6

32 8 0
                                    

Ini panjang, enjoy😘

Makan siangnya ramai diwarnai ceritaku dan Zayn, sesekali Gi tertawa atau menambah cerita.

Aku masih tidak percaya, aku ada disini, bersama Zayn dan.... Kekasihnya, ya itu bagian yang aku benci.

Zayn banyak sekali berubah, tinggi, tampan, dia terlihat maskulin hampir seperti seorang model Saint Laurent atau CK dengan banyak tato di sekujur lengannya. Membuatnya nampak jutaan kali lebih baik dari bocah lima belas tahun yang aku lihat sepuluh tahun lalu.

Fakta yang benar-benar mengagetkanku adalah saat aku menyadari, aku mencintai Zayn, yah sejak satu setengah jam yang lalu. Aku mencintainya lewat pandangan pertama sejak sepuluh tahun lalu.

Mengejutkan Zayn masih mengenakan kalung kami, sama seperti ku, jadi kalau salah satu dari kalian melihatnya akan terlihat aku dan Zaynlah yang terlihat seperti pasangan.

Rasa penasaran ku terhadap orang tua Zayn masih aku simpan rapi. Seusai makan siang aku membantu Gi membereskan meja.

"Jadi Gi, kau sudah lama kenal Zayn?"
"Ya, tiga tahun"
Aku mengangguk.
"Kami bertemu di bar, dulunya aku bekerja sebagai pelayan di bar murahan disini,..."
Ia berhenti.
"Hei Gi, cerita saja, kita teman oke" kataku.
Gi duduk di kursi, menghela nafas.

"Aku tumbuh di Miami, momku pemabuk gila, aku anak tunggal, aku... Bersekolah sampai high school. Saat aku berumur 17, mom menjadi simpanan seorang pengusaha kaya, pindah ke LA, melupakan ku sepenuhnya, di Miami aku tinggal dengan bibiku. Setelah lulus aku ke LA, mencari momku, tapi rupanya momku lupa atau melupakan aku, entahlah Li. Aku mulai bekerja menjadi pelayan bar murahan selama 2 tahunan, tinggal di apartemen kumuh, lalu aku bertemu Zayn, dan hidupku berubah."

Hidup Gi sulit, lebih dari yang aku bayangkan. Padahal baru tadi aku punya niatan untuk merebut Zayn dari wanita cantik ini, tapi sedetik setelah ia bercerita aku tak sampai hati untuk bahkan memikirkan niatan itu.

Apartemen ini memang tidak mewah atau besar. Tapi sederhana dan nyaman, selesai aku membantu Gi bersih-bersih, kami duduk di sofa. Aku binggung apa yang akan kami bicarakan.
"Ceritakan hidup mu Li"

"Aku seorang anak tunggal, dari London, bersekolah, um, pindah kemari untuk melanjutkan studi menjadi pengacara profesional"
Aku agak kikuk menjawab pertanyaan Gi, aku merasa membandingkan hidup mulusku dengan hidup berbatu nya.

Ibu ku seorang wanita karir, ibunya pemabuk gila yang menikahi pengusaha kaya dan melupakannya. Aku bersekolah dengan mulus tercukupi menjadi pengacara profesional, ia hanyalah mantan pelayan bar, yang sekarang menjadi penjaga toko baju.

"Kau beruntung Li," katanya.

Tidak kau lebih beruntung kau mendapatkan Zayn, sedangkan aku kehilanganya satu dekade.

"Ya" jawabku.
Hanya itu yang keluar dari mulutku, hanya itu.

"Jadi Zayn , bekerja di mana?" tanyaku.
"Bay B Club, dua blok dari sini"
Aku mengganguk.
"Besok aku kemari, bye, aku pulang dulu"

Sesampainya di hotel aku tiduran sebentar lalu mandi. Aku memakai dress hitam mengkilap pendek yang sering kupakai pesta, aku memakai make up cukup tebal dengan heels 10 senti, sial aku terlihat seperti prostitusi.

Aku menaiki taksi, dan berhenti tepat di Bay B Club. Aku ingin bicara dengan Zayn empat mata. Aku rindu Zayn.

Saat membuka pintu club alunan musik nyaris memecahkan gendang telinga ku. Mataku melirik sana sini mencari Zayn, tapi yang ku temukan hanyalah pemabuk dan wanita murahan.

Aku akhirnya hanya duduk di bar, memainkan ponsel, beberapa mencoba menggodaku, bodohnya aku, dengan terusan pendek ini aku terlihat seperti murahan.

Bartender nya sama sekali bukan Zayn, setelah lelah melirik sana ini aku akhirnya menyerah dan bertanya.

"Dude kau tau Zayn" tanyaku pada bartender.
"Tentu cantik dia Zee, cari di dekat striper berbaju ungu itu"
"Terimakasih.."
"Karl"
"Terimakasih Karl"

Aku berjalan mendekati salah satu bangku yang ditunjuk Karl, dan disitu aku menemukan Zayn, duduk bersama teman-temanya.

"Ku kira ini shift mu Zayn" kataku
"Oh Li, astagah, tidak tidak shift ku selesai 10 menit lalu" jawabnya
Aku memeluknya, aku benci kehilangan ya, aku ingin seperti ini selamanya.

Kami bertatap tatapan lama, aku menatap matanya, favoritku sejak dulu.
Bagiku, mencintai orang lewat matanya, adalah mencintainya selamanya karena mata adalah satu satunya hal yang tidak berubah

Zayn  mendekat dan menciumku pelan.
Astagah apa yang terjadi.

Maaf ngantung💕

The One That Got Away- Zayn MalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang