Its Enough

427 26 4
                                    

Shilla menghentikan langkahnya tepat di depan gerbang sekolahnya lalu menghela napas berat. Hari ini adalah hari pertama ia kembali ke sekolah setelah mengalami masa skors selama tiga hari kemarin. Sedikit menyesali Bu Tamara yang hanya memberi hukuman selama tiga hari. Mengapa tidak sebulan saja? Atau dua bulan saja? Terlalu malas menanggapi berita palsu yang beredar tentangnya.

Gadis itu melirik arloji di tangannya. Masih tersisa sekitar dua puluh menit sebelum pelajaran dimulai. Shilla memasang earphonenya. Tak ingin mendengar orang-orang yang mencela jati dirinya yang baru. Ya. Seorang Shilla yang melakukan hal konyol hanya karena ke-cemburuannya pada seorang gadis yang kini menjadi kekasih sahabatnya. Jati diri baru yang dibuat oleh gadis sahabatnya itu.

Shilla menghentikan langkahnya. Sepasang kekasih yang berdiri tepat dihadapannya membuatnya sedikit tersentak. Pemuda yang datang bersama gadisnya itu mendekatinya. Ini pengecualian. Pasalnya, Shilla terlalu mengenal keduanya. Jadi tak mungkin ia bersikap acuh tak acuh. Ia melepas sebelah earphonenya. Mencoba melempar sedikit senyuman.

Pemuda itu menepuk bahu kanan Shilla. "Kalo aja lo bilang Shill. Kita pasti bakal bantu lo kok"

Shilla menghela napas pelan. Tak tahu ingin mengatakan apa. Sesungguhnya ia tak bisa menyalahkan berita yang beredar karena fakta yang ada Shilla memang menyayangi Alvin lebih dari sekedar sahabat. Namun, bertahun-tahun gadis ini merahasiakan perasaannya dan rahasia besarnya itu terungkap dengan cara yang salah.

Gadis yang datang bersama pemuda itu mengangguk pelan. "Iya Shill. Kita pasti dukung"

Shilla menurunkan tangan pemuda itu yang bertengger dibahunya. "Kka. Ag. Lo gabakal ngerti"

"Gangerti apa Shill?" Ujar gadis yang dipanggil Ag tadi.

Shilla tersenyum simpul. "Emang kalo gue jelasin lo mau dengerin?"

Agni dan Cakka saling tatap. "Ya mau mau aja sih"

Shilla menepuk pelan kedua bahu mereka bergantian. "Udah lah. Gausah dibahas lagi. Biar waktu yang jelasin semuanya"

"Hai Shill! Welcome Back!"

Shilla mengalihkan pandangannya pada pemuda menyambut kedatangannya itu. Telah mengetahui siapa diri pemuda itu hanya dari suaranya. Lebih tepatnya Shilla mengalihkan pandangannya pada keempat lainnya yang datang bersama pemuda itu. Pemuda itu berlari kecil menghampiri Shilla. Shilla tersenyum lucu menatapnya.

"As i said, gue bakal menyambut kedatangan lo" ujarnya.

"Iya. Tapi nyambut nya gausah sama mereka kali Yel. Gaenak juga gue diliatin kaya gitu" ujar Shilla menatap keempat lainnya yang datang bersama Gabriel.

Gabriel melirik teman-temannya yang datang bersamanya tadi. "Udah diemin aja"

Shilla mencibir sejadinya. "Ya lo mah biasa aja" ujarnya.

"Ehem"

Semua mata mirik pemuda yang bari saja menghentikan obrolan Shilla dan Gabriel. Shilla menundukkan kepalanya. Tak ingin menatap manik mata pemuda itu.

"Ngapain lagi sih Yel? Ayo lah balik" lanjutnya.

Gabriel melirik pemuda itu lalu menatap Shilla sedetik kemudian. Shilla tersenyum pelan. "Yaudah ah gue ke kelas dulu ya bye Yel" ujarnya seraya berlari kecil menuju kelasnya.

Gabriel menatap punggung Shilla yang semakin menjauh. Alvin menautkan kedua alisnya lalu menghampiri Gabriel.

"Lo kenapa sih Yel? Lo naksir dia?" Ujarnya.

Gabriel membelalakkan matanya. "Apaan sih Vin? Ya ngga lah. Kasian aja sama dia. Dihakimin buat apa yang bukan kasusnya" ujarnya seraya melirik gadis yang berdiri disamping Alvin.

PhotographTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang