Taeya pernah membayangkan seperti apa jadinya kalau dia dan Desti membicarakan cowok yang masing-masing mereka sukai suatu saat nanti, pasti menyenangkan banget. Desti bakal menceritakan dengan antusias seperti apa cowok yang sudah berhasil membuatnya jatuh cinta itu dan Taeya mendengarkan dengan seksama curhatan gadis itu sambil sesekali menjerit senang.
Kira-kira seperti itulah bayangan Taeya.
Selama mengenal Desti, gadis itu memang nggak pernah menceritakan kehidupan asmaranya pada Taeya, padahal nggak sedikit cowok di sekolah mereka yang menaruh hati pada sahabatnya itu. Desti memang seperti itu, terbuka akan segala hal tapi tetap misterius kalau menyangkut perasaannya. Nggak jarang hal itu membuat Taeya bertanya-tanya seperti apa perasaan Desti sebenarnya, cowok seperti apa yang nantinya bisa merebut hati gadis itu.
Jadi, kalau sekarang akhirnya Desti mau terbuka mengenai perasaannya yang sebenarnya, harusnya Taeya senang, harusnya gadis itu ikut antusias dan berusaha menjadi pendengar sekaligus pendukung yang baik buat Desti.
Tapi jelas hal itu nggak bakal pernah bisa Taeya lakukan kalau cowok yang sebenarnya sahabatnya taksir ini adalah Iram. Yang bisa Taeya lakuin saat ini cuma mematung kaget, mulutnya kelu, seluruh tubuhnya mulai panas dingin. Gadis itu mengepalkan tangannya kuat untuk membuat dirinya tetap terlihat tenang.
Desti melirik Taeya yang dari tadi cuma diam, melihat sahabatnya itu nggak menunjukkan reaksi sama sekali membuat Desti mendengus pelan.
"Kalau kamu sampe diam kayak gini, berarti aku emang benar-benar hopeless yah Tey" ujar Desti. Taeya menggigit bawah bibirnya keras, nggak sanggup bersuara, perasaannya benar-benar kacau balau sekarang.
"Kamu..." Taeya menelan ludahnya dengan susah payah "Dari kapan...?"
Desti tersenyum kecut sebelum menjawab "Dari dulu... aku juga lupa kapan tepatnya, dari pertama kali liat dia mungkin" jawab Desti. Taeya tersenyum miris dalam hati, dia juga seperti itu, entah sejak kapan perasaannya untuk Iram ini muncul, gadis itu juga nggak tau pasti.
"Aku tau kayaknya emang nggak mungkin Iram ngebalas perasaanku sekarang" Desti kembali bersuara, sedangkan Taeya entah terbang kemana pikirannya sekarang "Kalaupun aku ngerubah cara aku buat ngedekatin dia, itu juga nggak bakal bikin dia sadar" Desti menoleh pada Taeya "Iram itu heartless banget Tey, aku bingung harus gimana lagi, sedangkan perasaanku ke dia makin lama makin kuat, mikirin buat nyerah trus ngelupain dia aja udah bikin hati aku sakit banget" Suara Desti mulai bergetar, matanya juga terasa panas sekarang.
Sedangkan Taeya tetap diam, nggak berusaha untuk menenangkan Desti yang semakin terlihat kalut. Malah lebih memungkinkan buat dia nangis bareng Desti sekarang.
***
To: Iram
Nanti malam bisa ke panti?
Diam-diam Taeya mengirimi pesan pada Iram saat pelajaran terakhir sedang berlangsung, dia memang sempat melihat cowok itu di lapangan basket bersama teman-temannya istirahat tadi.
Nggak sampe semenit, Taeya merasakan HP nya bergetar.
From : Iram
Kangen yh ya'? :*
Mau nggak mau Taeya memutar bola matanya jengkel membaca pesan dari Iram ini. Jujur, Taeya benar-benar bingung dari sekian banyak cowok yang bertebaran di sekolah mereka, Desti malah menjatuhkan pilihannya pada si diktator satu ini, padahal sahabatnya itu tau jelas reputasi Iram seperti apa selama ini. Desti yang Taeya kenal harusnya lebih cocok kalau dipasangkan dengan Pandu, ketua kelas mereka atau Adit atau siapapun yang memiliki reputasi baik di sekolah sama seperti gadis itu, bukannya biang onar seperti Iram.
KAMU SEDANG MEMBACA
To you I belong
Teen FictionIram...pentolan sekolah, biang onar, ganteng, keren dan kaya raya. Idaman semua cewek di sekolahnya. Meskipun populer dan punya banyak teman tapi gak ada yang begitu kenal dengan cowok ini karna di satu sisi dia terlihat begitu misterius dan tidak t...