promises

388 19 0
                                    

Shilla mengerjapkan matanya. Semuanya gelap. Ia memeluk kedua lututnya. Apa apaan ini?

PRANG

Suara pecahan kaca terdengar jelas dari samping kiri Shilla. Shilla bergegas mengambil handphone dari sakunya. Ia menerangi sekitarnya. Sepi sekali. Ruangan apa ini sebenarnya? Tunggu. Apa ini? Shilla mengambil sebuah kertas berwarna coklat di samping kaki kanannya.

"Peta?" Ujarnya bingung. Untuk apa.

TAP TAP

Shilla mendengar sebuah langkah kaki berjalan mendekatinya. Ia menarik napas dalam dalam. Berbagai bunyi bunyian aneh mengganggu gendang telinganya. Shilla memberanikan diri untuk berdiri dan berjalan mengikuti peta ditangannya. Shilla menatap seram tirai dihadapannya. Mau tidak mau Ia harus melewati tirai tersebut. Sungguh Ia tidak sanggup. Shilla menutup matanya lalu mendekatkan tangannya unyuk menyibak tirai dihadapannya.

"AAAAAAAAAAA"

Shilla terkejut melihat apa yang ada dihadapannya. Ia berlari sekencang mungkin menjauhi sosok mengerikan dihadapannya. Shilla merasa kedua lututnya bergetar hebat. Ia pun segera melihat peta ditangannya. Mungkin ini satu satunya jalan keluar. Ya. Shilla harus bisa. Ia memberanikan diri lari dari 'makhluk makhluk aneh yang tidak diinginkan' secepat mungkin. Shilla menatap pintu di depannya dengan senyum mengembang. Pintu itu persis seperti yang ada di peta di tangannya. Tapi tunggu. Mengapa ada dua pintu? Shilla kembali mengutak atik peta di tangannya.

KREK

Shilla meremas peta di tangannya. Suara apa lagi itu. Tuhan tolong Shilla. Shilla menatap pintu lemari yang terbuka dan kertas yang keluar dari sana. Apakah itu petunjuk? Shilla memberanikan dirinya untuk mengambil kertas itu.

"Dari sini ambil langkah kesamping sesuai dengan umurmu. Pintu yang itu lah jalan keluarnya" baca Shilla. Ia pun bergegas melakukan perintah sesuai dengan kertas yang Ia ambil tadi. Shilla membuka pintu yang ada di hadapannya.

"Kok gelap banget sih?" Ujar Shilla. Ia melihat sekelilingnya. Hanya ada satu lorong panjang di dalam pintu ini. Sangat gelap. Shilla memberanikan diri untuk melanjutkan langkahnya. Sungguh ini gelap sekali. Ia pun mempercepat langkahnya. Shilla panik. Ia benar benar tak bisa melihat apapun. Baterai handphonenya pun habis. Shilla pun memutuskan untuk berlari. Apapun yang terjadi Ia harus sampai di ujung.

BRUK

"Aw!" Serunya. Tubuhnya menabrak sebuah pintu berwarna biru tosca. Ini pasti pintu keluarnya. Shilla membuka pintu tersebut lalu segera keluar dari ruangan tadi. Hah. Ia pun menghela napas lega. Hari mulai memasuki senja. Tunggu. Sepertinya Shilla kenal tempat ini.

"Happy Birthday Shilla!!"

Shilla membelalakkan matanya mendapati seseorang di belakangnya. Ia pun menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Hey kenapa mukanya ditutup?" Tanya Alvin-seseorang tadi-.

"Gatau! Bodo amat ya Vin gue bete banget sama lo asli" protes Shilla. Alvin menghampiri Shilla lalu memeluknya dengan satu tangan sementara tangan lainnya memegang kue.

"Udah jangan nangis" ujar Alvin.

"Abisnya. Lo kan tau gue takut setan. Dari dulu gue paling gamau diajak ke rumah hantu. Sekarang lo malah kurung gue disitu" ujar Shilla sambil mengelap air matanya.

"Hehe abis ga seru kalo cuma begitu doang. 17 tahun harus ada tantangannya lah Shill" ujar Alvin.

"Yaudah sekarang tiup dulu dong lilinnya. Nanti ketiup angin" ujar Alvin. Shilla memejamkan matanya sebentar. Membuat permohonan lalu meniup ke tujuh belas lilin diatas kue di tangan Alvin.

PhotographTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang