Taeya masih termenung di dalam kamarnya, kantuk sama sekali belum menghinggapi matanya, padahal waktu sudah menunjukkan hampir jam 12 malam. Gadis itu mengubah posisi tidurnya kemudian memejamkan mata mencoba untuk tidur, tapi beberapa menit kemudian kembali membuka matanya jengkel.
Ingatan Taeya kembali ke beberapa jam lalu saat dia dan Iram sedang membicarakan mengenai perasaan Desti pada cowok itu.
"Kalau mau aku bahagia, ngomongnya kenapa begitu Ya'?"
Taeya menggigit bibirnya keras, menahan perasaannya "Karena aku nggak tau apa yang selama ini kita jalani" jawab Taeya "Aku nggak tau perasaan kamu yang sebenarnya, kalau aku memang pacar kamu, harusnya aku tempat kamu berbagi semuanya, tapi kenyataannya... aku nggak tau apa-apa tentang kamu Ram"
Mendengar itu, Iram malah tersenyum senang membuat Taeya kembali memelototinya jengkel.
"Ya ampun Ya', emang salah siapa coba sampe kita nggak pernah komunikasi begini, yang nggak pernah balas SMS sama jawab telepon dari aku kan kamu"
Taeya membelalakkan matanya kaget "Jadi semuanya salah aku?" tanyanya nggak percaya "Kamu pikir karena apa aku begitu hmm? Emang siapa yang mulai ngejauh duluan?" emosi Taeya hampir meledak sekarang.
Iram yang kaget dengan reaksi Taeya itu sampai harus meraih tangan Taeya untuk membuat gadis itu tenang "Iya... iya salah aku Ya', kamu nggak salah kok"
"Kamu yang ngindarin aku duluan sete...." kata-kata Taeya terpotong, gadis itu menelan semua emosinya mengingat kemarahannya sekarang cuma akan memicu traumanya Iram, dia akhirnya cuma menghembuskan nafasnya pelan "Udahlah"
"Jangan ngomel dong Ya', kamu serem"
Taeya mendelik keki pada cowok disampingnya itu yang dibalasi cengiran oleh Iram "Kita bisa ngobrol dari sekarang, tiap hari aku bakal telpon kamu atau berkunjung kesini kalau perlu, kamu boleh tau semuanya tentang aku, seperti apa hidup aku selama kita nggak pernah berhubungan beberapa tahun terakhir kemaren, aku bakal cerita semuanya Ya'" Iram mengusap pipi Taeya pelan "Jadi jangan bilang kalau aku bukan pacar kamu lagi yah"
Taeya menghembuskan nafasnya frustasi, pusing menghadapi kekeras kepalaan Iram.
"Bukan itu maksud aku Ram" ujarnya jengkel "Hubungan itu buat dua pihak, bahagianya juga harus dirasain sama-sama, nggak kayak kita sekarang ini"
"Emang kita kenapa?" pancing Iram, sepertinya dia mulai mengerti apa yang membuat Taeya seperti ini sekarang.
"Semua yang kamu lakuin sekarang cuma demi keselamatan aku kan? cuma sebatas itu" Taeya menelan ludahnya, menahan air matanya yang entah kenapa mendesak untuk keluar "Tanpa ngelibatin perasaan apa-apa" cicitnya pelan.
Gantian Iram yang menghela nafasnya, sadar kalau antara dia dan Taeyanya ini banyak hal yang harus mereka perbaiki. Iram selalu mengira perasaannya cukup transparan dan Taeya bisa ngelihat semuanya dengan jelas, tapi sepertinya nggak seperti itu.
"Ya'... " Iram masih terus menggenggam tangan Taeya "Buat aku dari dulu selalu ada kamu, yang aku liat cuma kamu, nggak pernah satu haripun aku lewatin tanpa mikirin kamu"
Lagi-lagi Taeya menggigit bibirnya, kali ini karena gugup bahkan air matanya yang hampir keluar tadi hilang seketika.
"Dan aku yakin seterusnya bakal selalu begitu Ya'" lanjut Iram " Selama ini aku memang selalu berusaha buat ngejaga kamu, berusaha biar kamu tetap aman karena itu memang kewajiban aku..."
Taeya membuka mulut siap untuk membantah lagi, tapi Iram langsung membumkamnya, bukan dengan kata-kata tapi dengan menempelkan bibirnya pada bibir Taeya, membuat gadis itu seperti kehilangan nafasnya, belum lagi dirasakan tangan iram yang semakin menggenggam tangannya erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
To you I belong
Teen FictionIram...pentolan sekolah, biang onar, ganteng, keren dan kaya raya. Idaman semua cewek di sekolahnya. Meskipun populer dan punya banyak teman tapi gak ada yang begitu kenal dengan cowok ini karna di satu sisi dia terlihat begitu misterius dan tidak t...