Graha tersenyum sambil melihat gadis didepannya berjalan menuju mobil hitam diseberang jalan. Ia meringis karena silaunya matahari sore mengenai mobil hitam mengkilat itu. Dan fikirannya melayang.
'Dia bukan siapa-siapa gue.' tanpa berfikir untuk yang kedua kalinya Graha segera melajukan motornya. Menjemput seseorang yang mungkin sudah dari tadi menunggunya.
Sementara itu didalam mobil,cewek manis ini tersenyum lebar saat mendapati sosok lelaki disampingnya. Tautan tangan keduanya mengiringi mereka disepanjang perjalanan hingga restoran tempat mereka tuju.
"Kamu mau makan apa?"
"Terserah. Ikut kamu aja."
Keesokkan harinya,sekolah seperti biasa. Tugas yang menumpuk,ulangan di mana-mana seolah jamur air yang menjalar ke semua guru seantero sekolah. Dan seakan seringai kemenangan yang ditampilkan untuk murid-muridnya yang menggaruk kasar kepalanya karena membaca soal didepan mejanya. Graha dengan tatapan kecut tersenyum,melihat kelas diujung yang bersebrangan dengan kelasnya sendiri. Bukan karena ada guru yang selalu membanggakan namanya,boro-boro guru,penjaga sekolahpun tidak ada. Bukan memuji tepatnya,tetapi memarahi. Graha,selalu tersenyum manis saat melihat sosok kemarin yang baru saja ada dijangkauan matanya.
'Gue sekolah disini,tapi nggak kenal sama cewek itu. Bego bener ya?'
Ia selalu-selalu dan selalu terfikir. Siapa nama cewek yang kemarin terlambat berasamanya?Siapa cewek yang berani-beraninya menyiram kemeja sekolahnya dengan es teh ditengah ramainya kantin sekolah?Siapa sih cewek yang kemarin sore ia temui dengan sengaja didepan rumah sakit umum daerah?Dan jawaban dari semua itu sama.
Graha tidak tau,tepatnya belum tau siapa cewek dengan kuncir kuda yang amat menggemaskan baginya.
"Graha?!Lo nggak belajar?Ntar ulangan Fisika!" teriak Nino mengusik lamunan indahnya
"Tolol!Gue nggak bolot!Biasa aja ngomongnya!" bentak Graha yang malah mendapat cengiran dari teman satu bangkunya
Bel berbunyi tanda pelajaran bahasa Indonesia selesai. Graha meringis malas ketika mendengar suara merdu bel sekolah,yang suaranya amat ia tunggu untuk jam pulang. Bukan untuk pergantian jam B.Indonesia ke Fisika. Ini tandanya guru paling ia tidak cintai karena kegarangannya yang selalu memarahinya setiap ia masuk ke kelasnya. Padahal ia tak melakukan kesalahan,dan selalu ada jalan ke Roma,yang tandanya guru itu akan selalu mencari kesalahannya,lalu mengusir Graha untuk keluar dari jam pelajarannya.
Ia pertama berfikir ingin kabur saja ke markasnya. Tetapi baru saja Graha ingin berdiri,tiba-tiba,tangan guru yang sudah berumur itu meraih daun telingan kanan Graha. Jadi serba salah,masuk ke kelas beliau juga nanti ujung-ujungnya akan didepak keluar,tapi mau kabur tidak boleh. Sudah Graha duga.
"Mau kemana kamu Graha?!"
Graha menempelkan kepalanya di atas meja. Dengan malas,ia memainkan bolpennya dengan jemarinya. Telinganya seakan panas,bukan hanya karena bekas jeweran guru fisikanya itu,tetapi juga karena bisikan mengganggu dari temannya yang meminta jawaban ulangan hari ini. Graha memang nakal,tapi tidak dengan otaknya. Jangan salah,ia pernah menduduki peringkat satu pararel saat kelas sepuluh,dank arena beberapa guru tidak menyetujui,jadilah dirinya diturunkan nilainya dengan alasan 'suka bolos!' 'suka tidur dikelas' 'suka nggak ngerjain tugas'.
"Eh,Graha no 23 apaan?!"
"Bodo amat,kerjain sendiri. Gue juga ngga tau"
Tiba tiba sebuah kertas yang diremas berbentuk bulatan kecil mendarat dengan indah dimeja Graha,Graha mengernyitkan dahinya. Graha bukan pelajar polos yang tidak tau dari kode ini. Ia tersenyum kecut saat tangannya dengan reflek meraih kertas kusut itu. Dan membukanya perlahan sambil menebak pertanyaan apa yang akan muncul dari Fendi,sahabatnya yang duduk diujung ruang kelas.
"Saya paling tidak suka ada murid yang curang dimata pelajaran saya,mau jadi apa negara ini jika penerusnya berlaku curang?!Mau meneruskan korupsi?!GRAHA!KELUAR DARI KELAS SAYA!"
Graha menggebrak mejanya tertahan seraya bangkit dari duduknya. Ia tersenyum manis dengan artian fake smile ke arah guru fisika. Graha lalu meningalkan kelas dan menuju lapangan,tempat dimana biasanya ia dihukum.
Saking seringnya ia dihukum,sampai ia hafal dimana ia harus menjalankan tugasnya sebagai pelajar terajin dalam kena hukuman walau kadang ia tidak tau apa salah yang ia lakukan.
Ia meringis saat sinar matahari menjelajah pohon rindang didekat lapangan. Cukup besar,tapi tidak bisa menghalangi hawa panas yang menyelimuti tubuhnya. Kemejanya sebagian basah karena tetesan keringat.
Tapi itu seketika hilang,saat matanya menemukan sosok diujung lorong yang berjalan mendekati dirinya dengan bibir yang mengerucut.
"Biar gue tebak. Lo pasti kena hukum dan disuruh ke sini. Bener kan?" ucap Graha dengan tangan yang masih menjalankan tugasnya. Sebenarnya ia ingin tertawa saat melihat cewek yang bikin ia susah tidur 2 hari belakangan ini,sedang berjalan dengan raut wajah yang menggemaskan baginya.
"Sotoy lo" ucap cewek tersebut sambil menoyor kepala Graha dengan gemas.
Satu sentuhan dari cewek tersebut berhasil membuat hati Graha menghangat. Entah apa yang ia rasakan. Tetapi ia ingin waktu berhenti saat ini juga,ketika ia sedang berada di dekat cewek ini. Entah masalah apapun yang ia miliki akan hilang seketika.
"Apa sih...kapten basket kok nyontek"
"Gue mah udah biasa dihukum" ucap Graha masih sibuk untuk hormat bendera "semua pelajar di sekolah ini pada sombong,nggak mau bersilahturahmi ke ruang BK. Cuma gue yang selalu mau diajak pak Dendi atau Bu Margharet buat berkunjung. Gue nggak mau sombong nih ya.."
"Kenapa sih pelajar kaya kita ini selalu salah di mata guru?"
"Kita? Ini kode atau apaan?"
Dengan refleks,cewek cantik yang berada disampingnya menginjak kaki Graha.
"Aduh,cewek itu harus lembut. Lap keringet gue kek. Bawain minum kek. Atau apalah itu.." pinta Graha sambil berpura-pura ngambek. Memonyongkan bibirnya seperti anak TK yang nggak dituruti kemauanya
Cekikikan kecil dari cewek di sebelahnya sukses membuat Graha terpana "Nihh!"
Cewek disampingnya dengan cepat menyapukan tangannya ke wajah Graha. Sebenarnya itu bukan keinginannya,tetapi entah setan dari mana yang mengarahkan tangannya. Sebenarnya cewek ini juga sudah lama gregetan ingin merasakan kulit wajah Graha.
Saat tangganya sudah berada di ujung dagu Graha,tiba tiba dengan cepat tangan Graha menggenggam tangan cewek ini,seolah membiarkan tangan cewek ini untuk tetap berada di pipinya.
Keduanya saling terdiam,dan kedua manik mata mereka tidak sengaja saling bertemu. Kalau di dalam drama sih biasanya diiringi lagu romantis. Tapi saat ini,hanya desiran angin yang menyaksikannya.
"Lepasin tangan gue..."
"Bisa nggak lo diem untuk satu menit aja. Untuk sementara ini kaya gini aja" ucap Graha dengan tatapan sendunya menatap manik mata cewek di depannya
"Apa sih..lepasin..!"
"Lo percaya nggak,sama cinta pandangan pertama?"
"Tijel banget sih lo!!Lepasin Graha.." pinta cewek didepannya
"Nama lo siapa?"
"A..Ardani,Ardani Nessa Sa..Saputri" ucap Nessa dengan terbata-bata,ia tidak kuat jika tatapannya beradu dengan Graha terlalu lama. Ibaratnya seperti ganja yang memabukkan,namun buat dirinya seperti candu untuk terus berlama-lama menatap. Bukan sianida yang langsung bikin KO.
***
Hai para readers ^.^ gimana nih ceritanya?makin kesini makin ancur atau makin penasaran?
Jangan lupa untuk vote,comment and share cerita ini ya :) biar author-author ini (yang uploadnya uring-uringan gara-gara jumlah like :D ) jadi semangat karena ceritanya disukai sama pengguna wattpad :D kalo para readers ada yang belum follow akun kita, difollow ya jangan lupa :D xoxo ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
Killer of Love
Teen FictionCOMPLETED [✔] "Hidup itu kaya permen,ada manis,asam,pedas bahkan pahit. Dan lo nggak bisa hanya punya satu rasa permen dihidup lo,lo butuh semua rasa Ness,semuanya secara bersamaan. Hari ini asem,besok manis,besoknya pedes,gitu.." Ardani Nessa Sapu...