Chapter 1

311 15 0
                                    

"When I first saw you from across the room. I could tell you that you were curious." - Perfect, One Direction

• • •

Malam ini udara begitu dingin. Aku memasukkan kedua tanganku kedalam saku jaket yang kukenakan, menatap jalanan yang hari itu ramai dipadati kendaraan yang berlalu-lalang. Uap panas yang mengepul dari pedagang kaki lima yang bertebaran disepanjang trotoar menimbulkan suara perutku yang berbunyi minta diisi. Aku menyerah, menyeret langkah kakiku menuju salah satu warung tenda makanan favoritku. Soto Kambing Khas Betawi.

"Pak, sotonya satu ya. Sama teh manis angetnya satu." Aku menghampiri pria paruh baya yang sedang bergulat dengan potongan-potongan daging, tomat dan bahan-bahan lainnya dari balik meja.

"Lho, Nak Kevin toh? Apa kabar?" Aku tersenyum.

"Saya baik, Pak. Bapak sama Ibu sendiri apa kabar?" Sapaku ramah. Suara tawanya berderai. Ia menuangkan kuah pada salah satu mangkuk dan meminta istrinya mengantarkannya kepada meja pelanggan.

"Alhamdulillah baik. Kok sendiri? Neng geulisnya kemana?" Pria yang selalu kupanggil dengan sebutan Pak Her tersebut bertanya dengan kening berkerut. Aku tersenyum kecil. Ternyata Pak Her masih mengingatnya.

"Ah, dia lagi nggak disini Pak. Masih di Bekasi." Pak Her hanya mengangguk seraya kembali berkutat dengan pekerjaannya.

"Silahkan duduk, Nduk. Nanti Ibu yang bawakan teh manis anget buat Nak Kevin." Istri Pak Her menepuk pundakku dan menyuruhku untuk duduk. Aku mengangguk patuh.

"Lagi berantem ya sama si Neng?" Bu Her membawa segelas teh manis hangat untukku. Aku tersenyum kecil dan menggeleng.

"Nggak, Bu. Cuma dia emang lagi balik aja ke rumahnya. Kan liburannya juga udah selesai." Jawabku seadanya. Bu Her hanya manggut-manggut seraya tersenyum. Pak Her membawa semangkuk soto untukku.

"Ini sotonya. Sok dimakan. Mumpung masih anget." Aku tertawa kecil seraya mengangguk mantap. Kutatap sebentar soto tersebut. Ah, tempat ini mengingatkanku dengan segala hal tentang kamu. Kamu yang begitu mencintai makanan favoritku juga. Kamu yang selalu bersemangat menceritakan segala kisah dengan mata yang berapi-api, terlalu bersemangat. Aku menyesap kuah dari mangkuk soto dengan pelan-pelan.

Malam ini, aku ingin mengenangnya.

•••

Minggu pagi di bulan Juli.
Hari pertamaku liburan semester.

Aku terbangun saat mendengar suara jedak-jeduk yang berasal dari samping tembok kamarku. Kulirik jam weker yang bertengger di nakas samping tempat tidur.

04.37

Demi Tuhan, orang gila mana sih yang udah main basket jam segini?

Aku mengerang. Membuka selimut dengan paksa dan menyeret langkah kakiku menuju halaman belakang. Nyawaku belum sepenuhnya terkumpul itu sebabnya aku masih sesekali menguap saat berjalan menuju pintu belakang. Kubuka gerendel pintu tersebut dengan berisik lalu melongok untuk melihat orang gila tersebut.

"Lo tau nggak sih ini jam berapa?" Aku berseru padanya, membuat ia menghentikan aksi free point shoot dan menyengir dengan tak berdosa kepadaku.

"Kebangun ya? Sorry. Sorry." Aku mendengus pelan, lalu berjalan kearahnya dengan jengkel.

"Emang nggak ada hari besok apa? Harus banget jam segini main basket?" Sungutku pelan membuat ia mengacungkan tanda peace kepadaku. Aku terseok-seok menuju ayunan kayu yang berada di pinggir lapangan basket, menatap nyalang sepupuku tersebut dengan jengkel.

Jingga Senja Dan Deru HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang