I miss the taste of a sweeter life
I miss the conversation
I'm searching for a song tonight
I'm changing all of the stationsShilla mengerjapkan matanya. Sudah lima kali gadis itu mematikan alarmnya yang akan terus berbunyi setiap sepuluh menit kemudian.
Sinar matahari pagi yang masuk melalui jendela menyadarkannya dari tidurnya semalam. Terkejut melihat dirinya yang masih berada di ruangan itu.
Gadis itu merasa pening masih menyerang dirinya. Padahal, dua tablet aspirin telah diminumnya. Shilla menautkan dirinya di depan kaca. Sudah Shilla duga. Kantung mata miliknya terlihat lebih besar dari saku seragamnya. Shilla meraih handphonenya dan terkejut bukan main.
"Hah? Jam 9?" Pekiknya.
Dengan langkah cepat Shilla mempersiapkan dirinya dan alat alat yang harus dibawanya. Hari ini adalah hari dimana ia harus 'bekerja'. Ya. Sabtu ini, gadis itu harus bekerja bergotong royong untuk mempersiapkan lomba yang akan dimulai dalam hitungan hari.
Gadis itu berdecak kesal. Di jam-jam rawan seperti ini pasti susah untuk menemukan kendaraan. Terlebih kemacetan di Jakarta yang membludak. Benar saja. 'Ojek' yang biasa bertengger di depan gerbang perumahannya telah habis tersewa. Dan itu artinya gadis ini harus menunggu angkutan kota yang datang.
**
Matahari pagi ini terasa sangat menyengat. Sudah berjam jam mereka berada di lapangan. Mempersiapkan acara pentas seni sekolah mereka. ARCTIC. Salah satu pentas seni bergengsi tinggi di kalangan sekolah-sekolah di Jakarta. Gadis itu tiada hentinya menggerutu. Pasalnya, satu dari dua hari libur akhir pekannya harus ia korbankan.
"Jadi kita decor lapangan ini buat lomba dulu aja ya. Nanti tinggal tambahin stand-stand buat supporter masing masing team" ujar Dio meng-koordinasi.
"Tapi barang barangnya jangan berat berat dong Di. Nanti pas closing kan stage-nya kita ganti lagi tuh. Kan tepar juga kita kalo berat berat" protes Refi.
"Tenang aja. Buat hari ini sama closing nanti, kita dibantuin sama anak anak kok. Yang mau dateng aja. Mereka udah pada otw kok" ujar Dio.
"Yes!"
"Yaudah kalo gitu kita mulai dari yang kecil kecil dulu ya. Good news nya kayanya hari ini kita ga bakal sampe malem. Pokonya kita harus usahain yang terbaik buat sekolah kita. Semangat semangat!" Koor Dio.
Semua berpencar mengerjakan tugas yang harus mereka kerjakan. Ada yang sibuk dengan ruangan, stand, dekorasi, dan lain lain.
Shilla mengelap peluh yang membasahi keningnya seraya terus menggerutu. Enak sekali mereka yang mendapat tugas di lapangan dalam dan ruangan untuk pertandingan ringan seperti catur.
"Shill gue denger sahabat lo lagi jadi hot news di Cenderawasih ya" Tanya Dio yang sedang membantunya memasang batas di tempat duduk penonton yang berundak.
"Hah? Maksudnya?"
Dio terkekeh pelan. "Haha tuh si Alvin. Itu heboh banget loh. Katanya pada kaya ganyangka gitu"
Shilla tersenyum kecut. "Lebay ah. Mereka kan emang deket"
"Tapi kan lebih deket sama lo. Jadi pada ngiranya dia bakal sama lo" ujar Dio.
"Ya ga lah. Gue sama dia kan cuma temen. Rumpi banget sih temen temen lo ngomongin gue" cibir Shilla.
Dio mendorong pelan kepala Shilla. "Bukan ngomongin lo. Tapi Alvin. Mereka kan demennya brondong. Kaya Alvin sama temen temennya gitu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Photograph
Teen FictionAshilla dan Alvin. Dua sahabat yang telah dipersatukan sejak kecil. Namun perlahan rasa itu berubah, begitu juga dengan mereka.