"Lo?!" ucap Graha yang reflek menjadi benci saat melihat Arysa, ya, Arsyanya yang dulu telah kembali.
"Gue pikir lo udah kelar!" ucap Graha lagi, saat mengingat dia sempat menghunuskan pisau di perut sebelah kiri Arsya
"Lo pikir gue udah mati cuman gara-gara tusukan itu?Cih!Lo emang cari mati ya?Lo deketin cewek gue?!!!" tanya Arsya sambil menarik tangan Nessa, mendekati Ghara yang berdiri diujung "lo selingkuh???!!!!!!" tanya Arsya sambil terus menggenggam erat pergelangan tangan Nessa, Graha tau itu pasti sakit dan pedas, karena memberikan efek merah dipergelangan tangannya "lo selingkuh??!!!!jawabb!!" bentak Arsya yang malah membuat Nessa semakin menundukkan kepalanya. Graha tau, Nessa pasti tengah terisak
"Lo nggak boleh kasar sama cewek!!" ucap Graha kesal
"Diem lo bacot!!!" bentak Arsya "sekarang lo masuk!....masuk ke rumah!!" bentak Arsya menyuruh Nessa, Nessa hanya diam saja dan mengikuti perintah Arsya
Arsya lalu memandangi Graha penuh dengan kebencian. Sementara itu, seolah tidak memperdulikan tatapan benci dari Arsya, Graha malah lebih memilih melihat tubuh Nessa yang sudah berlalu, masuk kedalam rumahnya dan dirinya belum sempat melihat wajah ayu Nessa.
"Mending lo pulang!!!!Gue nggak mau gue ribut sama lo!!" ucap Arsya sambil mendorong tubuh Graha, Graha hanya diam, memandangi rumah Nessa sejenak. Ia benar tidak takut sama sekali dengan Arsya. Tapi ia tau, kalau ia berkelahi dengan Arsya, malah menambah kegaduhan. Dan Graha tidak ingin menambah masalah. Apalagi amarahnya sudah tersulut saat melihat wajah Arysa lagi.
Graha melajukan mobilnya dengan perasaan berkecamuk. Jadi..selama ini Nessa adalah pacarnya Arsya Reyzan Pamungkas. Yang dulu Nessa selalu memanggilnya dengan Rey? Kenapa Graha tidak peka, bahwa nama Arsya ada indikator Reynya. Bodoh.
***
POV NESSA
Disinilah gue, termenung dengan keadaan menyedihkan. Rambut gue kusut dan gue ikat asal, wajah gue udah lengket dengan keringat dan air mata yang meninggalkan jalur dipipi gue, pelupuk mata gue yang bengkak karena gue nangis dari tadi. Gue nggak bisa ngebayangin, kenapa Reyzan yang gue kenal sekarang kembali ke Reyzan pemarah seperti dulu?Reynya gue udah berubah seperti monster.
Gue ngelirik jam weker di nakas yang menunjukan pukul 23.04, itu artinya gue udah duduk diranjang gue selama 4 jam lebih 4 menit. Gue hari ini capek banget, rasanya males buat ngapa-ngapain. Pikiran gue menerawang tentang setahun lalu. Saat Arsya milik gue masih berandal. Dan gue benci kalau dia dipanggil Arsya, karena menurut gue itu adalah panggilan Rey masa hitamnya. Lembaran hitamnya. Yang beberapa bulan ini udah mulai gue tutup. Gue nggak mau Reynya gue jadi pemarah seperti dulu.
Ponsel gue beberapa kali bunyi, menandakan ada notif yang ditinggalkan. Juga ada alunan nada dering tanda ada telfon masuk. Gue mager banget. Badan gue gemetar hebat pas mengingat kejadian tadi bareng Graha, gue jadi merasa bersalah sama Graha. Tapi tadi kayaknya Graha udah kenal sama Rey, dan Graha memanggilnya dengan nama panggilan Rey dulu.Berarti Graha udah kenal Rey lama.
Pikiran gue bercabang kemana-mana, dan hanya disatu titik itu. Gue rindu sama Graha.Entah kenapa. Gue pengen Graha disini, karena kehangatan tubuh Graha yang menurut gue adalah terapi buat gue. Akhir-akhir ini gue merasa aneh sama diri gue sendiri.
Perlahan sinar bulan masuk lewat tirai jendela gue dengan lembut. Gue tersenyum, rupanya diluar ada padang bulan. Bikin mood gue balik aja nih alam. Thanks to Allah.
Flashback Nessa
04 Januari 2026
"Ness, gue balik lah ya. Gue takut" ucap Sindy sambil terus menggenggam tangan Gue. Tangannya sedingin es, dan wajahnya pucat pasi. Gue jadi kasihan sama dia. Gue mengangguk pelan, lalu mengetahui jawaban gue matanya berbinar nggak percaya. Walaupun disini gue juga butuh teman, gue juga takut, takut banget
"Lo balik aja nggak papa Sin"
"Lo nggak papa disini?Balik aja bareng gue, bahaya Ness"
"Gue mau nunggu Arsya pulang"
"Ness...lo sebegitu cintanya sama dia?"
Gue terdiam mendengar pertanyaan Sindy, jujur gue sediri nggak tau apa gue beneran cinta atau nggak sama dia. Gue nggak bisa menjawab pertanyaan itu, dan pertanyaan itu tercipta bukan untuk dijawab.
"Lo__lo balik gih..." ucap gue sambil mendorong tubuh Sindy, Sindy sedikit murung dan gue tau dia kecewa sama keputusan gue. Dia lalu berlari menjauh dari koridor sekolah yang memang udah dibubarin setengah jam yang lalu.
Gue melongok sebentar dari jendela kelas dua belas, diluar masih ramai. Apa perlu gue panggil polisi?
Tangan gue gemetar hebat. Gue nggak tau harus ngelakuin apa. Gue butuh Arsya disini. Gue butuh Arsya disini buat tenangin gue. Gue nggak tau ada masalah apa Arsya sama anak-anak SMA gue, gue juga nggak tau tentang rencana penyerangan Arsya dengan temennya yang satupun nggak gue kenali untuk nyerang sekolah gue.
"Eh!...mending lo balik!" ucap seseorang yang bikin gue kaget, gue menoleh dan mendapati sosok pria berseragam Osis. Gue nggak tau namanya siapa. Yang jelas dia pasti ikutan dalam tawuran ini.
"Gu___gue gue nunggu orang" ucap gue gemetar
"Lo bisa mati!Mending balik..ayo!!Gue anterin!!" ucapnya sambil narik tangan gue dengan paksa, gue takut, bingung dan gue nggak tau harus ikut kata hati gue apa kata orang ini. Gue mau liat keadaan Arsya.
"A__ar__ggg..." ucap gue nggak jelas
Prankkkk!
Ucapan gue yang terbata-bata tadi terhenti saat ada suara kaca pecah. Gue segera menengok kebelakang, bukan-bukan....jendela kelas. Tapi,entah...gue nggak tau kaca mana yang pecah.
"Ahhh!!!!Bangsat!" ucap cowok itu,lalu ninggalin gue gitu aja
"Eh__eh tu..tungguu!" ucap gue berusaha menghentikan langkah kakinya yang lebar-lebar, tapi sayangnya ia udah nggak keliatan lagi
Beberapa menit kemudia, gue masih setia nunggu Arsya. Gue mondar-mandir nggak jelas, hati gue risau,pikiran gue udah melayang dan mikirin yang aneh-aneh, pikiran dan kemungkinan terburuk bagi diri Arsya.
"Kita pulang Ness!" ucap seseorang yang amat gue kenal suaranya, gue menoleh seketika. Saat mendapatinya berjalan mendekat
"Ka__kamu..kamu dari mana?" tanya gue, dan tangisan gue udah tumpah gitu aja. Jaket hitam dengan paduan biru dongkernya udah kotor, kaya bekas kena sarang laba-laba dan beberapa sawuran pasir dari bangunan, yang gue duga dia dilempar sama bekas bangunan sekolah yang baru-baru ini dirubuhkan. Wajahnya penuh keringat dan ada sedikit darah segar di tulang pipinya, lengan kirinya tergores,padahal tubuhnya sudah dibalut jaket, tetapi tajamnya benda yang mengenai lengannya lebih kuat, gue merinding sendiri saat melihat lukanya yang menganga.
"Kita pulang ya.," pintanya sambil membawa gue kedalam pelukannya, tangan kanannya sibuk mengelus lembut kepala gue
Gue tenang.
Cukup tenang, saat melihat wajah Arsya.
Dreeett.
Ponsel gue bergetar,gue buru-buru melepas pelukan Arsya yang nafasnya masih nggak teratur.
"Mama kecelakaan non.."
.....
Selanjutnya hanya suara detak jantung gue aja yang bisa gue tangkap, dan hanya warna abu-abu yang bisa gue liat. Semuanya buram, layaknya tv yang antenanya geser sesenti. Hembusan angin sama sekali udah nggak mempan dikulit.
Kalo bisa gue minta,
Gue mohon untuk gila saat itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Killer of Love
Teen FictionCOMPLETED [✔] "Hidup itu kaya permen,ada manis,asam,pedas bahkan pahit. Dan lo nggak bisa hanya punya satu rasa permen dihidup lo,lo butuh semua rasa Ness,semuanya secara bersamaan. Hari ini asem,besok manis,besoknya pedes,gitu.." Ardani Nessa Sapu...