Siang itu, ryan mendapat kabar dari ibunya bahwa ayahnya sudah sekarat. Dengan terburu buru, ia dan renata mengunjungi ayahnya dirumah sakit. Diperjalanan, tak henti hentinya renata betdo'a untuk keselamatan mertuanya.Sementara ryan dengan tidak sabarnya melajukan mobil dengan kecepatan penuh agar cepat sampai.
"Ryan, hati hati!" Ujar renata yang sebenarnya sangat takut dengan laju mobil yang ia kendarai. Namun, ryan hanya meliriknya sekilas lalu fokus kembali pada jalanan dan sedikit memelankan laju mobil.
Renata mengusap bahu ryan lembut. "Aku yakin ayah baik baik saja"
Ryan menyentuh tangan istrinya lalu menciumnya.
"Semoga."
***
Suara tangis kedua wanita didepan ruangan itu, meyakinkan ryan bahwa semua terbalik dari yang diharapkanya. Ayahnya.. telah pergi meninggalkanya untuk selamanya.
Ryan segera memeluk ibunya, lalu beralih pada seorang diranjang yang sudah tak bernyawa itu, ayahnya.
Tangisnya tak dapat dibendung lagi, ia menumpahkan segala emosi dalam dirinya. Walau tanpa suara, semua tau laki laki itu tengah menangis. Melihatnya membuat renata sakit, ia segera menenangkam suaminya dengan mengusap lembut punggung tegap itu dan membisikkan ketenangan.
Mertuanya yang baik, telah meninggalkannya. Segala do'a ia panjatkan kepada allah, atas dukanya. Semua bersedih, dan merasa kehilangan.
***
Beberapa waktu kemudian setelah berita duka itu, semua berjalan normal seperti biasanya, hanya saja, ada yang berbeda dari kediaman Mertuanya, ia lebih sensitif dalam hal apapun.
Terlebih, perubahan nya sangat drastis, ia tidak pernah lagi mengenakan hijab nya, tidak lagi mengikuti kajian kajian. Hal itu membuat renata prihatin, namun ia tidak tau bagaimana cara mengembalikan sikap Mertuanya. Kadang, hanya untuk sekedar menemani, duduk berdua saja, dia selalu menghindar.
Ia hanya bisa berdoa kepada allah, semoga Mertuanya secara diberikan hidayah yang sempat hilang ini.
*
Belakangan, kondisi renata sangat lemah. Nyaris tidak ada gairah lagi, bahkan untuk sekedar membereskan rumah pun, terasa sangat malas. Mungkin, jika dihitung, ia merapikan rumah hanya tiga hari sekali. Heranya, setiap memasak, rasa mual selalu mengganggu nya. Tidak bisa menghirup ataupun mencicipi masakan nya barang sedikit pun. Jadilah, ia setiap hari membeli makan di rumah makan terdekat untuk suaminya. Sementara, ia hanya makan sedikit karna selera makan nya pun menurun.
Beruntung, Ryan tidak curiga padanya. Kalau saja Ryan tau, ia pasti sudah dimarahi.
Namun pada suatu malam, saat itu mereka selesai shalat isya. Duduk berdua dikursi panjang dalam kamar. Ryan menyadari hal aneh akan istrinya.
"sayang, ko kayanya muka kamu pucat banget. Kamu gak papa kan?" tanyanya.
Renata mengangkat kepalanya dari dada suaminya.
"Hem? Aku gak papa ko. " jawabnya seraya tersenyum. Lalu kembali menyandarkan kepalanya."yakin?" tanya Ryan lagi, memastikan.
Renata hanya mengangguk menjawab nya.
Ryan mengeratkan pelukannya, menciumi rambut istrinya. Lantas mengangkat wajah renata, ia merangkum kedua pipinya.
"renata.. Hhh.." (menghembuskan nafas melalui hidung)
ia merapatkan wajahnya, menyatukan hidungnya, hingga mereka sama sama memejamkan mata."Aku.. Menginginkanmu.. " lanjutnya.
Sedikit terkejut renata mendengar pengakuan suaminya. Ia mengerutkan keningnya. Selama ini, Ryan tidak pernah ingin berhubungan dengannya. Mereka hanya menghabiskan waktu bermesraan, tidak lebih. Bahkan waktu berdua pun, relatif sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reversebility
RomansaPada akhirnya, manusia tidak bisa menggangu gugat takdir yang sudah ditetapkan. sebenci apapun kita, kalau jodoh? pasti akan menghampiri. Yah, itulah yang saat ini Ryan rasakan. Ia berusha keras memperjuangkan cintanya, cinta suci kepada gadis berji...