SEVEN

5.5K 646 29
                                    

Jikyo pov.

"Ayo keluar, sudah sampai," perintah tuan Joshua padaku.
Bukan seharusnya dia turun lebih dulu lalu membukakan pintu untukku?

OMG!

Jikyo dia majikanmu, kenapa berpikiran seperti itu, bodoh?

"B-baik."

Aku keluar dari mobil tuan Joshua, di depanku, gedung megah tempat acara dilaksanakan berdiri dengan kokohnya, ada suara dentuman musik dari dalam gedung, sangat meriah.

"Ayo."

Aku berjalan berdampingan dengan tuan Joshua memasuki gedung.

Lagu dengan judul Piano Forest mengalun indah merasuki telingaku begitu aku menginjakkan kakiku ke dalam gedung.

GREP...

DEG...

Sesuatu seperti menyentuh pinggangku.

"T-tu..."

"Josh, call me Josh," bisik tuan Joshua di telingaku.

Tuan Joshua sedikit menarik tubuhku agar lebih dekat dengannya.

"Hey, Direktur muda kita datang," ucap seorang bapak yang sedang berbincang, tidak, dia belum terlalu tua, mungkin umurnya hanya berbeda beberapa tahun lebih tua dari tuan Joshua.

Tuan Joshua hanya tersenyum simpul, aku mau tidak mau juga ikut tersenyum di hadapan teman-teman tuan Joshua.

"Akhirnya kau bersama dengan seorang perempuan."

What? Akhirnya? Tuan Joshua... aish.

"Jangan terlalu lama sendiri, apa kau tidak iri jika datang ke acara-acara kau selalu sendiri? Hahaha."

"Ck, sudahlah, di mana anak tuan Wen?"

"Morry sedang berkumpul dengan temannya."

"Baiklah, kita akan menemuinya dulu."

Kita? Ki-ta? Tuan Joshua menyebutku dengannya kita? Ya Tuhan.

"Kalau dilihat-lihat pilihanmu bagus juga."

"Hey, ingat anak dan istri kalian," ucap tuan Joshua sambil berjalan menjauh dari mereka, masih merangkul pinggangku.

"Wen Morry, happy birthday."

"Oh, paman Josh, terima kasih."

"Apa? Paman?"

"Yaa, kenapa?"

"Sudah aku bilang aku masih terlalu muda untuk dipanggil paman."

"Tidak, tidak paman."

"Terserah kau."

"Hehehe."

"Oh ya, ini untukmu yang sekarang berumur 18 tahun, anak tuan Wen sudah dewasa."

Tuan Joshua memberikan paper bag berisi hadiah di tangan kanannya ke gadis bernama Morry, aku baru sadar dia membawa hadiah.

"Woah, terima kasih. Oh ya, Dino ke mana? Kenapa dia tidak ikut? Uh? Dia siapa? Apa dia kekasihmu paman? Cantik."

"Yaa, dia kekasih paman, kalau tidak cantik tidak akan paman jadikan kekasih."

Blush...

Wajahku terasa panas, seperti ribuan bunga bermekaran di dadaku. Tapi, apa yang dikatakan tuan Joshua bukanlah sebuah kenyataan.

Tapi sebuah ucapan adalah doa, dan bisa saja terwujud menjadi kenyataan.

Ya! Cho Jikyo.

"Aku cantik, kenapa tidak aku saja yang alpaman jadikan kekasih?"

[SEVENTEEN FANFICTION] Oh! My Boss/Joshua ver. - CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang