"You won't ever find a place better than here...
You won't ever find a place better than here..."The Wealthy West - Ghost in the Garden
🎠🎠🎠
Setelah selesai mengikuti kegiatan di klub sinematografinya, Nikki mampir sebentar ke minimarket untuk membeli air mineral karena karena kantin sekolahnya sudah ditutup. Ia mengambil salah satu brand air minum dalam kemasan yang biasa dikonsumsinya, kemudian meminumnya bersamaan dengan beberapa pil dalam genggamannya. Lantas, Nikki pun segera mengantre di kasir untuk melakukan pembayaran.
"Totalnya dua puluh tujuh ribu lima ratus, Mas," kata sang kasir kepada orang yang berdiri tepat di depan Nikki.
"Oke, sebentar."
Tak perlu waktu lama bagi Nikki untuk mengenali suara bariton itu. Nikki menengadahkan kepala dan mengintip dari bahu laki-laki itu untuk memastikan profil wajahnya.
Dika?
Apakah Nikki baru saja menyuarakan pikirannya? Sebab Dika mendadak berbalik menatapnya dengan raut terkejut. Sebuah senyuman kemudian tersungging di wajahnya.
Secara refleks, Nikki menyentuh dadanya sendiri. Ia selalu khawatir jika Dika dapat mendengar suara debaran jantungnya yang lebih menyerupai irama pukulan drum tersebut. Ah, andai debar jantung memiliki teknologi seumpama remote control yang bisa diatur sesuka hati. Nikki pasti sudah menekan tombol mute saat ini.
"Baru pulang, Nik?"
Nikki menggigit bibir bagian bawahnya. Senyumnya pasti terlihat bodoh di depan Dika.
"Iya, habis ada kegiatan. Lo ju-"
Kata-kata Nikki terpotong oleh lengking teriakan pilu mengiris hati. Otomatis, semua orang pun menoleh ke sumber suara. Seolah sudah terprogram sebelumnya, mereka kompak mematung dengan mata melebar, dan barangkali pemandangan itulah yang menyebabkan saraf motorik mereka agak terlambat bereaksi.
"DIAM KALIAN SEMUA ATAU GUE AKAN BUNUH CEWEK INI!!!"
Seorang pria paruh baya tengah menjadikan karyawan yang bertugas di kasir minimarket tersebut sebagai sandera sementara kawannya memasukkan beberapa bungkus rokok ke dalam tas bawaannya dan satu orang lainnya berjaga-jaga di depan pintu minimarket untuk mengontrol keadaan.
"DI MANA RUANG BRANKASNYA?! JAWAB!!!" perintah sang penyandera kepada manager minimarket yang baru keluar dari ruang kerjanya. Dengan sebuah pistol dalam genggaman, ia beralih kepada manager tersebut untuk menjadikannya sandera keduanya, sedangkan kasir perempuan yang dilepaskannya itu berlari ke sudut lain untuk menjauh dari para perampok dan bergabung dengan teman kerjanya sambil saling menguatkan satu sama lain. Melihat insiden mengerikan yang sedang terjadi di dalam minimarketnya saat ini, manager itu pun hanya mampu mengikuti perintah dan lantas mereka menghilang dari balik pintu yang bertuliskan 'Staff Only' tersebut.
Nikki, yang kini sudah menyadari situasi, langsung melompat ke belakang punggung Dika. Kedua tangannya mencengkram lengan Dika kuat-kuat hingga buku jemarinya memutih.
Sambil menunggu kawannya itu melancarkan aksinya, salah seorang perampok yang lain menyuruh semua orang yang ada di minimarket itu untuk mengangkat kedua tangan mereka di udara ketika ia melihat ada seseorang yang hendak menghubungi polisi.
"JANGAN BERGERAK KALAU KALIAN NGGAK MAU TERLUKA!!!" ancamnya dengan suara lantang. Pria itu mengedarkan pandangan liar ke semua pengunjung seraya mengeluarkan sebuah pisau lipat dari saku celananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Intertwine
Teen FictionRanaditya Arizona bukanlah orang asing dalam hidup Nikki. Namun jika Nikki diberi satu kesempatan lagi dalam hidup tanpa mengenal Arizona sama sekali, ia tak masalah.