03: øf him and the attentiøn

13.4K 1.3K 266
                                    

"You make my heart feel like it's summer
when the rain is pouring down...
You make my whole world feel so right
when it's wrong..."

Kodaline - The One

🎠🎠🎠

"Gimana? Enak nggak, Nik?"

Adalah kalimat pertama yang Ranaditya Arizona utarakan saat Monika Zahira mulai menyantap kotak bekal makan siang berisi nasi, brokoli rebus, tamagoyaki, potongan sosis berbentuk gurita, dan beberapa lembar nori yang dibawakan oleh laki-laki itu.

Nikki menikmati suapan ketiganya dengan mata terpejam. Beberapa detik kemudian, ia mengacungkan ibu jarinya kepada Arizona yang sedang tersenyum menatapnya.

Nikki pikir Arizona tidak serius menanggapi permintaannya tempo hari. Saat Nikki tanya apakah laki-laki itu bisa membawakannya kotak bekal makan siang setiap hari ke sekolah dan ia langsung menyanggupinya.

"Makanan di rumah lo kan bintang lima semua. Bagi-bagi ke gue dikit, ya," canda Nikki kala itu sambil menampilkan senyum termanisnya di hadapan Arizona.

"Iya, iya. Nanti gue bawain," ucap Arizona, menyahutinya dengan nada tak acuh.

"Hehehe enggak, kok. Bercanda," tampik Nikki sesudahnya.

Maka dari itu, Nikki benar-benar tak percaya saat melihat Arizona datang ke kelasnya hari ini-setelah bel istirahat berbunyi-dengan membawa sekotak bekal makan siang yang dijanjikannya kepada Nikki sebelumnya.

"Masakan Bibi emang paling enak!" seru Nikki lagi sambil mengunyah brokolinya.

"Masakan Bibi?" Arizona mengernyitkan dahi, senyum yang menghiasi wajahnya sejak tadi langsung sirna. "Ini gue yang masak, tau."

Serta-merta, kedua mata Nikki membulat. Ia menatap laki-laki yang duduk di sampingnya itu dengan sorot ragu. "Ih, masa?"

Arizona pun bersandar pada kursi dengan kedua lengan bersilang. "Iyalah."

Nikki memandang sekelilingnya. Di dalam kelasnya saat ini hanya ada mereka berdua dan Putri, anak perempuan berkacamata yang memang biasa menyantap bekal makan siangnya sendirian sambil membaca bukunya.

"Tapi, kan..." Nikki kembali mengambil jeda dengan sepintas terlihat menggali ingatan. Nikki tahu Arizona bisa memasak. Laki-laki itu selalu membuatkannya sup krim jagung tiap kali Nikki sakit tenggorokan.

"Tapi, kan... lo takut sama pisau," tandasnya kemudian.

Nikki mengamati perubah emosi di wajah Arizona dengan hati-hati. Tampaknya, laki-laki itu tak terpengaruh dengan ucapan Nikki barusan sebab ia berkata, "Gue yang nyiapin semuanya. Bibi yang motong-motong sayuran sama sosis."

Kendati begitu kenyataannya, Nikki tetap merasa tak enak.

"Jona, makasih, ya," ujarnya tulus, "tapi, lain kali nggak perlu bawain gue bekal lagi."

Arizona mengerjapkan matanya dan tertawa. "Kan, lo sendiri yang minta."

Nikki baru akan membuka mulut dan protes, tapi ia sudah kalah cepat.

"Makan yang banyak, ya. Biar cepet gede," kata Arizona, mengabaikan tatapan bersalah Nikki. Kali ini ia mencondongkan tubuhnya untuk mengusap rambut sahabatnya itu, membuat jarak di antara keduanya semakin dekat.

Lantas, Arizona berbisik pelan, "Cepat atau lambat, gue harus menghadapi apa yang gue takutkan."

Untuk sekejap, Nikki membeku. Ia hanya mampu menatap senyum jenaka yang bermain di sudut bibir Arizona sampai akhirnya laki-laki itu menepuk pipinya untuk menyadarkannya kembali ke dunia nyata. Lalu, yang Nikki ketahui selanjutnya, punggung Arizona sudah berjalan pergi menjauhinya.

IntertwineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang