4.Perjuangan 1

325 10 0
                                    


Ryan

Siang itu seperti biasa, dengan paksaan teman temanku yang tak kenal lelah, kita mampir ke mushola untuk melaksanakan solat dzuhur. Aku memang selalu malas menjalankan kewajibanku yang satu ini. Entahlah.. Dirumahpun, jika belum mendapatkan jeweran dari bunda, aku tidak akan repot repot pergi ke masjid mengerjakan solat berjama'ah. "Laki laki itu harus menjadi imam yang baik" katanya. Ah, tak bisa dipungkiri perkataan bunda ada benarnya juga. Bagaimana nanti aku akan menjadi imam yang baik buat renata? Kalau sekarang, untuk solat 5 waktu saja aku masih leha leha.

Akhirnya, ditempat sejuk inilah kita.. Tak mau berlama lama, aku segera melepas sepatuku. Namun kegiatanku terhenti saat kulihat dari arah gerbang mushola, renata dan teman temanya sedang menuju kemari.

"Yo, yo, kenalin gue sama sepupu lo dong." pintaku pada rio yang langsung dibalas tatapan heran dari fajar dan deo.

"Tenang aja, renata udah kenal lo ko'. Siapa yang gk kenal sama pria tampan dikampus ini yang suka gonta ganti pacar" ucap rio dengan santainya.

"Tapi gue kan belum kenal sama dia bego!" ujarku sambil menoyor kepalanya. Enak saja! Aku sudah berubah. Tidak akan gonta ganti pacar lagi.

"Cieee.. Ryan.." ledek deo dan fajar bersamaan.

"Diem lo berdua!" ku pelototi mereka yang akhirnya diem sambil cengar cengir gak jelas.

renata dan teman temanya sudah duduk diteras musholla seraya membuka sepatunya masing masing. Lalu, rio menghampiri mereka. Kulihat ia tengah berbicara pada mereka, seketika raut wajah teman teman renata jadi ceria terkecuali renata. Kenapa dia?

Tak lama kemudian, rio pun datang.
"Bentar lagi mereka kesini." ucapnya mengintrupsi yang langsung dibalas senyuman olehku.

"Ryan! Lo suka sama sepupunya si rio?" tanya fajar disela sela menunggu renata dan teman temanya.

Aku menanggapi pertanyaan fajar dengan deheman.
"Hm."

"Gila!! Yang bener bro! Renata itu 180 derajat beda banget sama pacar pacar lo! Yang bener aja dong. Wah.. Gue curiga neh.. Lo bercanda kan ry?" timpal deo tak percaya.

"What do you mean?"
Tanyaku pada deo

"Yaaa lo mikir aja sih! Dibanding pacar pacar lo, renata tuh gak ada apa apanya.. Mereka cantik dan seksi. Sedangkan renata? Lo liat deh, gimana dia make baju gudumbrang gitu kaya mu solat. Ketauan banget kalo dia nyembunyiin body nya yang kurang aduhai. Hehe.. " jawab deo diselingi cengiran khasnya.

Aku meringis mendengar perkataanya. Dasar sohib goblog! Bukanya mendukung, malah menghasut. Sohib macam apa ini?

"Lo menghina sepupu gue?"
Astaga! Aku lupa, ada rio disini. Mampus kau deo! Dengan begitu, aku tidak perlu menjawab penhinaanya. Karna ada sepupunya renata disini. Tapi.. Sebagai calon sepupu yang baik..

"Kurang ajar lo de! Berani beraninya lo ngomongin gk bener tentang renata. Pake ngebanding bandingin sama mantan mantan gue lagi! Renata emang beda 100% dibanding mereka, dia pake baju begitu karna dia pengen nutupin auratnya. Karna itu hanya boleh dilihat sama muhrimnya aja. Termasuk gue nih.. (Aku menepuk nepuk dadaku) calon suaminya." ujarku.

"Bagus!! Calon sepupu yang baik." ucap rio sambil menepuk pundakku. Sementara si fajar cengengesan sendiri sedari tadi.

"Ah elah bro! Sorry deh.. Gue cuma kaget aja tiba tiba selera si ryan berubah begini." sahut deo pura pura menyesal. Dasar sohib oon!

Percakapan kami terhenti ketika tiga gadis berjilbab menghampiri kami.

"Assalamu'alaikum.." sapa salah satunya yang kutau adalah pacarnya rio. Nadia

"Wa'alaikum salam.. " jawab kami secara bersamaan. Tapi, aku merasa ada yang janggal. Ah! Renata kemana? Akupun memberanikan diri bertanya pada mereka.

"Hy.. Namaku ryan. Oh iya, kemana renata?"

"Namaku lili, ini nadia, dan ini azizah. Renata tadi kebelet pipis jadi dia gak kesini."
Sial!! Padahal niat terbesarku hanya ingin berkenalan dengan renata saja.

Sementara teman temanku malah tertawa. Lihatlah.. Betapa malangnya nasibku disaat sedih seperti ini, teman temanku malah berbahagia.

"Ya sudah, kami duluan yah.." pamit yang bernama azizah.

"Kenapa terburu buru?" tanya rio dan hampir saja ia menggenggam tangan nadia. Jika tak mendapat pelototan dari lili si gadis berkacamata.

"Bukan muhrim!" ucapnya tegas.
Lalu merekapun pergi meninggalkan kami.

Ya allah.. Kenapa Kau tidak mau memepertemukanku dengan renata??

***

Jam kali ini ruanganku diisi oleh dosen lembek. Yah.. Begitu karna setiap ia masuk, seperti tidak ada niat sama sekali untuk membimbing kami. Ia selalu cuek terhadap mahasiswanya. Tidak peduli kami mau ribut atau tidak. Dan ini sungguh membuatku sangat tidak nyaman. Aku tidak tahan ingin tidur sekarang juga rasanya ngantuk sekali padahal masih pagi, akhirnya tanpa berpikir panjang, akupun tidur di meja paling belakang.

Aku terbangun setelah merasakan tepukan buku dikepalaku yang memaksaku untuk berhenti terpejam. Ketika aku mendongakkan kepala, aku terkejut mendapati dosen killer yang tengah menatapku membunuh. 'Mampus kau ryan' batinku. Tadi kan dosen lembek yang berada disini. Kenapa jadi berubah si dosen killer??

"Pergi dari ruanganku! Cucilah mukamu, dan jangan kembali sebelum aku melihatmu ada di kantor menghadapku!!"

Bussyyett.. Itu artinya, setelah mencuci muka aku diwajibkan kekantor dosen killer itu?

"Baiklah pak" jawabku. Akupun segera pergi dari ruangan ini dan melihat dosen lembek itu masih berada dimejanya. Oh, mungkin ia yang memanggil dosen killer untuk menghajarku. Oh teganyaaa

***

Di dalam mushola, aku melihat renata tengah mengambil wudhu yang kemungkinan ia akan melaksanakan solat duha. Subhanallah.. Beruntung aku diusir oleh dosen killer itu. Aku segera membuka sepatuku lantas mengambil wudhu untuk melakukan solat duha.

Lagi lagi aku menengok ke belakang hanya untuk memandang renata yang sedang solat itu. Menyebabkan aku lagi lagi gagal memulai solat. Saat kulihat ia sudah mencapai tahiyat akhir, aku segera memulai solatku.

Selesai salat, aku sangat kecewa, karna aku tidak melihat lagi keberadaan renata. Mungkin ia sudah pergi terlebih dahulu. Dengan berat hati, akupun meninggalkan tempat sejuk ini dan bergegas ke kantor si dosen killer.

Dikantor aku tidak menemukan dosen killer itu. Dimana dia? Aku sempat bertanya kepada dosen lain, namun mereka juga tidak tau. Akupun memutuskan untuk pergi ke kantin saja.

Ditengah perjalanan, aku menemukan renata sedang bercermin ria di kaca jendela salah satu ruangan. Ah apa dia tidak malu? Bagaimana kalau ada orang yang memperhatikanya?. Ya tuhan.. Aku bahkan hampir lupa cara bernapas saat melihat wajah hambaMu yang jelita ini. Aku mencoba mendekatinya.

"Ehem!! Sudah cantik ko" godaku padanya. Namun yang kudapat ekspresi terkejutnya. Ia memelototkan matanya ke arahku lantas pergi meninggalkanku begitu saja. Ya allah.. Padahal aku belum sempat berkenalan denganya.

***

Haduh..Lama update nih! Males pake banget

ReversebilityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang