Tiga Belas

49.8K 4.8K 583
                                    

Sebelumnya makasih buat stypahorlikson94 yang udah buatin aku cover.

Sebelumnya makasih buat stypahorlikson94 yang udah buatin aku cover

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bab Tiga Belas

Kiniku hanya itik buruk rupa.
Jika kupergi, kau akan tertawa bahagia.
Maka biarlah kutempa diriku hingga kujadi angsa.
Lalu saat kupergi, kau akan meratapiku, merana.

Seharian berkurung diri di dalam kamar tanpa makan. Namun perih yang ia rasakan pada perutnya memaksa Shannon untuk keluar dan membuat makan siang untuknya.

Hanya semangkok mie instan ia gunakan untuk mengganjal perut di meja makan yang masih terhidang makanan semalam yang sudah ia hangati. Dia tidak bernafsu memakan apa yang ia sediakan untuk Pras. Bahkan dia berniat untuk membuang semua makanan tak bersalah itu.

Satu suapan mie masuk ke dalam mulutnya. Ia kunyah pelan bersamaan dengan rasa sakit di hatinya. Baru selang beberapa jam dari kejadian tadi malam. Jelas dia belum bisa melupakan semuanya. rasa sakitnya masih terasa jelas. Bukan hanya di tubuh, tapi juga di hatinya.

Suapan kedua, air mata mulai menambahi bebannya. Isakan membuatnya kesusahan menelan makanannya. Rasanya sakit. Shannon tidak kuat lagi dengan penderitaan yang dirinya rasa. Tapi bukankah ini baru awal? Bagaimana bisa dia menyerah di saat semua baru saja berjalan.

Suapan ketiga, mual ia rasakan. Rasa pusing membuat perutnya seperti diaduk kencang. Shannon mendorong mangkoknya ke depan. Memukul dadanya yang terasa sakit, juga kepalanya yang pusing.

"Allah ... ngga kuat," tangisnya lalu berteriak kencang menyapu apa saja yang ada di atas meja dengan tangannya. "Aaaah!!" Dia semakin berteriak histeris membuang apapun yang ada di hadapannya. "Jahat kamu maas! Jaaahaat!!" pekiknya menjambaki rambutnya sendiri.

Marah, menyesal, kecewa, terluka, sedih dan semua derita bercampur jadi satu, meluap menciptakan emosi yang tidak terkendali. Shannon luruh di atas lantai menatap nanar kekacauan yang dirinya ciptakan. Dia masih meraung menangisi hartanya yang direnggut paksa oleh suaminya sendiri.

Dalam mimpi sekalipun ia tak berharap ini akan terjadi. Tapi mengapa Tuhan malah memberinya derita yang tak sanggup dirinya sangga sendiri seperti ini?

Tok tok tok

"Shan...."

Shannon mendongak mendengar ketukan pintu, serta sebuah suara yang terus menyerukan namanya.

"Shannon!! Shaan!! Assalamualaikum!"

"Sat .. Satria?" Suaranya melirih. Shannon menghapus air matanya lantas berdiri berjalan ke depan, lalu mengintip dari tirai di ruang tamu.

Sosok pria bertubuh tegap dengan kulit sawo matang berdiri di depan pintu rumah. Dia langsung menggigit bibir bawahnya lantaran gusar. Tidak mungkin dia menemui Satria di saat keadaannya kacau begini.

Thank You and Good ByeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang