8. Proses pendekatan

309 8 0
                                    


Renata

Hari hari berlalu dengan diriku yang tengah menjalani proses pendekatan bersama ryan. Meski begitu, aku tidak berani untuk berduaan denganya. Jika kami bertemu, aku selalu mengajak teman temanku atau dia yang mendatangi rumahku lalu mengobrol dengan orang tuaku juga. meski sering kali orang tuaku meninggalkan kami hanya berdua diruang tamu, aku tidak masalah. Masih aman. Karna masih dalam lingkungan rumah. Paling, ibu meninggalkan kami hanya  ke dapur. Tidak pernah sampai membiarkan kami berdua satu rumah.

Begitu lebih baik.

Hatiku sedang dilanda galau hari ini. Azizah, sahabatku itu semenjak aku dan ryan resmi berjodoh dan saling bertemu, ia jadi jarang bersamaku. Saat aku mengajaknya untuk menemaniku bertemu ryan dikantin, dia malah memilih pergi bersama angel. Yang ku ketahui akhir akhir ini memang dekat dengan sahabatku itu. Jadi terkadang hanya lili dan nadya yang meneniku. Walaupun rio, sepupuku juga ada. Tapi aku tetap merasa risih jika azizah tidak ikut serta. Tidak rame.
Belum lagi, rio lebih memilih mengobrol dengan pacarnya. Nadya. Yang sahabatku juga.

Saat aku tengah merenungi kegalauanku, tiba tiba aku mendengar suara motor jatuh plus dengan suara ringisan seseorang. Saat aku mendongak, ternyata itu ryan. Aku sangat terhibur dengan posisinya saat jatuh itu. Bukanya cepat cepat berdiri, dia malah bengong memperhatikanku. Setengah mati aku menahan tawa. Aku tidak berani tertawa. Takut dia tersinggung.

Akupun mendekatinya, bersikap seolah olah sangat mengkhawatirkannya. Beruntung tempat ini ramai, jadi aku masih merasa aman jika ingin menolongnya. Aku janji setelah ini akan langsung masuk kelas.

"Ryan, kamu gapapa?"

"Aduh.." ringisnya.

"Cepat bangun, kamu tidak malu dilihat orang orang sekampus?"

"Bantu re,"
Pintanya dengan wajah memelas. Membuatku benar benar tidak tahan ingin menertawainya. Kemana ryan yang so keren? Kemana ryan yang so cool? Haha.

"Hihi, ryan. Aku boleh ketawa gak?" ucapku lalu sedetik kemudian, tanpa persetujuan dari ryan, aku sudah tertawa terbahak bahak hingga menarik perhatian publik. Kututup mulutku agar ketawaku tidak terlalu kencang.

Kemudian orang orang mengerumuni kami. Siapa lagi kalan bukan fans nya? Aku sedikit risih memiliki calon yang punya banyak fans, mereka bahkan tidak segan segan mencari perhatian ryan dan berusaha merebut ryan dariku. Padahal sudah jelas jelas bahwa ryan adalah calon suamiku.

Yah, sekampus ini sudah mengetahuinya. Berita itu tersebar luas dengan cepat. Ada yang mendukung, ada juga yang mencelaku, berpikir bahwa aku tidak pantas bersanding dengan ryan. Oh terserahlah, mau diapakan juga, toh ryan sudah memilihku.  Tapi aku takut mereka berpikir 'selama janur kuning belum melengkung, masih ada kesempatan untuk mendapatkan hati ryan'. Walau memang kami sudah dijodohkan, tapi kami belum resmi berjodoh kan? Mana tau ditengah perjalanan ia memutuskan perjodohan kita.

"Aduh.. Ryan, kamu gapapa kan? Sini aku bantu,"

"Aku saja!"

"...."

"..."

"......."

Aku pusing mendengar ocehan mereka. Bukan cepat ditolong, malah menggelar aksi adu mulut. Yasudahlah, lebih baik aku ke kelas saja.

***

Aku menatap lurus ke arah sahabatku. Azizah, sedari tadi ia melamun, terkadang ia menyelipkan sebuah senyuman dalam angan lamunanya. Sudah dua minggu ini dia menjauhiku, membuatku berfikir apakah ia bahagia tidak berteman denganku lagi? Apakah ia nyaman bersama teman barunya? Angel.

ReversebilityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang