12. The Answer

12.2K 735 5
                                    

Laki- laki itu melihat ke arah Zahra dan Rai, "Azam/ mas azam?" ujar kakak beradik itu, ternyata tamu mereka adalah Azam, suami dari Arum.
"Iya"
"Arumnya mana mas?"
"Lagi ke kamar mandi, tuh dia!" ujarnya sambil menunjuk ke belakang Zahra. Arum tengah tersenyum lebar sambil mengambil langkah besar- besar

"Arum../ Zahra!!" ujar keduanya,
"Perut kamu sudah membesar, aku mau ngelus- ngelus boleh ya?"
"Boleh lah, sayang ada aunty Zahra nih!" ujar Arum
"Assalamualaikum sayang.. ini aunty, kamu yang sehat ya di sana. Aaa.. Aunty seneng banget, 7 bulan Rum?"
"Masih 5 Zahra, kamu lupa?"
"Abis aku pengen cepet- cepet liat dia!"
"Sabar.."omel Arum
"Ada urusan apa Zam?" tanya Raihan
"Ngidam, pengen ketemu kembaranya bang"

"Arum- Arum"decak Zahra
"Ra..."panggil Arum
"Apa?"
"Aku mau es krim nih, beli yuk"
"Ya sudah aku beliin sama abang "
"Gak mau! Aku maunya kita berdua aja yang beli"rengek Arum, Azam hanya menghela nafasnya. Begitulah tingkah istrinya saat hamil.
"Astagfirullahaladzim.. Jangan bandel deh, ini udah malem tau."omel Zahra sambil berkacak pinggang
"Arum, gak boleh sayang nanti kalau ada apa- apa dengan cucu abi gimana? Biar Zahra dan Raihan saja yang membeli nya!"ujar abi tegas, Zahra tersenyum menang, tidak ada yang bisa menolak apa yang abi katakan.
"Tapi bi.."
"Jangan bantah abi!"ujar abi tegas
"iya deh bi"
"mau es krim apa Rum?"tanya Zahra
"aku mau es krim yang rasa kacang hijau itu"
"ok, aku beliin"
"Dua... Eh, 3 aja deh"pesan Arum, sedangkan yang lainya hanya geleng- geleng kepala.

Tok.. Tok..
"Assalamu'alaikum.."
"Wa'alaikumussalam..jawab semua orang, Zahra berjalan membuka pintu.
"loh, mba Hum? Zalfaa?"tanya Zahra, dia melihat Humaira yang tengah menggandeng balita itu. Zalfaa menguap beberapa kali, sepertinya dia sudah mengantuk.
“Eh, nak Humaira dan Afa, ayo masuk! duduk dulu”
"iya umi, sedang ada tamu ya? Saya hanya ingin mengembalikan handphone Zahra yang tertinggal. Ini, Ra.."ujar Humaira sambil menyodorkan Hp itu.
"astagfirullahaladzim.. aku aja gak sadar kalau tertinggal, syukran ya mba.”
"Sama- sama ra.."
"tidak mau mampir dulu?"tanya umi,
"siapa mi?"tanya Arum dari balik umi
"Ini Humaira, Rum."
"aku baru lihat, kenapa gak di ajak masuk saja?"

"Tidak, syukran Arum. Zalfaa sudah mengantuk, jadi kami akan pulang saja sekarang."

"Masya Allah! Lucu sekali, anaknya mba?"tanya Arum, dia gemas melihat Zalfaa. 
"Iya"
"Mba, gak di temani suami ke sininya? ini kan sudah malam"
"Saya belum menikah"jawab Humaira
"Mmmm.. Afwan mba"
"Tidak apa- apa, kalau begitu saya pamit dulu. Assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikumussalam.."

"Humaira tunggu!"panggil Raihan yang keluar dari dalam rumah
"Ya, mas Raihan?"
"Kebetulan saya dan Zahra mau ke alfamart depan, bareng kami saja. Ini sudah malam, gak baik seorang perempuan berjalan tanpa ada mahram yang bisa melindungi nya."
"Iya benar itu mba"

"Saya mengerti maksudnya mas, syukran kalau saya boleh nebeng."
"Ayo..."umi mengajak Arum masuk ke dalam, sedangkan Raihan, dan ketiga wanita itu sudah masuk ke dalam mobil.

"Bunda,afa ngantuk .."
"Ya sudah kamu tidur saja, nanti bunda gendong"
"Mba, besok aku mau ajak Zalfaa main di rumah ya."
"Iya ra"
"Asik.. "
"Oh iya ra, jawaban kamu apa? Soal Al?"tanya Raihan
"Aku sampe lupa, bismillahirrahmanirrahim.. Aku menyetujuinya bang"

"Alhamdulillah..Tadi ada seorang akhi yang mengkhitbah Zahra, Insya Allah dia laki- laki yang baik."jelas Raihan yang melihat  raut bingung dari wajah Humaira.

"Benarkah? Alhamdulillahirrabbil alamin.. selamat ya, ra"

"Iya mba :). Abang gak apa- apa nih di lewatin adeknya lagi?"
"Ra, kan abang sudah bilang. Gak masalah sama sekali, jodoh itu sudah Allah yang mengaturnya."
"Benar kata mas Raihan"
"Iya.. Semoga aja, abang cepet dapat jodoh yang sholehah ya bang, pintar masak, ke ibuan, ya pokoknya yang baik- baik deh."ujar Zahra, sambil memperhatikan Humaira.

"Aamiin..." jawab Raihan dan Humaira bersamaan, dan saat ini mereka sudah sampai di depan gang.
"Bang, kayaknya mba Hum kesusahan deh. Zalfaa tidur, tolong bantuin bang."
"Iya de, sebentar."

Raihan membuka pintu dimana kepala zalfaa tidur di pangkuan Humaira, dia mengangkat balita itu. Beberapa pemuda dan bapak- bapak melihat ke arah mobil itu, zahra ikut melangkah keluar mobil karna takut terjadi fitnah. Humaira juga keluar dari mobil.

***

Al pov

Alhamdulillah.. Akhirnya sampai di rumah, aku merebahkan tubuhku di atas kasur king size milikku. Sepertinya aku ingin memejamkan mata sebentar,

"Al..." panggil umi, sambil membuka pintu kamar. Dia membawa segelas air putih,
"Iya mi?"
"Kamu pasti lelah ya? Ini umi bawa air minum buat kamu"
"Masya Allah.. Syukran mi, kan Al bisa ambil sendiri. Umi gak usah repot- repot" ujarku, aku sudah mengubah posisi rebahanku tadi menjadi bersila di atas kasur, umi duduk diatas sofa, di sebrangku itu.

Dia tersenyum, umi.. Seorang wanita yang sangat penting dalam hidupku, wanita sangat berjasa untukku, dia yang mengandungku, melahirkanku, menyayangiku, melindungiku, yang mengajariku cara berjalan, berbicara, dsb. Oh umi.. Aku bahkan tak bisa melunasi hutangku, sampai kapanpun padamu.

"Al... Gak masalah buat umi kok. Umi juga gak merasa di repotin"
"Iya umi- ku yang tercinta"
"Al, gimana dengan akhwat yang kamu mau khitbah itu?" tanya umi
"Alhamdulillah.. Sudah mi, tadi Al sudah mengkhitbah nya kepada abi dan kakaknya. Syukran atas restu abi dan umi tadi pagi :)"

"Alhamdulillah.. Memang namanya siapa? Di terima?"
"Namanya Zahra mi, ayahnya itu pak Ibnu. Masih menunggu jawaban Zahra mi, kalau abi dan kakaknya sudah setuju"
"Ibnu Ahmad? Suami dari Aminah? Itu sahabat umi waktu kuliah Al, kalau begini, umi sangat setuju!" seru umi senang, aku menjawab pertanyaan umi dengan anggukan.

Syukur Alhamdulillah, kalau umi setuju. Tadi abi juga bilang setuju padaku, dia cukup kenal siapa Zahra. Karna Abi adalah dosennya, seperti kata pepatah 'dunia ini sempit'

Mana aku tahu bahwa umi dan abi mengenal keluarganya Zahra, Masya Allah.. Inilah kuasa Allah.

"Al, umi mau ke kamar ya."
"Iya mi"

Setelah umi menutup pintu, aku kembali merebahkan tubuhku. Ku lirik jam di dinding, pukul 22.37.
Drrrttt.. Drrttt...

Handphone ku bergetar, aku langsung mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelpon

"Assalamu'alaikum.."
"........"
"Eh, bang Rai?"
"......."
"Hehehe.. Gpp lah, ane manggil abang."
"......"
"Nah, gitu dong bang. Ada apa ya bang?"
"......."
"Masya Allah.. Benarkah bang? Alhamdulillah.. Besok, Insya Allah ane dan keluarga akan ke datang ke rumah untuk membicarakan pernikahan nya."
"....."
"Waalaikumussalam..."

Alhamdulillah Zahra menerima khitbahan ku.

***

Zahra pov
Setelah meberikan pesanan Arum, aku pamit kembali ke kamarku.
Ya Allah, aku telah menerima khitbahanya. Semoga keputusan yang ku ambil, adalah yang terbaik.

Ya Rabbana, jika aku jatuh hati, jagalah hatiku padanya agar tdk berpaling hati ini dari-Mu.

Ya Rabbul Izzati, jika aku rindu, rindukanlah aku pada seseorang yg merindu syahid di jalan-Mu.

Ya Allah, jika aku menikmati cinta pada hamba-Mu, janganla kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhirmu.. Aamiin..

Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi 'ala diinik

Bersambung...

Assalamualaikum..
Udah update nih, hehehe.. Nantiin kelanjutan cerita Zahra dan Al besok ya ^^
Akhirnya bisa posting juga, setelah berjuang dengan internet yang lemot :D.

Takdir cinta dari AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang