Chapter 9

49 6 0
                                    

"Suatu hari. Suatu waktu. Ketika kita dipertemukan kembali, tanyakan pada hati; Apakah kita akan mengulang cerita lalu, atau mengisinya dengan yang baru?" - Roma, 2013

• • •

Sinar matahari belum terlalu menyengat saat aku memutuskan untuk keluar dari rumah. Akhir pekan ini aku ingin menghabiskan waktuku untuk bermain seharian di Dufan bersama teman-teman SD.

"Yaelah lama amat lo. Hampir aja kita mau ninggalin lo." Damprat salah satu temanku saat aku sampai di depan rumah Rahma. Aku hanya cengengesan lalu memarkirkan motorku di garasi.

"Maafkan daku. Tadi abis bantuin mamake dulu." Ujarku membuat Lintang tertawa. Rahma hanya menggeleng pelan saat melihat kelakuanku lalu ia memanggil supirnya untuk segera berangkat.

Perjalanan menuju taman wahana bermain itu diisi dengan cerita seputar sekolah masing-masing. Memang dari kami berlima tidak ada yang masuk di sekolah yang sama. Meskipun begitu kami tidak memutuskan kontak satu sama lain.

"Gimana Vir, di sekolah lo? Enak nggak?" Tanya Firdha saat ia selesai menceritakan betapa ketatnya peraturan di sekolah barunya.

"Baik-baik aja. Mungkin gue sedikit longgar kali ya soalnya kan negeri nggak seketat swasta." Mereka hanya mengangguk-angguk mengerti.

Pertama kalinya aku memasuki taman bermain yang terkenal di Jakarta ini, aku sudah dipaksa menaiki wahana ontang-anting. Aku tidak begitu menyukai ketinggian tetapi wahana yang satu itu membuatku ketagihan lagi dan lagi.

"Vir, ayo ikut naik histeria!" Aku langsung menggeleng cepat. Aku tidak bisa membayangkan rasanya dihempas keatas dengan begitu cepat.

"Makasih. Gue masih sayang sama jantung." Ujarku dengan seringai kecil.

Saat kita sedang mengantri untuk menaiki wahana Niagara, disanalah kehebohan itu muncul. Aku yang sedang mengutak-atik SLR Rahma tiba-tiba menoleh saat mendengar seruan teman-teman didepanku.

"Itu Velove Vexia kan?"

"Ya Allah, Yasmine Wildblood cantik banget!"

"Itu baju masya allah pendek banget!"

"Glenn Alinskie cakep banget. Sayang sih non.."

"Arifin Putra! Eh itu Alice Norin kan?"

Aku melihat objek yang sedang dilihat teman-temanku seketika hanya tertawa geli. "Astaga hafal banget sama artis. Pasti tiap hari kerjaannya pada nonton sinetron ya?"

Aku melihat beberapa crew membawa kamera, tripod, serta alat-alat yang aku tidak tahu apa namanya. Sepertinya akan ada syuting. Aku mengambil ponselku dengan cepat dan memotretnya.

Anda :
*sent picture*
Demenan lo nih!

Aku mengirimkan foto tersebut kepada Kevin yang memang fans berat dengan anak dari salah satu pengacara terkenal di negara ini.

"Vir! Lo di depan sama gue ya?" Aku langsung mendongak dan melotot tajam kepada Aulia.

"Yang bener aja! Nggak! Nggak! Gue dibelakang aja!" Seruku yang langsung ditanggapi Aulia dengan menarik lenganku cepat. Aulia ini tipikal orang sedeng. Maksudku, nyalinya itu lho gede banget!

"YOLO lah. Yuk ah naik ke perahu." Aku mendengus saat ia mengucapkan kata itu. Akhirnya aku pasrah saja ditaruh di depan. Aku hanya berdoa semoga saja jantungku setelah menaiki wahana ini masih bisa berdetak dengan normal.

Jingga Senja Dan Deru HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang