang nggak masuk," gumamnya tak jelas. Suaranya terdengar samar di telinga Arizona yang hanya bisa tersenyum memandangi polah Nikki seraya menopang dagunya.

"Lesu amat, sih. Ayo, ayo, semangat! Ini hari pertama sekolah."

Nikki menoleh dan merebahkan kepalanya di atas meja. Ia pun mendongak menatap Arizona. "Laper. Belom makan."

"Bunda nggak masak?"

Nikki memasang wajah cemberutnya. "Nikki dimarahin Bunda tadi pagi... terus, berantem, deh."

Arizona mengerutkan dahinya. "Lo bikin Bunda kesel terus, sih. Apa lagi kali ini? Nyuri mangga pohon tetangga? Ngompol di kasur?"

Dengan laser mematikannya, Nikki memicingkan matanya menatap Arizona yang masih tersenyum bodoh dan ia pun menendang pelan kaki laki-laki itu di bawah meja. Pelan, tetapi cukup membuat Arizona meringis kesakitan.

"Nggak lucu!" omel Nikki yang kemudian menegakkan punggungnya dan menyilangkan kedua tangannya di dada. "Jona bisanya bikin gue tambah bete!"

Arizona lantas tertawa sembari mengacak-acak rambut Nikki. "Ya udah, nanti pas istirahat gue temenin makan. Jangan sekarang, bentar lagi masuk soalnya."

Nikki mencibir.

"Hoi, Arizona!" sapa seorang perempuan berambut cokelat gelap sebahu. Ia melenggang masuk ke dalam kelas Arizona dengan wajah super cerah, setidaknya sampai ia melihat Nikki―yang dalam hati menggerutu sendiri kenapa ia terpaksa harus melihat sosok gadis itu di saat hari masih sangat pagi begini.

Arizona melambaikan tangannya ringan pada Clara, nama gadis itu. "Gimana liburan lo, Clar? Seru pastinya."

"Iya, dong, jelas!" Clara kemudian melirik Nikki sekilas, nampak tak nyaman juga dengan keberadaan gadis itu di dekatnya. Ia pun beralih ke Arizona lagi. "Oiya, nih, oleh-olehnya. Nggak usah nagihin gue lagi, ya."

"Sip, Clara emang yang terbaik!" Arizona mengacungkan ibu jarinya sambil tersenyum sumringah menatap tas karton berisi beberapa kotak cokelat yang berasal dari Belgia tersebut. "Thanks, ya."

Clara mengangguk kecil. Selama beberapa detik, tatapan matanya bersibobrok dengan mata Nikki yang berbentuk bulan sabit. Hingga Nikki membuang mukanya lebih dulu.

Clara mendesah pendek. "Gue balik ke kelas, deh," katanya pada Arizona. "Nanti pulang bareng, ya, Zon."

Arizona mengangguk mengiyakan.

"Asyiknyaaa, dapet cokelat gratis," sindir Nikki selepas kepergian Clara.

"Mau, ya? Kasihan yang nggak kebagian," goda Arizona jahil.

Nikki yang paling tidak bisa tahan menerima ledekkan Arizona pun langsung menampik, "Gue juga nggak ngarep-ngarep amat, kok!"

Kali ini, giliran Arizona yang mencibir mendengar perkataan Nikki.

Selanjutnya, Nikki mulai mengobservasi area di sekitarnya dulu sebelum berujar lagi, "Eh, Jon, ngomong-ngomong... dia lagi deket sama cowok, ya?"

Arizona hanya mengangkat bahunya. "Lo kan sahabatnya. Harusnya lo yang lebih tau, dong," sindirnya tajam.

Nikki mendecak sebal. Bukan itu jawaban yang diharapkannya dari Arizona. Ia pun menyahut lagi, "Iya, dulu. Sebelum negara api menyerang."

Arizona bergidik ngeri-ia pun buru-buru menggelengkan kepalanya tak habis pikir. "Kenapa pake berantem segala, sih? Kayak anak kecil aja. Kalo berantem dan nggak baikkan lewat dari tiga hari aja dosa, apalagi kalian... sampe enam puluh hari."

"Siapa lo? Malaikat 'Atid yang nyatet dosa-dosa gue?" balas Nikki pedas.

Arizona menautkan kedua alis matanya galak. "Hush! Kalo diingetin hal yang bener itu harusnya langsung dijadiin cerminan diri, lalu diperbaiki dan diterapkan, bukannya malah sok merasa masih paling bener."

Nikki memanyunkan bibirnya. "Habisnya, lo rese! Kalo nggak tau akar permasalahannya itu apa, mending diem aja, deh."

Arizona memutar kedua bola matanya. "Ya udahlah, baikkan aja apa susahnya. Dasar kepala batu."

"Emang Nikki kepala batu, kok," cetus Nikki asal. "Masalah buat lo?"

Lagi-lagi, Arizona hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Kemudian, Nikki mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan, terlihat seperti sedang mencaru sesuatu. Lalu, ia mencuil lengan Arizona dan bertanya, "Hari ini Dika bolos, ya?"

"Mana gue tau," respons laki-laki itu cuek sembari mengeluarkan laptop-nya dari dalam tas.

Nikki mendecih, otaknya membuat catatan mental bahwa jika ia ingin bertanya sesuatu pada Arizona, ia hanya bisa menanyakan hal-hal yang memang ada sangkut-pautnya dengan laki-laki yang tidak pernah suka ikut campur dengan urusan orang lain tersebut.

Arizona memang merupakan tipe laki-laki yang paling benci membicarakan orang lain di belakang, terutama bergosip. Tentu saja selalu ada pengecualiannya: kalau orang yang dibicarakannya itu ada kaitannya dengan dirinya; seperti Clara tadi yang juga merupakan sahabat dekatnya, sama seperti Nikki. Dan, mereka berdua sekarang sedang terlibat perang besar yang sampai-sampai mampu memutuskan komunikasi dua arah yang terjalin di antara keduanya selama ini. Apa penyebabnya? Itu juga masih menjadi misteri bagi Arizona.

Jadi, bukan tanpa alasan Arizona kerap menegur Nikki untuk secepatnya berdamai dengan Clara. Sebab dua perempuan itu menempatkannya pada posisi yang tidak nyaman dalam lingkaran persahabatan mereka. Arizona benar-benar berharap mereka bertiga bisa kembali seperti sediakala lagi.

"Speak of the devil," gumam Nikki, membuat Arizona mengikuti arah pandangnya dan melihat sosok laki-laki bertubuh tegap yang tak lain dan tak bukan adalah Dika, yang sempat mereka bicarakan tadi, sudah tiba di kelas dengan sambutan heboh dari para fans fanatiknya. Literally, fans fanatiknya.

"Dika, kemarin liburan ke mana aja?"

"Dika, gue punya oleh-oleh dari S'pore buat lo!"

"Dika, kok, LINE gue nggak di-read-read, sih?!"

Kalau Ranaditya Arizona memiliki wajah karismatik, berbeda halnya dengan Randika Mahesa. Teman sekelas Arizona itulah yang Nikki anggap memiliki wajah dengan definisi tampan. Ralat, yang benar adalah sangat tampan.

Dika merupakan aktor muda yang namanya sedang naik daun dan belakangan ini sering disibukkan dengan jadwal sinetron stripping-nya yang benar-benar padat. Saking padatnya, Nikki dengar Dika bahkan sering datang terlambat ke sekolah karena pulang syuting terlalu malam hingga menyebabkan jam tidurnya terganggu.

Dika juga kerap mendapatkan dispensasi spesial dari sekolah jika tiba-tiba laki-laki itu memperoleh panggilan dari lokasi syutingnya dan harus meninggalkan sekolah sebelum bel pulang berbunyi. Maka dari itu, Nikki jarang sekali melihat batang hidungnya di sekolah. Meski begitu, Dika tetap memiliki prestasi dan kemampuan akademik yang bisa dibilang cukup baik di antara siswa lainnya.

"Jangan mangap lebar-lebar, nanti ada lalet yang masuk," komentar Arizona yang masih fokus menatap layar laptop-nya. Nikki pun menonjok bahunya pelan sambil membalas, "Sialan!"

Sejurus kemudian, Nikki memalingkan wajahnya ke arah lain, lalu tersenyum.

Terkenal playboy dan suka gonta-ganti pacar, itulah Dika.

Laki-laki yang diam-diam Nikki sukai sejak tahun lalu.

🎠🎠🎠

a/n:

hayoo, nikki punya masalah apa coba sama clara? terus, nikki juga rupanya udah suka sama dika, bukan sama arizona. hihi tungguin terus kelanjutannya, yah! :3

IntertwineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang