Hari ini Natasya terbangun dengan mata sembab, dia merasa ingin kabur saja dari rumah ini. Dan dia merasa ingin mati saja. Tetapi teringat pesan Neneknya
Bagaimana pun keadaan ibumu kamu harus tetap berada di sampingnya,hanya mentalnya saja yang terganggu akan tetapi hatinya tidak. Jadi janganlah menyerah selagi kamu bisa. -nenek
Natasya pun mengurungkan niatnya. Dia beranjak dari kasur dan melihat wajahnya ke kaca.
Miris wajah gue bonyok gini haha. Batinya tertawa miris saat melihat beberapa luka lebam dan darah yang mengering di pelipisnya.
Natasya memutuskan untuk tidak masuk sekolah sementara ini, ibunya? Mungkin dia sudah berangkat bekerja. Entah mengapa mungkin dengan bekerja ibunya lupa dengan semuanya. Tetapi apabila penyakit mentalnya kambuh Natasya lah korbannya.
Lupakan tentang kehidupan ibu Natasya.
Natasya memutuskan untuk mengubungi Deva, karena hari ini ia tidak akan masuk sekolah.
To : Deva
Dev gue gamasuk, sakit.
From : Natasya
Setelah memberi kabar kepada Deva Natasya memutuskan untuk mematikan ponselnya. Karena pasti Deva akan bertanya-tanya tentang apa yang terjadi dengannya.
Natasya memutuskan untuk pergi ke Danau, setidaknya itu bisa mengurangi beban fikiran saat ini.
Kaos oblong bertuliskan GAP, joger pants,sendal jepit, dan juga tak lupa membawa sweater Deva yang belum ia kembalikan. Harum Deva selalu membuatnya tenang.
Natasya menekukan kakinya dan duduk di tepi danau. Dan terus berfikir bagaimana kehidupan durinya kedepannya.
Semilir angin yang sejuk menenangkan fikiran. Gemercik air yang riang, burung-burung yang bernyanyi, dan rumput yang menari-nari menjadi saksi bisu betapa mirisnya kehidupan Natasya.
Natasya pun menenggelamkan kepalaku di lutut. Lalu pun memejamkan mata seraya menikmati simphony-simphony. Lalu semuanya gelap dan Natasya masuk ke dalam mimpi.
"Natasya bangun hei,udah gue duga lo pasti di sini!" Deva mengguncang-guncangkan bahuku
Natasya pun terbangun dari alam bawah sadar dan mengerjapkan mata.
"Deva? Lo ko tau gue disini"? Natasya
masih mengumpulkan beberapa nyawanya."Gue tau banget lo, kalo ada masalah apapun lo pasti ke tempat ini. Lo sakit apa nat? Gue khawatir banget sama lo telp,Line,bm,sms gue ga ada yang lo baca atau balas satu pun." ucap deva seraya menyingkirkan rambut-rambutku yang menutupi wajahku.
"Ya ampun Natasya!! Wajah kamu kenapa? Kamu digebukin orang? Siapa yang udah buat lo kaya gini? Bilang ke gue biar gue habisin dia!"
"Gue gapapa Dev,"
" You aren't allright Nat!"
" I'm allright Dev, trust me!"
"Please tell me why Nat?"
"I'm allright Dev, look at me,"
"Enough Natasya, sampe kapan lo mau nutupin semua masalah hidup lo dari gue. Gue tau lo ada masalah, gue bisa liat dari mata lo. Lo jangan pura-pura bahagia padahal batin lo sakit. Mendem sendiri itu malah bisa buat lo makin stress Nat. Lo mau lo stress? Gue sahabat lo Nat, tempat lo berbagi keluh kesah lo. Siapa tau dengan lo berbagi masalah hidup lo, gue bisa bantu nyelesain itu semua Nat." Ujar Deva seraya memegang pundakku
Natasya pun tak tahan menahan tangisnya,cairan bening itu lagi lagi membasuh pipinya. Lalu berhambur ke dalam dekapan Deva.
"Gue, gue takut lo jauhin gue. Gue takut gue gapunya temen. Gue takut gue gapunya tempat bersandar. Gue takut kehilangan orang yang gue sayang untuk yang kedua kalinya. Gue takut kehilangan sahabat gue satu-satunya." ucap Natasya sambil terisak

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Invisible
Novela JuvenilCinta seperti permen karet yang awalnya manis tapi hambar sesudahnya. Berbagai ekspetasi terngiang di fikiranku seolah-olah cinta itu akan selalu berakhir bahagia. Tetapi cinta selalu saja manis di awal yang membuat kebahagiaan sesaat, akhir? Tidak...