7

87 17 7
                                    

"Yuk naik."

"Males!" jawab Nessa sambil membuang mukanya, pura-pura marah sebenarnya

"Buruan, ntar kesiangan. Atau lo emang sengaja mau berangakat telat biar bisa berduaan bareng gue. Ngaku aja lo!Duh..gue udah bosen kena hukum nih, gue juga mau kali masa depan yang ceraaaahhh....."

"Idih, pd plus lebay amat mas.." sergah Nessa, memukul bahu Graha dengan gemas

"Buruan" Graha nampaknya sudah habis kesabarannya, tanpa kompromi lama-lama, Graha segera mencubit pipi tembem Nessa, "Imut banget sih lo..abang emesss deh"

"Ih, langsung gatel gatel nih pipi gue" ucap Nessa yang sebenarnya menyembunyikan pipinya yang sudah mulai memerah kare malu

Kenapa ya?perlakuan Graha jauh berbeda dengan perlakuan Rey?

"Nih, pake" ujar Graha sambil menyodorkan sebuah helm berwarna biru muda.

Nessa tersenyum dan langsung meraih helm yang diberikan Graha. Nessa langsung naik dan menjatuhkan pantatnya di jok belakang motor Graha.

"Jangan modus peluk peluk gue loh ya.."

"Adanya gue bakalan nyekek lo!" Tambah nessa sambil mengambil ancang-ancang untuk menyekik leher Graha

Lelaki di depannya bukannya takut malah tertawa meledek Nessa. Tawannya belum juga reda saat keduanya sudah meninggalkan area perumahan Nessa.

Graha yang biasanya mengendarai motornya dengan kecepatan 100km/jam, hari ini dia hanya menjalankan motor dalam kecepatan 60km/jam. Otaknya sih berfikir ingin berlama lama bersama Nessa. Punggungnya juga entah mengapa menjalarkan kehangatan, itu karena suhu tubuh Nessa yang menghangatkan tubuhnya, tidak cuma tubuhnya, tapi hatinya juga. Entah apa yang mereka berdua rasakan, Graha mendadak kaku dan pendiam, Nessa yang dari tadi sibuk menyembunyikan detak jantungnya yang mungkin sedari tadi sudah bermaraton lebih dari 1 km.

"Dah sampe" ucap Graha mengangkat kedua tangannya ke udara, tidak perduli siswa-siswi lain yang menatap heran keduanya

"Makasih ya" ucap Nessa yang terkesan malu-malu, Graha menatap Nessa dengan penuh arti, lalu mengangguk dan melambaikan tangannya karena ia harus memarkirkan motornya terlebih dahulu.

Hari ini pulang awal, Nessa sudah menyusun rencana untuk ke toko buku. Membelanjakan uang tabungannya untuk membeli beberapa judul novel yang baru diterbitkan. Jangan salah, memang kelakuan Nessa suka asal, tapi sebenarnya jika disuguhkan bacaan yang melow pasti hatinya akan menangis bombay.

Nessa selalu senang mencium aroma kertas novel-novel yang tertata rapih dirak dan masih disegel. Ia selalu suka warna buku-buku baru, mungkin lebih menyenangkan warna cover novel dari pada rainbow cake yang bikin eneg.

Nessa mengelilingi rak-rak buku, tersenyum saat jemarinya menyentuh cover buku baru. Masih licin, gumamnya dalam hati. Matanya sedikit menyipit melihat sosok kecil didepannya, terduduk sambil memangku buku-buku binatang, tertawa sumringah saat melihat bagian anatomi katak yang seharusnya dipelajari anak SMP.

"Hallo adik kecil" sapa Nessa sambil berjongkok, menunjukkan sebatang coklat yang sengaja ia simpan ditasnya, ini adalah kebiasan Nessa untuk selalu menyimpan makanan kesukaanya di tempat yang kira-kira selalu ia bawa, bahkan sampai coklat-coklat malang itu penyek dan mencair, baru deh Nessa menyelamatkan nyawa coklat tersebut. Tragis.

Gadis manis ini tersenyum kaku, mata bulat dengan binar yang indah menyelidiki setiap sudut wajah Nessa, rambut keriting merah jagung itu bergerak sedikit karena tiupan AC yang menderu, ia lalu mengerjapkan matanya tanda terpesona. Manik matanya tajam dan menggemaskan, serasa Nessa ingin mencungkilnya dan dijadikan hak milik, manik mata yang tidak asing. Bulat sempurna dan selalu menampakan puppy eyes.

"Hallo kakak cantik" sapanya sambil berdadah riah, matanya penuh binar dan itu amat mempesona bagi Nessa

"Kamu sendiri?"

Gadis manis ini mengangguk lalu berbalik melihat buku ensiklopedia dan membolak balikannya, menunjuk-nunjuk dengan tangan mungilnya khas anak TK.

Nessa sedikit begidik, bagaimana anak manis ini begitu menyukai katak yang menjijikan?

"Kakak suka katak?Katanya kalau kita masuk ke hutan dan tiba-tiba ada katak buduk. Itu tandanya sebental lagi kita tiba di sebuah desa. Katak kaya kompas ya kakak cantik?" ujarnya berapi-api, membaca tulisan kecil yang berada didalam artikel buku tersebut. Nessa sedikit tersinggung, dulu sewaktu ia TK dan seumuran dengan bocah didepannya ini, mungkin ia baru bisa mengeja dan menggambar. Dan suatu kehebatannya saat itu hanya satu, yaitu bisa menghabiskan permen coklat hingga berbungkus-bungkus

"Loh,adek kecil tau dari mana?Kok masih kecil udah pinter banget. Diajarin siapa sih" ujar Nesaa sambil mengelus halus rambut pendek anak kecil itu. Sejenak kulit tangannya merasa nyaman untuk terus mengelus rambut sikecil ini

"Kakak gantengnya aku..."

Nessa tersenyum seraya berjongkok menyetarakan tingginya dengan anak manis berambut kriting merah ini. Ia sejujurnya sedikit merinding disko melihat bagian tubuh katak yang teramat menggelikan terbelek menjadi beberapa bagian dan menunjukan isi dalam perutnya.

"Oh ya?Nama kakak gantengnya siapa?..." tanya Nessa pura-pura antusias, tapi juga modus, siapa tahu ganteng beneran dan bisa dijadiin gebetan.Hidup jomblo!

"L______"

Ucapan bocah manis ini terhenti saat melihat sepasang kaki jenjang berdiri kokoh didepannya. Ia tersentum lebar, bahkan manik mata hitamnya sudah membulat dengan sempurna persis saat manic mata itu melihta kehadiran Nessa pertama kali, dan Nessa sukses terkesima, bukan hanya karena mungilnya bocah didepannya yang minta dibungkus bawa pulang, tapi sosok si kaki jenjang dengan seragam Osis sedang menatapnya penuh menyelidik. Mengangkat satu alis matanya dan menyeringai saat melihat Nessa tercekat dan membuka lebar mulutnya

"I..i..ini..ini kak____" ucap Nessa tercekat

***

Please tinggalin jejak buat pembaca cerita ini yah ;)

Thanks..

Killer of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang