Pagi yang cerah untuk mengawali aktivitas yang cukup padat di hari ini. Mentari tersenyum cerah menghiasi dunia. Begitu juga dengan pemuda yang sedang duduk di atas cagivanya. Menanti seseorang untuk berangkat bersamanya. Senyum di wajah pemuda itu secerah terang sang mentari. Pemuda itu menatap langit. Cerah sekali hari ini. Rasanya hari ini Ia sangat menyatu dengan alam.
"Shillaaa lamat banget sihh" teriak pemuda itu dari atas cagivanya yang terparkir indah di depan rumah Shilla.
Shilla mengangkat sebelah alisnya. Ada apa dengan pemuda itu? Shilla dapat langsung menangkap suasana hati pemuda itu dengan jelas. Seumur hidupnya bukan waktu yang singkat untuk mengenal pemuda itu bukan? Diam diam terselip senyum di wajah gadis itu. Ikut merasakan apa yang dirasakan pemuda itu di hatinya. Walau Ia tak tahu pasti apa penyebabnya.
"Sabar Alvinnn. Nih gue bikinin sandwich. Ga sarapan kan lo?" Ujar Shilla sambil meletakkan kotak bekal bikinannya ke dalam tas Alvin. Senyum Alvin semakin mengembang. Shilla menautkan kedua alisnya lalu tertawa pelan.
"Cerah banget ya kayanya?" Sindir Shilla.
"Banget Shill. Makanya ayo naik keburu makin panas" ujar Alvin. Shilla pun naik ke atas cagiva merah itu.
"Maksud gue itu elo. Lagi bahagia banget ya kayanya?" Tanya Shilla. Alvin tertawa pelan.
"Sok tau lo. Lagian anak kecil ga boleh tau" ujar Alvin. Shilla menganga tak percaya.
"Anak kecil?! Fine ya Vin. Giliran seneng ga mau bagi bagi. Bye banget lo" ujar Shilla sambil mendorong pelan pundak Alvin.
"Haha gue gapapa Shillaa. Kan gue mau jemput lo. Masa gue cemberut. Cewe cantik harus disambut sama senyuman" ujar Alvin. Shilla menoyor pelan kepala Alvin.
"Gombal gagal lo! Udah ayo jalaaan" ujar Shilla.
Mereka pun melesat meninggalkan komplek perumahan mereka. Tak seperti biasanya, mereka sampai di sekolah 50 menit lebih pagi dari biasanya.
"Niat banget sekolah ya kayanya" ujar Shilla sambil menatap sekelilingnya.
"Hehe gapapa kan? Sekali sekali lo jadi anak rajin" ujar Alvin.
"Eh iya Shill. Masih pagi banget nih. Temenin gue makan di kantin yuk" ujar Alvin lalu menggandeng Shilla menuju kantin.
"Tapi sekalian bantuin gue ngerjain ini ya" ujar Shilla sambil mengeluarkan buku fisikanya dan menaruhnya di atas meja kantin yang mereka duduki.
"Yaelah fisika mah gampang. Lo belom ngerjain?" Ujar Alvin. Shilla menggeleng.
"Ga ngerti gue" ujarnya. Alvin terkekeh pelan.
"Lo tuh ya, dari dulu,musuuh banget sama fisika. Kenapa sih?" Ujar Alvin.
"Aduh Vinn emang lo ga enek apa liat rumusnya. Satu soal aja caranya udah kaya daftar absen. Panjang" oceh Shilla.
"Sini mana nomor berapa?" Ujar Alvin lalu mengubah posisi duduknya di sebelah Shilla.
Alvin sibuk menjelaskan nomor pernomor sambil melahap sandwich buatan Shilla. Sesekali Alvin tertawa melihat ekspresi Shilla yang sudah 'angkat tangan' dengan materi fisika kali ini.
"Shill" panggil Alvin sambil memutar setangkup sandwich di tangannya.
"Hmm"
"Daripada lo susah susah belajar fisika. Mending lo jadi chef pribadi gue. Sandwich nya enak" ujar Alvin.
"Hmm" sahut Shilla. Alvin mencibir.
"Ga seru ah Shill" protes Alvin.
"Ih sabar Alvin gue lagi serius nih" ujar Shilla. Alvin yang tidak terima 'dikacangi' oleh Shilla terus melakukan segala hal untuk mengganggu Shilla.
"Alvinnnnnn gue kan udah bilang gue gamau makann. Tanggung nih 2 nomor lagi" protes Shilla sambil mendorong pelan sandwich yang berada di tangan Alvin dari depan matanya.
"Tinggal mangap sih Shill. Kan tangan gue yang bergerak lo tinggal konsentrasi" ujar Alvin sambil terus menyodorkan sandwichnya pada Shilla.
"Alvin rese ah gue bete" protes Shilla lalu menghentikan aktivitasnya. Alvin tertawa puas.
"Makanya makan dulu. Sarapan. Nanti lo sakit Shillaa" ujar Alvin. Shilla mendengus.
"Nanti kan ada jam istirahat Vin" tolak Shilla.
"Makan. Kalo ga gue ga bakal mau bantuin soal nomor 4" ancam Alvin. Shilla mendorong pelan kepala Alvin.
"Dasar. Mainnya ancem anceman" ujar Shilla sambil merebut sandwichnya dari tangan Alvin lalu melahapnya.
"Gitu dongg. Sini gue jelasin yang nomor 4" ujar Alvin sambil menepuk puncak kepala Shilla dua kali.
Shilla tersenyum sesaat lalu menundukkan kepalanya. Menutupi pipinya yang bersemu merah. Shilla menatap Alvin yang sedang serius memecahkan soal soal yang membunuh itu. Shilla tersenyum simpul. 'Alvin. Ganteng. Baik. Pinter. Perhatian. Tapi sayang kurang peka' batinnya. Shilla tersenyum penuh arti. 'Gapapa deh' batinnya. Begini saja pun Ia sudah bahagia.
"Shill ngerti ga?" Tanya Alvin.
"Hah? Iya iya ngerti" jawab Shilla yang langsung tersadar dari lamunannya.
Shilla pun langsung mengambil alih bukunya lalu mengerjakan soal soal yang mencekik itu. Sekaligus menutupi rasa malu yang entah mengapa menghinggapinya.
"YEAAAY" teriakan Shilla menggema ke seluruh penjuru kantin. Alvin mengusap usap kupingnya.
"Shill aduh normal dikit kenapa sih? Berisik tau ga? Untung masih sepi" protes Alvin sambil membekap mulut Shilla. Shilla menepuk tangan Alvin yang membekap mulutnya.
"Hehe iya maaf" ujar Shilla.
Mereka pun larut dalam obrolan sambil tertawa lepas seperti biasanya. Hal favorit Shilla. Menghabiskan waktu bersama Alvin dan senyum pemuda itu. Senyum yang berhasil membuat Shilla bertahan. Senyum yang selalu mengisi kosongnya hati Shilla.
**
Alvin keluar kelas dengan wajah sumringah mengingat kejadian di jam istirahat pertama tadi. Alvin mengembangkan senyumnya. Entah mengapa gadis itu telah menjajah pikirannya seharian penuh.
"Vin? Lo kenapa cengar cengir gitu?" Tanya Gabriel.
"Hah? Ga ah biasa aja" ujar Alvin.
"Abis ketemu Via ya?" Selidik Rio. Alvin membelalakkan matanya lalu menatap Rio dengan tatapan tau-dari-mana-lo?-.
"Via?" Tanya Cakka dan Gabriel kompak.
"Via anak baru itu?" Lanjut Cakka.
"Via yang mana sih? Kok gue gatau?" Tanya Gabriel.
"Gue juga baru kenal kemaren abis basket. Pas lo sama Shilla balik" jawab Cakka.
"Via itu anak baru temennya Ify" jelas Rio.
"Gebetannya Alvin" tambahnya.
"Wah Vin! Lo punya gebetan ga bilang bilang! Kenalin kek!" Ujar Gabriel.
"Aduhhh lo semua berisik banget ah. Gue Alvin bukan CR7. Gue lagi gebet orang aja heboh. Ntar kalo udah jadi gue kenalin" ujar Alvin.
"Gue sih gaperlu dikenalin. Asal pajak jadiannya traktir makan aja" ujar Cakka.
"Yaudahlah pulang lo pada sana. Besok ulangan fisika lo pada seenak jidat nyontek gue" ujar Alvin yang dihadiahi tiga jitakan mulus sahabatnya.
"Ngomong sama oli noh sono" ujar Gabriel.
"Udah ah balik balik. Duluan ya sayang" ujar Alvin sambil menggas cagivanya.
"Najis cina maho" ujar Cakka.
"Wakakak udah ah balik yow guys" ujar Rio diikuti Gabriel dan Cakka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Photograph
Teen FictionAshilla dan Alvin. Dua sahabat yang telah dipersatukan sejak kecil. Namun perlahan rasa itu berubah, begitu juga dengan mereka.