Chapter 8

47 4 0
                                    

"She's someone else's angel. It may sound stupid that I'm wanting you back but I'm wanting you back girl." - Standing In The Dark, Lawson

• • •

Pertunjukkan itu sukses.

Nyaris saja aku mengucapkan kata sempurna dari bibirku andai saja pemeran utamanya tidak meninggal dengan sia-sia.

Aku bangkit dari dudukku, bergabung dengan turis-turis yang lain untuk keluar dari gedung pertunjukkan ini secepat mungkin.

"Mau secangkir kopi?" Sebuah tangan menahan lenganku, membuatku menoleh.

"Kau tentu tidak akan menolak ajakanku untuk saling mengobrol bukan? Setidaknya untuk hari ini." Natasya nyengir, menatapku lembut. Aku hanya terkekeh lalu menganggukkan kepala.

Kami berjalan beriringan, menuju salah satu kedai kopi yang berada tak jauh dari teater ini.

"Jadi, apa yang membuatmu datang ke kota magis ini?" Natasya menyesap cappucinno miliknya. Ia menatapku lekat-lekat, menunggu sebuah jawaban.

"Hm?"

"Ingin sekedar liburan—" Aku mendongak, menatapnya dengan kening berkerut.

"... atau ingin melarikan diri dari sebuah masalah?"

Sial. Bahkan Natasya lebih menyeramkan dari Kellin jika berurusan dengan Sherlock.

Aku menghirup udara banyak-banyak dan menghembuskannya sepelan mungkin. "Mungkin opini kedua lebih masuk akal."

Aku menatap bus bertingkat yang lewat begitu saja, menatap orang-orang yang bercengkrama dengan hangat saat menuju kedai kopi untuk secangkir kertas kopi dengan asap mengepul diudara.

"Terkadang, memaafkan yang sudah lalu itu ada baiknya. Tak peduli siapa yang memulai duluan, salah satu dari kalian harus saling mencobanya." Aku menatap Natasya dengan kening berkerut.

"Vin, memaafkan bukan perihal siapa yang benar atau siapa yang salah. Memaafkan itu perihal kamu bisa mengikhlaskan semuanya, terutama untuk diri kamu sendiri."

Sudut bibirku terangkat sedikit. Aku jadi teringat hari itu saat untuk pertama kalinya kamu merasa Galih berbeda.

Dan untuk pertama kalinya aku ingin melindungimu dari dia.

•••

Ini masih senin biasa, hari yang selalu dirutuki semua orang di pagi hari saat mereka melakukan aktivitasnya masing-masing. Jam terakhir pelajaran kedua hampir diujung batas, membuatku sesekali melihat papan tulis dan menyalinnya ke buku catatan milikku.

Drrrtt drrrtt

Aku mengerutkan keningku pelan, lalu merogoh ponsel yang kutaruh di saku kemejaku.

Senja :
Pin, Galih kemana deh? Gue telpon susah banget dihubungin.

Aku mengerutkan dahiku bingung. Sejak kapan nama kontakmu berubah menjadi Senja?

Anda :
Kok nama kontak lo di hape gue diganti sih? Mana gue tau. Lo kan pacarnya.

Tak sampai semenit pesan itu dibalas kamu.

Senja :
Abisan sapa suruh namain gue cuma V doang. Absurd lo. Eh seriusan ilah dimana dia. Lo sepupunya juga.

Aku memutar kedua bola mataku jengah. Terus apa hubungannya sama aku? Salah memang jika dia memang sepupuku?

Kadang aku berharap, kamu mencariku untuk sekedar bertukar sapa seperti dulu. Bukan menjadi perantara seperti sekarang ini.

Anda :
Mungkin dia lagi sekolah? Udahlah. Ini juga masih jam pelajaran. Ganggu aja.

Jingga Senja Dan Deru HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang