One way or another
I'm gonna find ya
I'm gonna getcha
Getcha getcha getchaDering alarm dari handphonenya cukup keras untuk membangunkan Shilla. Ya. Hari ini gadis itu sengaja memasang dua alarm dari sumber yang berbeda. Takut dering alarm dari jam kecil di atas meja di samping tempat tidurnya itu tidak cukup berdampak. Pasalnya Shilla tahu betul bahwa aspirin yang diminumnya semalam mempunyai efek samping yang akan membuatnya jauh lebih malas dari biasanya. Dan hari ini gadis itu harus berangkat lebih pagi karena rapat panitia pentas seni sekolah mereka yang semakin dekat.
Shilla meraba handphonenya yang masih tersambung dengan kabel pengisi baterai. Ada satu pesan untuknya.
"Shill maaf ya gue gajadi jemput lo hari ini. Tapi hari ini kita harus ketemu! Okay? Gue kangen hehehe" ujar Shilla membaca pesan yang tertera di layar handphonenya.
Gadis itu tersenyum simpul. Memang Alvin tidak dapat menjemputnya hari ini. Namun pesan singkat yang seharusnya diwarnai oleh kekecewaan ini memiliki arti yang berbeda bagi Shilla. Ya. Karena tiga kata sederhana diakhir kalimat itu.
Shilla membanting kembali tubuhnya di kasur. Diam diam rasa ingin tahu menyelimutinya. Mengapa Alvin tidak jadi menjemputnya pagi ini? Apa karena Via? Shilla harap tidak. Gadis itu menatap memar di tangannya. Masih tidak paham dengan maksud Ray yang langsung menariknya ke dalam mobil saat Ray melihat Romeo hingga siku kirinya terbentur badan mobil seseorang. Ada apa dengan kedua pemuda itu? Ah sudahlah itu semua bukan urusannya. Lebih baik ia kembali tidur.
Ia mengambil kembali handphonenya yang bergetar. Mengapa pagi pagi buta seperti ini notifikasinya sudah ramai seperti ini? Shilla menepuk menepuk keningnya.
"Oiya!! Gue kan bangun pagi buat rapat!" Pekiknya.
Gadis itu pun bergegas merapikan dirinya seraya terus menggerutu di setiap gerak yang ia lakukan. 'Gue kan cuma Sie. Fotografi. Ribet banget sih pake ikut rapat' gerutunya. Gadis itu mempercepat langkahnya. Takut 'ojek pangkalan' yang biasa berjejer di depan perumahannya telah habis tersewa.
**
Gadis itu membuka ruang rapat yang telah tertutup rapat. Masih mengatur napasnya, gadis itu membelalakkan matanya. Empat orang di meja rapat itu menatapnya aneh. Beberapa terkekeh pelan.
"Haha kenapa lo Shill?" Ujar Dio. Salah satu dari keempat orang di meja itu. Sang ketua panitia pentas seni.
Shilla membelalak tak percaya. Ia mengorbankan sarapan paginya hanya demi rapat tidak penting ini dan apa yang didapatnya? Ruang rapat ini baru terisi oleh empat dari empat belas panitia.
"Dio tega banget ya lo ih kesel banget gue lo nyuruh gue dateng pagi tapi mana yang lainnya" ujar Shilla dengan suara meninggi.
"Tadinya emang mau pagi. Tapi pas gue izin ternyata panitia boleh ngeskip beberapa pelajaran. Jadi ya kita ga perlu pagi pagi banget" ujarnya santai.
"Terus kenapa lo ga ngasih tau gue kalo ada perubahan?"
Dio terkekeh pelan. "Lo tuh pengecualian. Gue tau lo tuh kebo. Makanya lo gue awalin biar ga ngaret" ujarnya.
"Halah. Lagian gue kan cuma Sie. Fotografi. Tinggal jepret juga selesai. Apa yang perlu dirapatin coba?" Keluhnya seraya membanting tubuhnya di kursi sebelah Dio.
"Seenak jidat lo. Semua panitia tuh harus nyumbang ide" ujar Dio seraya memukul pelan kepala Shilla. Shilla melempar cengirannya.
"Shill" panggil Dio.
"Hmm" sahut Shilla yang sedang sibuk dengan lagu di earphonenya.
"Gue mau ngomong penting nih"
KAMU SEDANG MEMBACA
Photograph
Teen FictionAshilla dan Alvin. Dua sahabat yang telah dipersatukan sejak kecil. Namun perlahan rasa itu berubah, begitu juga dengan mereka.