complicated heart

456 23 2
                                    

Pajero sport hitam itu terparkir indah di halaman parkir SMU Cenderawasih. Pemuda yang duduk di kursi pengemudi itu tak melepas pandangannya dari gerbang tinggi sekolah itu. Menunggu gadisnya datang bersama kekasih barunya.

Gadis yang berada di dalam mobil bersamanya menghela napas pelan. Sejujurnya ia malas berurusan dengan gadis yang sedang mereka tunggu itu. Namun tak ada salahnya membantu pemuda disampingnya itu bukan?

Pemuda itu tersenyum sumringah saat melihat dua motor ninja yang baru saja memasuki gerbang tinggi itu. "Shill Shill tuh mereka dateng" ujarnya.

Shilla melirik kedua motor ninja yang baru saja memasuki gerbang tinggi itu. Dari bunyinya saja, Shilla sudah dapat mengetahui bahwa kedua motor itu adalah milik Alvin dan Rio.

Pemuda itu bergegas keluar dari dalam mobilnya untuk membukakan pintu untuk Shilla, yang saat ini berstatus sebagai kekasih- pura-pura -nya.

Shilla pun turut memainkan perannya. Gadis itu turun dari dalam mobil lalu menyambut uluran tangan pemuda yang membukakannya pintu itu. Ia memandang sekitarnya kikuk. Tatapan-tatapan yang sulit diartikan mulai memandangnya.

"Ray. Gaenak nih gue" ujarnya.

Ray tersenyum simpul. "Tenang Shill. Gabakal kenapa-kenapa kok"

Pemilik kedua motor yang menjadi pusat perhatian Ray dan Shilla melepas helm mereka. Ya. Alvin dan Rio. Kedua pemuda itu beserta gadis mereka turun dari atas motor.

Keempatnya menatap sepasang kekasih- pura-pura -itu dengan tatapan yang memiliki arti berbeda. Alvin menatap sepasang kekasih itu geram. Ini sekolah. Bukan tempat berkencan. Tak ada yang membutuhkan adegan romantis seperti itu.

Terlebih gadis itu. Bagaimana tidak? Kekasihnya sekarang tengah bermesraan dengan gadis yang sama. Gadis yang pernah menjadi hambatan untuknya pada hubungannya dengan Alvin. Apa maunya gadis itu? Mengapa selalu mengganggu hubungannya? Via merasa hawa panas telah menyelimuti dirinya. Ini tidak bisa dibiarkan.

Suasana semakin memanas saat Ray mencubit pelan kedua pipi Shilla yang disambut dengan senyum malu-malu oleh gadis itu. Keduanya mengakhiri sandiwara mereka dengan sebuah pelukan yang Ray beri pada Shilla sebagai tanda perpisahan.

Alvin merasa otot-ototnya menegang. Entah mengapa ingin meninju wajah pemuda itu berkali-kali. Ia pun memutuskan untuk pergi meninggalkan halaman parkiran itu. Tak ingin melihat adegan 'sok' romantis itu lebih lama lagi.

Rio menatap Alvin aneh. Ada apa dengan sahabatnya itu? Rio memberi isyarat pada Ify untuk menemani Via yang masih berdiri mematung disana lalu pergi mengejar Alvin. Tak mengerti dengan apa yang terjadi dengan Alvin dan Via. Mengapa keduanya seperti sibuk dengan perasaan mereka masing-masing?

Ify menghampiri Via yang tengah menegang. Gadis itu menghela napas pelan. Ini namanya perang dunia ketiga. Ify lebih memilih untuk merangkul sahabatnya itu dalam diam. Tak tahu ingin berbicara apa lagi.

"Gue ga terima banget ya Fy. Apa apaan sih si Shilla? Kenapa dia tiba-tiba pacaran sama Ray?" Ujarnya geram.

Ify menggigit bibir bawahnya. "Tapi Vi. Kayanya lo harusnya tanya Ray dulu deh. Shilla jelas. Dia gapunya pacar. Tapi Ray kan punya lo"

Via menatap Ify dengan tatapan yang sulit diartikan. "Tapi Fy masa bisa kebetulan gitu? Gue yakin dia tuh sengaja! Gabisa dapetin Alvin malah nikung Ray! Kegatelan"

Via berjalan menghampiri Shilla diiringi oleh emosi yang membara disekujur tubuhnya. Ify menggerutu pelan seraya ikut berjalan dibelakang sahabatnya itu.

"Vi udah deh jangan main labrak juga" ujar Ify berusaha menahan.

Via melepas tangan Ify yang menggenggam pergelangan tangannya. "Udah deh Fy. Lo gabakal ngerti karena lo gaada di posisi gue"

PhotographTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang