Chapter 7

48 5 0
                                    

"As I close my eyes. I picture you smiling down at me. As I deep breath in. I feel your warm surrounded me. But as I open my eyes all the things about you fade away." - And I Know, Aulia Nanda

• • •

Aku mengamati sekelilingku dengan takjub. Mau sesering apapun aku menelusuri sepanjang Sungai Thames ini, tetap saja aku selalu dibuat kagum dengan pemandangannya. Saat aku sampai diseberang sisinya, aku kembali berjalan menuju The Shakespeare's Globe Theatre untuk menjelajahinya. Seorang pemandu menyuruhku untuk duduk ditribun. Beberapa turis tampak antusias bahkan sebelum pertunjukan itu dimulai. Sementara aku? Mati kutu.

Aku bukan penggila karya Shakespeare. Sungguh. Aku hanya penasaran sehebat apa sastrawan satu itu mengubah pandangan hidup kamu dalam sekejap mata. Kamu yang begitu menggilai karyanya, bahkan selalu berandai-andai untuk menjadi penulis hebat sepertinya.

Kamu dan segala mimpimu yang membuatku penasaran.

Aku tidak begitu menyimak penjelasan pemandu yang sedang berbicara didepanku saat ini. Mataku menjelajah bangunan berbentuk lingkaran ini dengan takjub. Lagi-lagi aku membayangkan saat kamu ada disini. Tersenyum dengan sumringah saat menyaksikan pertunjukan ini. Lalu saat semua sudah selesai, kamu akan bertepuk tangan dengan heboh seperti saat kamu selesai menonton layar tancap bersama anak-anak panti.

Hanya dengan hal sesederhana itu, aku bisa membuatmu senang.

Tetapi kamu tahu, bahkan aku terlalu sangsi untuk bilang bahwa akulah yang selama ini menyebabkan kamu bahagia. Selama hidupku, instingku tak pernah meleset. Bahkan aku lebih mempercayai isi hatiku daripada otakku sendiri.

•••

Seperti sore itu, aku sedang asyik berkutat dengan buku astronomiku saat kamu datang ke rumahku dengan senyum sumringah. Aku menurunkan buku yang kubaca lalu menatapmu dengan kening berkerut.

"Kesini sama siapa?" Tanyaku pelan. Jarak Bekasi-Jakarta itu cukup jauh meski orang-orang selalu bilang dekat. Bahkan aku tahu Ayahmu tak mengizinkanmu untuk pergi sendirian kesini.

"I wanna tell you something." Ujarmu pelan. Aku menutup buku yang kubaca dan menaruhnya dipangkuanku. Seluruh perhatianku terpusat padamu.

"Apa?" Tanyaku pelan.

"Tapi jangan bilang siapa-siapa ya?" Kamu mengacungkan jari kelingkingmu.

"Gue pegang janji gue. Gausah pake beginian segala ilah. Norak." Aku menurunkan tanganmu yang teracung tepat didepanku.

"Janji?"

"Kapan sih gue pernah ingkar janji?"

"Oke. Jadi..."

"Langsung ke intinya aja bisa kan?"

"I'm in relationship with your cousin."

Tubuhku menegang. Aku benar-benar kaget dengan berita itu. Mendadak aku kehabisan suplai udara. Mendadak seperti ada yang menahan laju pernapasanku ditenggorokan. Kamu menatapku dengan kening berkerut lalu menyentuh lenganku pelan.

"Are you okay?" Detik berikutnya aku mengerjapkan mata lalu menatapmu. Aku memaksakan senyum setulus mungkin lalu terkekeh kecil.

"Lo apain sepupu gue yang tengil itu sampe bisa takluk sama lo? Hebat. Hebat. Selamat ya." Aku menutupi kegugupanku dengan senyum kecil.

"I dunno. Semua mengalir begitu saja. But seriously, Kev. Your cousin..."

"Gue capek denger lo yang selalu memuja dia." Sergahku cepat membuatmu mencebikkan bibirmu dengan lucu.

Jingga Senja Dan Deru HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang