11

1.2K 113 0
                                    

Cat memasuki kamar dengan tampang keselnya.

"Oi napa lu pulang jalan malah kusem begitu?" tanya Fani.

Cat merebahkan badannya dikasur. "BETE!!!"

"Napa sih?"

"Gimana gak kesel coba! Gue tuh ya nyuruh anak kecil buat bikin kesel si Bagas. Gak taunya dia malah seneng-seneng aja. KESEL!!!" Teriak Cat.

Fani menatap bingung Cat, lalu sedetik kemudian dia menjitak Cat.

"Duh, apaan sih lo Fan! Sakit bego!"

"Lagian lo ngapain ngerjain si pacar lo sendiri!"

"Ih, pacar apaan. Ini karena tantangan lo doang."

"Tapi lo harus perlakuin dia kayak pacar lo lah!"

"Bodo lah! Gue capek!!!" Cat menutupi dirinya dengan selimut.

°°°

Bagas menyusuri jalan menuju parkiran untuk mengambil motornya. Biasa, namanya juga minggu.

Namun ketika ia hendak pergi, ia melihat seseorang terbaring di tengah-tengah taman yang letaknya sekitar dua meter darinya.

Dengan segera, Bagas menghampiri orang tersebut. Biasa! Jiwa penolong!

Bagas menganga lebar saat melihat ternyata orang yang terbaring tak berdaya itu adalah...

"CAT?!" Ujar Bagas terkejut.

Dia langsung panik! Masalahnya disana cuma dia doang! Terus dia yang harus nolong?

"Ah! Terpaksa deh!" Bagas membopong tubuh Cat.

°°°

Sekarang ini mereka, emm, maksudnya Cat dan Bagas sedang berada di klinik sekolah. Cat masih saja terbaring lemah di kasur klinik. Bagas hanya duduk panik saja disamping Cat.

Ini orang pinsan kan? Bukan mati?

Bagas menatapi wajah Cat. Entah kenapa, dia jadi terpaku. Cat terlihat....cantik. Ternyata Cat cantik juga ya kalau gak rese. Batin Bagas.

Bagas buru-buru menggeleng-gelengkan kepalanya sambil memejamkan mata. Bagas! Gak boleh! Lo harus bikin Cat yang jatuh cinta! Bukannya elo yang baper! Gak boleh baper pokoknya. Apalagi sama si barbie boncel.

"Ngapain lo geleng-geleng begitu?" sebuah suara membuat Bagas berhenti menggeleng dan membuka mata. "Mau mantra-mantrain gue?" ternyata Cat sudah sadar dari pinsannya.

"Iya! Gue mau kasih lo mantra biar lo cepet bangun."

Cat memperhatikan ruangan yang ia tempati, klinik? Fikir Cat. "Kok gue disini?"

"Iya, tadi lo pinsan di taman. Gue bawa aja kesini."

"Lo sendiri?"

"Iya. Tau gak? Lo berat!"

Cat berdecak sebal. Namun entah kenapa hatinya merasa geli. Bagas gendong gue? Kok sweet ya? Sekarang giliran Cat yang geleng-geleng sendiri. Gue gak boleh baper!

"Sekarang elo yang geleng-geleng sendiri." kata Bagas.

Cat menyeringai, "Hehe gue lagi nginget-nginget aja kenapa gue pinsan."

"Terus udah inget kenapa?"

Cat berdehem, "Sebelum pinsan tuh perut gue sakit banget. Kayaknya sih maag gue kambuh."

"Lo punya maag?"

Cat mengangguk.

"Terus emang lo belum makan dari kapan?"

"Dari pas...jalan sama lo itu."

"Oh iya astaga. Lo kan gak pesen makan ya waktu itu. Lo sih belagu gak mau pesen makan!"

"Ih kan pas itu gue lagi kesel sama Mbaknya."

"Oh iya ya, yaudah kalau gitu sekarang lo makan. Lo mau makan apa? Biar gue beliin." Ini bukan akting, ini refleks keluar dari mulut Bagas.

"Emmm seriusan mau beliin? Ah jangan-jangan nanti lo gak ikhlas lagi, lo cuma caper aja kan? Akting kan? Engga ah, nanti yang ada malah tambah sakit gue makan makanan dari orang yang gak ikhlas."

"Eh gue seriusan! Ini gak akting. Lagian gue capek akting mulu. Mendingan sekarang kita jalanin hubungannya gak usah pake akting deh. Apa adanya aja gausah sok kayak pasangan idaman. Nanti juga masalah jatuh cinta mah urusan belakangan. Palingan juga elo yang jatuh cinta sama gue."

"Dih, pede banget lo. Nah gitu, gue lebih suka kalau lo apa adanya, gak dibuat-buat."

Bagas menatap Cat jahil, "Jadi lo suka sama gue?"

Cat merutuki dirinya sendiri. Salah ngomong! Maksud dia bukan begitu! "Dih, bukan begitu maksud gue!"

"Ah masa sih sayang.." goda Bagas jahil.

"Bagas! Diem gak lo!" kok gue deg-degan ya? Aneh.

"Iya iya. Yaudah deal ya berarti kita gak usah pake akting?" Bagas menawari Cat bersalaman.

Cat menjabat tangan Bagas, "Deal!"

Tiba-tiba Cat merasakan sakit lagi di perutnya. Ia meremas perutnya sambil menggigit bibir menahan sakit.

"Kenapa?"

"Perut gue sakit lagi."

Bagas buru-buru mencari obat maag dikotak obat. Akhirnya dia menemukannya. Ia segera menuangkan air kedalam gelas dan memberi obat dan air itu kepada Cat. "Nih minum."

Cat menerimanya dan langsung meneguk obat yang ia dorong dengan bantuan air.

"Gimana? Baikan?"

Sakit diperutnya mulai reda. "Iya."

"Yaudah gue beliin lo makan dulu ya. Lo mau apa? Nasi goreng ya mau?"

Cat hanya diam saja. Bingung dengan sikap Bagas yang sangat baik kepadanya. Apakah Bagas lupa kalau yang sedang dia tolong ini adalah musuh bebuyutannya sendiri. Apa Bagas habis terjedut tembok, nyusruk ke bawah, atau ketimpa batu sampai-sampai dia amnesia? Begitukah? Tapi...mana mungkin sih. Buktinya dia masih ingat nama Cat! Berarti Bagas tidak amnesia. Berarti Bagas benar-benar......baik?

"Woi Cat, diem aja. Mau makan apa heh?"

"Emm? Eh iya. Itu. Anu."

"Anu-anu apaan? Dikantin gak ada makanan anu."

"Bukan! Maksud gue tuh gue mau...apa aja deh."

"Nasi goreng aja ya? Suka kan?"

Cat mengangguk.

"Oke! Tunggu bentar! Jangan kemana-mana! Gue bakal balik lagi."

Bagas langsung berlari keluar klinik dengan cepat.

Cat masih melongo. Kok dia perhatian banget ya?

>>>>>>Next<<<<<<<<

Vote&komen.
Follow wattpad: rhmbllghn

BAPER (Jariana)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang