02

2.2K 158 0
                                    

Cat menyusuri koridor sekolah, ia mencari sahabatnya, Fani! Tadi mereka berpisah karena tiba-tiba Cat dipanggil oleh wali kelasnya, biasa lah, Cat kan ketua kelas. Bagas juga ketua kelas yes, di kelasnya masing-masing ya tapi. Tapi saat ia sedang sibuk mencari Fani, tiba-tiba seseorang menghentikannya.

Oh, ternyata si Mila, cabe-cabeannya Bagas.

"Ngapain lo ngeliatin gue begitu banget?!" tanya Mila.

Ups! Pantas aja Mila nanya begitu, tadi Cat natapin Milanya gitu banget sih, kayak jijik-jijik geli gitu. Hihihi.

Cat menahan tawanya.

"Apa yang lucu?!!!"

Cat menggeleng, "Biasa aja kali Mil, sinis banget sama gue. Gue kan gak punya masalah sama lo."

Mila menatap Cat geli. "Lo kan musuh bebuyutannya prince gue, jadi otomatis lo itu musuh gue juga walaupun gue sama lo gak ada masalah apapun! Ngerti Barbie pasar?"

Begitulah Mila, selalu manggil Cat dengan sebutan Barbie seperti yang lainnya, tapi diakhir embel-embel 'pasar'.

Cat mengerutkan dahi, "Prince? Maksud lo...Bagas? Ew, gak ada pantes-pantesnya dipanggil Prince. Eh tunggu, lo bilang gue Barbie pasar? Yang ada tuh elo Cabe pasar!!"

"Eh, lo berani sama gue?!"

"Kenapa gue harus takut sama lo?! Emangnya lo Tuhan?!"

"Oh gitu! Cari gara-gara ya lo!!"

Mila langsung menjambak rambut Cat dengan kasar, Cat meringis kesakitan sambil mencoba melepaskan tangan Mila dari rambutnya. Namun sangat sulit! Ingin rasanya ia membalas jambak, tapi, itu bukan mainannya. Sorry.

Fani akhirnya datang, ia langsung mendorong Mila dengan kasar sampai ia berjalan mundur empat langkah.

"Mil, lo apa-apaan sih?"

"Lo gak ada urusan ya! Gak usah ikut campur!"

"Udah lah Fan, gak usah diurusin, cabe pasar emang mainannya norak, jambak-jambakan, ew! Yuk balik aja."

Cat mengajak Fani untuk balik bersamanya ke asrama, meninggalkan Mila yang emosinya masih memuncak.

°°°°

Cat dan Fani sedang berada diasrama mereka, tentunya diasrama putri ya! Oh ya, baidewey, mereka itu satu kamar, satu kelas, ah pokoknya satu hati deh.

"Fan, gue ke kantin dulu ya! Aus gue belum minum dari tadi gara-gara si konyol Bagas."

Fani tertawa kecil, "Siapa suruh lo ngerebutin botol."

Hhmmm.

Cat mengabaikan Fani yang terus meledeknya. Ya bagaimana Fani tidak meledek? Cat dan Bagas selalu bertengkar hebat tentang hal-hal kecil yang gak jelas.

Cat berjalan menuju kantin. Namun, baru sampai depan lobi sekolah ia sudah mendengus sebal. Bagaimana tidak? Saat ini didepannya ada musuh bebuyutannya, Bagas!

Cat tersenyum licik saat melihat tali sepatu Bagas terlepas. Bagas hanya menatapnya dingin tanpa ekspresi. Saat melewati Bagas, Cat dengan sengaja menginjak tali sepatu Bagas lalu berhenti. Sedangkan Bagas yang tidak tahu menahu lanjut saja berjalan. Alhasil, Bagas jadi nyusruk kebawah. Untungnya Bagas bisa menahan kepalanya agar tidak ikut nyusruk ke lantai.

Cat yang melihat itu malah tertawa sampai terbahak-bahak. Saking senengnya ya mungkin. Bagas yang merasa harga dirinya dijatuhkan naik darah. Wajahnya memerah. Ia bangun lalu menatap Cat dengan geram, itu sangatlah....menyeramkan! Cat yang ditatap seperti itu menjadi takut dan menghentikan tawanya. Namun, ia sama sekali tak memasang ekspresi takut diwajahnya. Sok berani aja dulu ye gak?! Haha.

"Apa?!" tanya Cat dengan nada menantang.

"Lo udah bikin gue marah! Gue gak akan kasih lo ampun!"

Cat nyeleneh, ia menggumam-gumamkan bibirnya tanpa suara, bermaksud meledek Bagas.

"Gue serius!"

Gertakan Bagas mampu membuat Cat berdiri kaku. Namun, itu hanya terjadi sebentar, tiga detik kemudian, Cat kembali nyeleneh, "Ih, takut banget ih gak dikasih ampun sama cowo tenar tapi sok kecakepan. Ih takut..." Cat semakin meledek Bagas.

Bagas semakin geram, ia sudah enek ingin muntah melihat tingkah cewek tengil dihadapannya. "Dasar cewek aneh. Udah boncel, tengil lagi." kata Bagas tapi sok buang muka.

"Apa lo bilang?!" darah Cat ikut mendidih.

"Gue bilang. Ada cewek aneh, udah boncel, tengil lagi! Kenapa hah? Lo ngerasa?! Bagus deh kalau lo ngerasa!! Berarti lo sadar diri!"

Sial. Cat mengutuk dirinya sendiri!! Kenapa dia harus merasa?! Errh, gimana sih, ya namanya juga gue lagi emosi!!

"Terserah deh ya! Gue gak perduli. Dasar cowok sok kecakepan!"

Bagas sok berfikir, "Sok kecakepan? Sorry ya gue gak ngerasa!"

Cat manyun, kenapa dia selalu kalah bacot sama orang ini? Padahal cowok ini dingin, sedangkan Cat? Cerewet. Tapi kenapa Cat selalu kena skakmat setiap adu bacot sama si Bagas? Au deh gue gak paham.

Sial. Cat terus merutuki dirinya sendiri di dalam hati. Bagaimana pun ia tidak boleh kelihatan kalah didepan Bagas!

"Kenapa lo diem aja? Biasanya nyerocos mulu. Udah kena skakmat ya sama gue." Bagas tersenyum miring, senyuman yang diharapkan semua cewek disekolah ini. Tapi tidak untuk Cat, menurutnya, senyum dari Bagas adalah penghinaan dirinya.

"Gue? Kena skakmat?" emang iya sih, "Ya engga lah! Gue tuh lagi haus banget! Gue sebenernya mau bales semua ocehan murahan lo. Tapi sayangnya sekarang lo lagi beruntung, awas lo ya kalau kerongkongan gue udah gak kering! Pasti bakalan gue bales! Gak usah sok menang! Oke?!!!"

Cat tetap tidak mau kalah! Alasan apapun akan ia jabani asalkan tidak terlihat kalah dihadapan Bagas. Cat berjalan melengos dari hadapan Bagas.

Dari pada gue makin diskakmat, mendingan gue cabut aja!


>>>>>>>Next!<<<<<<<

Vote dan komen ya babes sebelum pindah part;)

Follow akun wattpad gue: rhmbllghn

Follback? Bilang aja;)

BAPER (Jariana)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang