1

11.4K 469 37
                                    

"Kemana anak itu?" tanya Bu Diah dengan wajahnya yang langsung kecut melihat bangku keramat di deretan terdepan tepat berhadapan dengan meja guru terlihat kosong.

"Belum datang Bu" jawab Didit, cowok yang duduk tepat disamping bangku keramat itu.

Bu Diah cuma bisa menghela nafasnya berusaha untuk sabar,ini memang bukan pertama kalinya biang onar yang bandelnya minta ampun satu itu terlambat datang ke sekolah.

"Yasudah, buka buku kalian halaman lima puluh empat" ujar Bu Diah akhirnya.

Setelah setengah jam pelajaran berlangsung, pintuk kelas terbuka tiba-tiba, wajah Bu Diah yang tengah menjelaskan mata pelajarannya langsung berubah marah.

"Iram!!!" teriak Bu Diah. "Terlambat lagi kamu?" bentaknya pada cowok yang tadi membuka pintu.

"Maaf Bu, saya ketiduran" balas si cowok itu kalem. Bu Diah memejamkan matanya sebentar untuk menekan emosinya. Menghadapi Iram memang butuh kesabaran ekstra, si biang onar satu ini nggak bakal mempan kalau cuma sekedar diomeli.

"Berdiri di depan kelas!" perintah Bu Diah akhirnya.

"Janganlah bu, saya masih ngantuk, masa berdiri?" tolak Iram dengan tampangnya yang dibuat memelas, seisi kelas cuma bila geleng-geleng kepala melihat tingkah Iram, hal seperti ini memang bukan pemandangan baru lagi bagi mereka.

"Jangan melawan kamu, atau ibu suruh ke ruang BP sekarang?" ancam Bu Diah.

"Mending saya ke ruang BP aja Bu, setidaknya saya dipersilahkan duduk disana, nggak diperlakukan semena-mena begini" balas Iram membuat Bu Diah semakin melotot.

"Jadi bagaimana Bu? Saya dipersilahkan duduk atau keruang BP ni? Yang jelas saya nggak mau berdiri di depan kelas sambil nguap-nguap karena masih ngantuk, kan malu Bu" ujar Iram lagi membuat Bu Diah memijat pangkal hidungnya pusing.

Beliau nggak mungkin menyuruh Iram keruang BP Sekarang mengingat Pak Makmud sang guru BP tidak masuk hari ini, nggak mungkin juga beliau pasrah menyuruh Iram duduk di bangkunya, hal itu nggak akan memberi efek jera pada si bandel satu ini, menyuruhnya keluar kelas juga bukan pilihan yang tepat karena Iram pasti malah kesenangan disuruh melewatkan kelas.

Kalau begitucuma ada satu cara terakhir...

"Vera..." Bu Diah memanggil ketua kelas yang ada dikelas ini. "Panggilkan Bu Citra" perintahnya.

Mendengar nama wali kelasnya disebutkan, Iram langsung cemberut.

"Eh... jangan Bu, buat apa panggil Bu Citra segala? Kasihan beliau pasti sibuk" sela Iram yang langsung disambut tawa oleh teman-teman sekelasnya, Iram memang biang kerok yang terkenal bandel dan tidak takut dengan siapapun di sekolah.

Kecuali tiga orang dan Bu Citra adalah salah satunya.

"Jadi kamu mau berdiri di depan kelas atau ibu panggilkan Ibu Citra sekarang?" tawar Bu Diah cepat, beberapa menit waktu mengajarnya terbuang sia-sia karena si bandel satu ini.

"Kok option ke ruang BP-nya hilang sih Bu?" tanya Iram, meskipun dia juga malas mendengarkan omelah Pak Mahmud tapi itu lebih baik ketimbang berdiri di depan kelas apalagi menghadapi Bu Citra.

"Iram!!!" Bu Diah benar-benar diambang kesabarannya.

"Jangan teriak-teriak Bu, nggak enak sama kelas sebelah" Iram masih saja terlihat santai.

"Iram!!!" lagi-lagi cowok itu mendengar namanya diteriakkan, kali bukan dari Bu Diah tapi dari wali kelasnya tercinta yang entah sejak kapan sudah berdiri di depan pintu kelas dengan penggaris kayu ditangannya.

To you I belongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang