Enam

46.2K 4.6K 251
                                    


TOlong koreksi typo dan sebagainya kalau ada yang mengganjal di kalimat. Kalau putus-putus, ngga usah spam di kolom komentar dan tanya2 kenapa putus2 ceritanya. wattpad kamu direfresh dulu. karena mslahnya bukan di cerita saya, tapi di wattpad kamu.

BAB ENAM

Rindu.

Seperti satu piece yang menghilang,

kosong, tak bisa menggenapi kesempurnaan.

Aku menahan tangis haru saat semua murid dari kelas satu hingga kelas enam mengucapkan kata perpisahan sebelum besok aku resmi tidak mengajar lagi di sini. Besok aku sudah pulang ke Gunungkidul untuk membantu persiapan pernikahan Riena. Sementara keponakanku itu sudah pulang empat hari yang lalu.

Beberapa yang dekat denganku menangis. Mereka menangis karena tidak ada yang menemani mereka saat menanti orangtua mereka menjemput. Karena aku memang tidak akan pulang jika masih ada murid yang menunggu jemputan di sekolah.

Bagaimanapun mereka adalah muridku. Anak-anakku. Aku seorang guru juga merupakan orangtua kedua bagi mereka. Jika mereka belum pulang—khususnya yang masih kecil di bawah usia 10 tahun—Aku akan menghubungi orangtuanya dan menunggu bersama.

Sekarang jaman makin gila. Bahkan masa depan anak-anak, tidak peduli lelaki maupun perempuan bisa terancam oleh nafsu binatang yang bercangkangkan raga manusia.

Penculikan, pemerkosaan, pembunuhan, pencabulan bisa saja terjadi jika tidak ada pengawasan. Masa depan para murid juga masa depan seorang guru. Mereka hancur. Kami pun hancur karena merasa gagal. Kami yang bertanggung jawab atas mereka selama mereka berada di dalam ruang lingkup pengawasan kami, yaitu sekolah.

Aku tidak mengajar lagi karena sudah selesai jam sembilan pagi tadi, kemudian melakukan perpisahan dengan berkumpul di lapangan, lalu perpisahan dengan para guru. Kemudian aku pulang dan menangis di jalan. Aku akan berpisah dengan mereka yang sudah menemaniku selama beberapa tahun. Aku pasti akan merindukan semuanya.

Soal kepulanganku ke Gunungkidul. Sebenarnya bisa saja aku pulang hari ini. Tapi masalahnya aku belum memberesi barang-barangku yang ingin kubawa ke Jakarta. Hem ... berbicara tentang Jakarta, mengingatkanku tentang Pras yang tidak menghubungiku sejak hari itu. Sementara panggilan dan pesanku tak ada satupun yang ia jawab ataupun dia balas.

Aku memandang kamar kosku. Aku sudah berada di sini sejak sepuluh menit yang lalu. Tapi apa yang aku lakukan? Hanya duduk bersila di atas kasur dengan ponsel di tanganku. Aku kembali membaca pesan-pesan yang aku kirimkan kepada Pras.

Jumlahnya tidak banyak. Hanya sekitar tujuh pesan dan delapan dengan yang ini. Aku malu sendiri membaca pesan yang aku kirimkan. Tujuh tahun berhenti untuk berhubungan dengan pria, sepertinya membuat aku rindu untuk berkirim pesan cinta dengan kaum adam.

Sekarang aku melampiakannya kepada Pras. Entahlah. Aku tidak tahu bagaimana raut wajahnya saat membaca semua pesanku ini. Aku malu! Astaga, Shannon! Mengapa aku harus mengiriminya pesan?

Aku membaringkan tubuhku ke samping, sembari meluruskan kaki, lalu terlentang. Bagaimana jika dia mengatakan aku wanita penggoda? Alisku menukik. Istri menggoda suaminya sendiri itu tidak masalah. Lagian aku harus membuatnya jatuh cinta padaku, kan? Jadi ... aku harus berusaha.

Aku bodoh, ya? Menyukai pria seperti Pras? Tapi aku harus apa? Toh aku jatuh cinta dengan suamiku sendiri. Bukan suami orang lain.

Waaw! Aku terlihat begitu optimis. Padahal jelas kemarin pesimis menyapaku tanpa sopan. Sebenarnya ini karena Satria. Hem? Mengapa Satria? Dia itu ... pengganggu cilik yang mampir ke dalam hidupku sejak kejadian di Alkid beberapa minggu yang lalu. Dia datang kemari dan kami banyak berbicara tentang hal yang penting hingga hal yang tidak penting.

Thank You and Good ByeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang