Two

42 12 1
                                    

Toko bajunya terletak tidak jauh dari sekolah, mereka berjalan menyusuri taman bersama-sama.
"Zayn, kau akan mengingatku kan?" Tanya Lilly gusar.
"Aku tidak mungkin lupa seseorang seperti mu Li" jawabnya pasti.

Lilly agak ragu, mom pernah bilang seseorang pasti akan berubah. Ia takut Zayn berubah, Zayn melupakanya, tapi ia menepis pemikiran konyol itu.

Mereka memasuki toko baju bersama-sama, mereka disambut seorang pelayan ramah.
"Nona, kau mau cari apa" tanyanya ramah.
"Entahlah, Zayn menurutmu apa yang cocok untukku," tanya Lilly.
"Kau suka ungu kan Li, momku bilang kau cantik dengan ungu"
"Ya tentu" jawab Lilly.

Pelayan toko itu mengambilkan Lilly sebuah gaun ungu, dengan banyak bunga di ujung roknya.
"Cantik" kata Lilly kagum
"Bajumu bagaimana Zayn?" Tanya Lilly lagi.
"Eh, bisa kau carikan baju yang serasi dengan ini, ukuranku tentunya" kata Zayn pada pelayan toko yang berdiri di depannya itu.

Pelayan toko itu mengambilkan Zayn sebuah tuxedo berwarna putih.
"Ini bagus Zayn" lata Lilly
"Ya" jawab Zayn sambil tersenyum manis.

Lilly suka senyum Zayn,manis dan menawan. Membuatnya lupa dunia sesaat, ah konyol Zayn temanku katanya dalam hati. Teman yang akan ia rindukan.

Mereka keluar dari toko menenteng tas belanjaaan.
"Kita ke kedai es krim oke" kata Zayn
"Untuk yang terakhir" kata Lilly pelan, berharap Zayn tidak mendengarnya.

Mereka duduk di didekat jendela, tempat biasanya mereka duduk.
"Hei Lilly" kata Zayn
"Ya"
"Ini untuk mu" katanya memberikan sebuah kalung dengan liontin sebuah cincin.
"Kebesaran ya, jadinya kuberi kalung" lanjut Zayn sambil menunjukan kalungnya. Ternyata kalung mereka berpasangan, dengan cincin yang sama, rantai perak yang sama.
Lilly tersenyum sekilas, senyumnya luntur diganti sesengukan kecil.

Zayn pindah ke dekat Lilly, merangkul pundaknya, menunggu Lilly berhenti menangis.
"Jangan menangis Li, masih 6 hari oke" katanya pasrah.

Lilly duduk di depan meja rias, momnya dibelakang sambil menata rambut Lilly. Harusnya ia tersenyum seperti gadis lain, tapi hatinya hancur karena Zayn harus berangkat besok pagi-pagi sekali. Yah aku harus terlihat baik untuk pertemuan terakhir, hei kata terakhir tidak seburuk itu, katanya pada diri sendiri. Bodohnya aku, katanya lagi. Pembohong kecil yang membohongi diri sendiri.

Terdengar suara mobil, dan pintu terbuka, itu pasti Zayn.
"Li, turunlah" dadnya memanggil
Lilly berlari turun menenteng sepatu miliknya.
Zayn sudah berduri di depan pintu membawa sebuket bunga mawar merah.
"Eh, kau cantik" kata Zayn
Lilly tersenyum malu.
"Terimakasih, dah daddy mommy"

Lilly berjalan tersandung-sandung ke mobil Zayn, hak tinggi dan rumput bukan kombinasi yang baik untuk seorang gadis patah hati. Zayn rupanya menyewa mobil klasik dengan seorang supir.

Perjalananya hening sekali, mereka berdua sama-sama diam.
"Zayn, aku buruk dalam berdansa" kata Lilly.
"Tak apa, lakukan saja"jawabnya sambil tersenyum manis.

Bangunan sekolah sudah terlihat, mobil yang mereka kendarai sudah berbelok untuk parkir. Zayn turun duluan, membantu Lilly turun. Lilly benci hak tinggi.
Mereka bergandengan sampai aula sekolah.

The One That Got Away- Zayn MalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang