16

70 12 1
                                    

01 November 2026

"Pa?" tanya Nessa dengan langkah kaki yang serasa berat

Ayahnya,masih saja menempelkan jidatnya di kaca ruang ICU, masih saja setia menatap sosok didalam yang sudah ditutupi kain putih hingga kepala. Nessa tak tau harus melakukan apa, air matanya sudah sedari tadi berjatuhan. Mulutnya seolah bungkam, tetapi hatinya menjerit tak tahan

"Tuhan lebih sayang sama mama pa.." ucap Nesa sambil mengusap lembut punggung ayahnya yang masih saja bergetar karena tangis tak berkata apa-apa, yang Nessa dengar hanyalah tarikan nafas berat. Ayahnya sekarang layu, tak semangat seperti dulu, dan Nessa merasa miris melihat keadaan ayahnya.

"Papa nggak pernah setuju untuk mencabut alat penopang hidup mama, nggak pernah sama sekali"

Nessa menelan ludahnya, tangisnya belum mau berhenti, saat ia melihat sosok malaikat penjaganya selama ini sudah tiada.

Ia tahu, ia pernah tak suka dengan ibunya, memarahi beliau, karena ia pikir ayahnyalah yang selalu ada utuknya, ia berfikir bahwa ibunya selalu sibuk dengan pekerjaanya. Ia benci ibunya setelah sekian lama. Memasuki SMP semua berubah, ibunya selalu ada untuknya dan kini, hari ini ia merasa bersalah karena sudah melewatkan masa terindah saat ibunya hidup. Belum pernah ia bilang ia sayang pada beliau, yang ada hanya ucapan 'his' saat beliau mencoba mencium pipinya.

Tangisan Nessa tambah menjadi ketika ia ingat dulu ibunya rela hujan-hujanan saat mengantar dirinya untuk lomba music. Ibunya selalu menyiapkan susu hangat saat ia akan berangkat sekolah, tapi tak pernah ia sentuh karena susu itu sudah mendingin karena disipakan saat subuh menjelang, ibunya selalu berangkat pagi saat dirinya belum bangun. Nessa merasa hampa, dan sebagian dari dirinya ikut mati saat kepergian ibunya.

Bahunya bergetar hebat. Dan dia menjadi sunyi, seolah menjadi anak termalang sedunia.

"Mom.. Don't hate me if I made you cry." Ucap Nessa sambil berusaha berucap dengan suara parau, lalu raangkulan dari ayahnya membuat dirinya sedikit tenang "miss you mom."

~~>>

Nessa terdiam, menghapus air matanya dengan punggung tangannya. Dia merasa dititik itu juga dia menjadi orang terbodoh sedunia. Orang yang merasa menjadi idiot karena banyak rahasia yang sama sekali ia tak ketahui.

"Hidup itu kaya permen, ada manis, asam, pedas bahkan pahit. Dan lo nggak bisa hanya punya satu rasa permen dihidup lo, lo butuh semua rasa Ness, semuanya secara bersamaan. Hari ini asem, besok manis, besoknya pedes, gitu.." ucap Sindy sambil menggenggam erat tangan Nessa "Lo harus minta maaf sama Graha Ness"

"Gue,,,gue nggak bisa Sin.."

"Nggak bisa kenapa?Lo takut Graha nggak nerima lo?"

Tak ada jawaban dari Nessa,yang ada hanya hembusan nafas panjang. Seakan ia baru saja bermaraton beribu kilometer jauhnya.

***

01 Januari 2027 08.12

"Pagi ma.."

"Ma..Nessa mau..mau ke Graha nih. Doain Nessa yah" ujar gadis manis ini penuh senyum, meletakan sebuket bunga mawar putih diatas nisan ibundanya. Entah kenapa hari ini ia mulai siap bertemu Graha. Setelah liburan akhir semester sama sekali ia putus kontak dengan Graha.

Ibunya meninggal dua bulan lalu. Dan ia begitu sedih mengetahuinya. Terlebih setelah beberapa bulan lalu ia tau semua tentang ibunya. Tentang Graha, dan Arsya

Sebuah mobil honda putih melesat meninggalkan pemakaman tanah kusir. Nessa dengan baju pink dan celana jeans putihnya terlihat begitu anggun. Dan tangannya sibuk menggandeng sosok anak kecil yang rambunya dikepang dua, si kriwil menggemaskan dengan bola mata bulat sempurna itu membuat Nessa selalu ingin mencubitnya.

Killer of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang