Chapter 13

20 3 0
                                    

"Mengapa kamu tak pernah lelah berbagi waktu dan tertawa bersamaku?" - Tokyo (2013)

• • •

Kadang, seseorang bisa saja dengan mudahnya untuk jatuh dan terpikat pada seseorang. Tetapi saat orang itu pergi meninggalkannya, ia butuh usaha mati-matian untuk melupakannya. Padahal tanpa ia sadari bahwa kenangan yang terbentuk di masa lalu tak akan pernah bisa dilupakan. Karena mau kamu berusaha sekuat apapun untuk melupakan, pada kenyataannya kenangan itu pernah terbentuk, dengan kebahagiaan yang terselip di dalamnya.

Aku menatap pigura foto yang berdiri tegak di atas meja belajar. Fotoku bersama Galih pada saat Weekend With Happiness. Aku tersenyum kecut. Kalau saja waktu bisa diulang, aku mau kembali ke waktu dimana aku bisa merasakan kebahagiaan itu lagi.

Lalu aku mengalihkan pandanganku pada sebuah vas bunga yang isinya bunga mawar yang kuterima seminggu yang lalu. Bunga yang bentuknya sudah layu itupun masih aku simpan hingga sekarang. Jujur saja, aku masih penasaran siapa yang mengirim bunga itu untukku.

"Savira!"

Suara Bintang terdengar dari luar kamarku, membuatku bangkit dari kursi dan berjalan menuju pintu.

"Ya ampun ini kamar apa kapal pecah!" Serunya membuatku memutar kedua bola mataku.
Memang, tumpukan kertas dan buku-buku pelajaranku bertebaran di lantai sekarang. Itu semua karena aku sedang belajar mati-matian untuk Ujian Tengah Semester.

"Ada apa?" Tanyaku saat melihat ia tak biasanya sudah ada di rumahku pagi-pagi sekali.

"Jenguk Kevin yuk?" Aku mengernyitkan dahiku bingung.

"Jenguk? Kan dia ada di London." Ujarku bingung. Bintang tertawa kecil.

"Well, sebenernya dia nggak pergi ke London tau, Vir." Ujar Bintang yang semakin membuatku memperdalam kerutan di kening.

"Maksudnya?" Ia pun mendorongku menuju lemari dan mulai berkacak pinggang.

"Gue kasih waktu 15 menit buat ganti baju kalo nggak gue seret lo dengan baju apa adanya!" Ancamnya seraya meninggalkanku sendiri di ruangan itu. Aku pun hanya menatapnya bingung hingga pintu kamarku di tutup olehnya.

Jadi selama ini Kevin, membohongiku?

***

Aku mengenal Bintang sejak 4 tahun yang lalu saat aku pertama kalinya berkunjung ke rumah Galih. Bintang yang waktu itu sedang mengerjakan tugas bersama Kevin pun memperkenalkan diri sebagai teman sekolahnya Kevin. Kalau diingat-ingat mengapa kita bisa sedekat ini mungkin karena kesukaan kita terhadap boyband asal Irlandia atau yang biasa disebut Westlife sama dan dia juga penggemar berat serial Twilight.

"Jadi, Ta, lo mau ngajak gue kemana?" Tanyaku saat sudah berada di dalam mobilnya. Bintang hanya mengedikkan bahunya seraya menjalankan mobilnya secara perlahan.

"Gue cuma mau bawa lo ke tempat dimana harusnya Kevin merasa bahagia. I mean, biar dia nggak tidur terus." Jawabnya yang semakin membuatku tak mengerti.

"Serius. Gue nggak ngerti maksud lo apa."

"Stay calm. Ikutin aja alurnya yang pasti ini nggak membuat lo celaka kok." Bintang tersenyum kecil seraya kembali fokus terhadap jalanan.

Aku hanya cemberut dan menatap keluar jendela dengan enggan. Awan mendung menggelayuti langit kota ini, membuatku menarik napas pelan.

"Sampai!"

Seruan Bintang membuatku menoleh, menatap bangunan berwarna cream tersebut dalam diam. Seketika tubuhku menegang saat menyadari dimana sekarang aku berada.

Jingga Senja Dan Deru HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang