Jealousy

478 25 1
                                    

Panas matahari mulai terasa lebih menyengat. Banyak yang beranggapan bahwa matahari pada pukul ini sudah tidak terlalu baik bagi kesehatan. Untungnya, ini adalah jam istirahat bagi siswa-siswi SMU Cenderawasih. Dan bukan jam olahraga bagi mereka.

Berkumpul di kantin pada jam istirahat mungkin memang menjadi salah satu ciri khas anak sekolah pada jenjang apapun dan di belahan dunia manapun. Sama seperti anak sekolah pada umumnya, gadis itu pun turut mengisi kantin.

Gadis itu memutuskan untuk lebih membuka dirinya hari ini. Mencoba mengesampingkan ego-nya yang masih ingin menyendiri. Pasalnya, pemuda yang baru saja bertemu dengan pemilik hatinya itu memaksanya untuk menunggu pemuda itu di kantin.

Kelas gadis itu selesai lima belas menit lebih awal dari kelas-kelas lainnya. Pasalnya, Bu Rosi, guru yang mengajar mata pelajaran yang kelas itu dapatkan sebelum istirahat mengajukan untuk izin pulang lebih awal.

Shilla, gadis itu, menunggu Gabriel, pemuda yang memaksa Shilla untuk menunggunya di kantin seraya menyalakan laptopnya. Melakukan panggilan video dengan sahabatnya yang berada di gedung sekolah lain. Berhubung guru olahraga sahabatnya itu berhalangan hadir.

Shilla terkekeh pelan mendengar cerita sahabatnya itu melalui layar laptop. Raut wajah Pricilla, gadis di dalam laptop yang sedang bercerita tentang pengalamannya bertemu kembali dengan sahabat kecilnya itu membuat Shilla tak kuasa menahan tawa.

"Ya gue kan deg-degan. Untung Ray tiba-tiba dateng. Jadi ada alesan buat gue pergi. Daripada jantung gue copot. Lo sih Shill. Kalo mau ngasih surprise bilang-bilang dong" ujar Gadis dalam laptop itu.

Shilla tertawa pelan. "Priss. Sebenernya lo seneng ga sih ketemu dia?"

Pricilla membelalak tak percaya. "Lo becanda? Ya seneng lah. Seneng banget. Gue aja nyesel kemaren cepet-cepet pergi"

Shilla terkekeh pelan. "Mau ketemuan lagi ga? Biar gue atur"

Pricilla menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "Aduh gue malu banget. Tapi emang dia mau?"

"Kan udah gue bilang. Dia nunggu lo selama ini" ujar Shilla.

Senyum diwajah gadis itu memudar. "Tapi...."

Shilla menautkan kedua alisnya. "Kenapa?"

Pricilla menghela napas pelan. "Gue harus balik ke Kanada lagi. Buat terapi yang terakhir. Kalo gue pergi lagi, apa dia ga kecewa?"

Shilla terkekeh pelan. "Priss, lo pergi juga ga sampe satu bulan kan? Satu bulan dibanding beberapa tahun kemaren itu gaada apa-apanya. Dia tuh baik banget. Dia ga akan pernah marah. Lo beruntung. Eh he's coming by the way. Udah dulu ya Priss" ujar Shilla saat melihat Gabriel beserta Cakka dan Agni yang menghampirinya.

Shilla menutup laptopnya seraya menyambut ketiganya dengan senyuman. Gabriel duduk tepat dihadapan Shilla. Disusul dengan Cakka yang duduk disampingnya.

"Kenapa sih Yel?" Ujar Agni seraya duduk disamping Shilla yang tak digubris oleh Gabriel.

"Kelamaan jomblo begitu tuh" ejek Cakka.

Shilla terkekeh pelan. "Jangan gitu lo Kka. Dia otw jadian tau"

Cakka menatap Gabriel remeh. "Ah masa?" Ejeknya.

Shilla menautkan kedua alisnya. "Lo kenapa sih Yel?"

Gabriel menatap Shilla lemah. "Gue gagal"

Shilla menautkan kedua alisnya. "Gagal? Maksudnya?"

"Harusnya lo gausah nemuin gue sama dia" ujarnya.

Cakka dan Agni saling tatap. Apa yang keduanya bicarakan? "Apaan sih kok gue ga ngerti?" Ujar keduanya.

PhotographTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang