Our Times (A)

462 23 1
                                    

Bel tanda pulang sekolah telah dibunyikan. Bagi seluruh siswa-siswi SMU Cenderawasih, tak ada suara yang lebih merdu dari deringan bel tersebut. Mariah Carrey pun kalah.

Namun, berbeda dari bel-bel sebelumnya, bunyi bel kali ini memiliki makna yang lebih spesial dari biasanya. Pasalnya, hari ini adalah hari terakhir Ujian Akhir Semester para siswa-siswi kelas X dan XI SMU Cenderawasih.

Ya. Dan itu artinya, satu minggu kedepan, tidak ada sekolah untuk mereka hingga pengambilan rapor yang akan diadakan sabtu pekan depan.

Gadis itu berlari menuju kelas temannya yang lain. Rasa senang itu tak dapat dibendungnya. Gadis itu menghentikan langkahnya tepat di depan pintu kelas yang bertuliskan 'XI IPA 2'.

Agni, yang merupakan salah satu penghuni kelas itu, berlari kecil menghampiri Shilla -gadis tadi- yang masih berdiri didepan pintu kelasnya dengan senyum yang masih mengembang.

Agni tersenyum penuh arti. "Segitu ga sabarnya ya mau ketemu sama Alvin? Sampe lari lari gitu" godanya.

Shilla mencibir sejadinya. "Biarin" ujarnya.

Alvin dan ketiga temannya yang lain -Rio, Cakka, dan Gabriel- menghampiri Shilla dan Agni yang berada di pintu kelas mereka.

Alvin tersenyum kecil seraya menautkan kedua alisnya menatap Shilla yang masih setia dengan senyum diwajahnya. "Kenapa lo senyam senyum gitu?" Ujarnya.

"VIN GUE BISA NGERJAIN FISIKA TANPA LEMOT FOR THE VERY FIRST TIME. Oh My God thankyou so much for the help" ujar gadis itu dalam satu tarikan napas.

Cakka tertawa lepas. "Segitu lemotnya ya otak lo sampe baru sekali bisa ngerjain fisika aja bangga" ujarnya seraya mendorong pelan kepala gadis itu.

Shilla membelalakkan matanya lalu menatap pemuda itu sengit. "Ag tolong ya bilangin sama cowo lo kalo ngomong diayak dulu" sindirnya.

Agni terkekeh pelan. "Udah Shill. Cakka mah diemin aja. Ayo kita cabut" ujarnya seraya merangkul Shilla dan membawanya pergi ke kantin menyusul Ify yang telah menunggu mereka di kantin diikuti oleh keempat pemuda dibelakang mereka.

Keenam pemuda pemudi itu menghampiri gadis yang tengah duduk manis dengan jus alpukatnya dan beberapa pesanan keenamnya yang telah mereka titipkan sebelumnya.

"Oke. Berhubung kita semua lagi happy dan kita libur satu minggu kedepan, gimana kalo kita liburan bareng bareng?" Ujar Rio seraya menaik-turunkan kedua alisnya.

Terlihat senyum yang mengembang dari wajah-wajah di meja kantin tersebut. Tanda menyetujui usul dari pemuda tinggi yang duduk di samping Ify, gadis yang sedari tadi menunggu kedatangan mereka di meja itu.

Shilla tersenyum dengan kedua mata yang berbinar. Li-bu-ran. Satu kata yang memiliki tiga suku kata tersebut memang sangat dibutuhkan oleh gadis yang mengikat rambutnya ekor kuda itu.

"Gausah yang jauh-jauh. Soalnya libur kita ga panjang panjang banget juga. Tapi jangan yang deket-deket juga" ujar Gabriel.

"Sooo, where are we going?" Tanya Ify.

"Gimana kalo Bandung?" Ujar Cakka.

Kedua bola mata Agni berbinar. "MAU" ujarnya.

"Kebetulan bokap gue punya villa disana. Gimana?" Ujar pemuda itu lagi.

"Oke. Bandung!"

**

Cuaca pagi ini kurang bersahabat. Awan mulai berubah warna lebih keruh dari biasanya. Sepertinya hujan akan turun dalam beberpa jam kedepan.

Gadis itu tengah berdiri di depan gerbang rumahnya. Ia menyimpan sebuah gantungan yang berisi beberapa kunci setelah memastikan bahwa segala pintu telah terkunci rapat.

PhotographTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang