"Gimana? Udah tenang?" Tanya Adit saat melihat Taeya menghapus sisa air matanya.
"Maaf yah" itu kata pertama yang keluar dari mulut Taeya. Hampir setengah jam gadis itu menangis seanggukan dan sukses membuat Adit kebingungan.
Adit cuma mengangguk sambil tersenyum maklum "Drama banget sih kamu Tey, kalau mau nolak aku yah tolak aja kenapa pake nangis segala sih? Kan aku jadi bingung" ujar Adit berusaha menghibur Taeya.
Bukannya terhibur Taeya malah tertunduk malu, dia juga nggak tau kenapa bisa sampai seemosional ini, tapi begitu menyadari perasaan yang dia rasakan sebenarnya pada Iram, tiba-tiba saja dadanya terasa sesak dan akhirnya Taeya nggak bisa menahan air matanya.
"Maaf..."
Adit menggaruk kepalanya yang nggak gatal sama sekali "Jangan minta maaf terus dong Tey, kamu kan nggak salah apa-apa"
Akhirnya Taeya mengangkat kepalanya dan memberanikan diri menatap Adit.
"Kita kan nggak bisa ngatur hati kita buat suka sama seseorang, hati punya aturan mainnya sendiri emang" ujar Adit "Jadi kamu nggak perlu minta maaf segala"
Taeya tau itu, mungkin sebelum tiba di cafe ini dia ngerasa harus nolak Adit karena Iram maunya begitu dan Taeya sudah terbiasa menuruti semua maunya cowok itu. Tapi sekarang Taeya tau pasti kenapa menuruti semua maunya Iram nggak pernah membuatnya keberatan sama sekali, itu karena rasa kepercayaan Taeya pada Iram yang cukup tinggi yang membuat Taeya terbiasa bergantung pada Iram dari dulu. Taeya mungkin nggak sadar tapi hatinya sudah memilih Iram sejak lama.
"Tey... jangan diam aja dong" Suara Adit membuyarkan lamunan Taeya.
Gadis itu menarik nafas dalam sebelum menghembuskannya pelan.
"Aku nggak tau harus ngomong apa Dit"
"Seenggaknya hibur aku gitu? Aku lagi patah hati loh ini?" Ujar Adit lagi dengan nada menggoda, membuat Taeya mau nggak mau akhirnya tersenyum.
"Nah gitu dong Tey, senyum.." Adit kemudian memajukan tubuhnya kearah Taeya dan berbicara dengan sedikit berbisik "Dari tadi pengunjung satu cafe ini melototin aku soalnya karena buat kamu nangis"
Taeya membelalakkan matanya kaget dan secara otomatis melarikan penglihatannya ke seluruh penjuru cafe, Benar saja hampir semua pengunjung sesekali melirik ke arah mereka.
Ya ampuuuuun... Taeya mikir apasih? Bisa-bisanya dia nangis nggak mandang tempat begini?
"Kenapa nggak diingetin sih tadi Dit?" Taeya benar-benar malu sekarang. Adit cuma bisa tertawa melihat reaksi Taeya yang menurutnya menggemaskan.
"Dari tadi kan aku bilang nangisnya udahan Tey, kamu terlalu khusyuk kayaknya sampe lupa semuanya" goda Adit. Taeya dari makin merasa bersalah.
"Aku pasti bikin kamu malu yah?"
"Nggak ah, kan yang nangis kamu jadi malu sendiri aja yah, aku nggak ikutan" Adit masih melanjutkan menggoda Taeya, membuat gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal.
"Dit..."
"Ya?"
"Hmm... kita masih bisa berteman kan?" Taeya akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. Adit adalah temannya yang berharga, karena itu walupun kedengarannya egois banget, tapi Taeya nggak mau sampe kehilangan Adit sebagai temannya.
"Pasti Tey, tapi sebelumnya aku perbaiki hati aku yang berantakan ini dulu yah, semoga aja nggak lama" jawab Adit seraya tersenyum menenangkan Taeya.
"Kamu orang baik Dit, kamu pasti bisa dapat yang lebih baik dari pada aku"
Entah kenapa mendengar Taeya mengatakan itu membuat Adit tersenyum geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
To you I belong
Teen FictionIram...pentolan sekolah, biang onar, ganteng, keren dan kaya raya. Idaman semua cewek di sekolahnya. Meskipun populer dan punya banyak teman tapi gak ada yang begitu kenal dengan cowok ini karna di satu sisi dia terlihat begitu misterius dan tidak t...