The Past 8

2.2K 165 6
                                    

*Adam POV*

Sudah satu minggu aku menunggu Gladys di rumah sakit. Lebih tepatnya menjaganya dari luar. Ya,Gladys masih tidak mau kutemui. Mama dan papa nya memintaku untuk maklum dan juga meminta maaf atas perlakuan Gladys padaku. Entah kenapa rasanya aku juga enggan meninggalkan dia sendiri. Mama papa nya harus berangkat ke Australia di hari ke empat Gladys di rumah sakit. Pekerjaan Papa nya mengharuskan beliau sering berkunjung ke luar negeri. Dan saat itu mereka menitipkan Gladys padaku.

Aku masih asyik dengan ponselku sambil duduk di kursi depan kamar rawat Gladys saat tiba-tiba seseorang menepuk pundakku.

"Sudah makan,nak?" Tanya mommy yang baru saja datang.

"Belum,mom. Gladys sendirian,Adam takut nanti ada apa-apa kalo ditinggal. Mommy sendiri?"

"Iya tadi habis antar Joanna. Ya udah sekarang kamu makan dulu. Ini mommy bawain kamu sandwich. Mommy masuk dulu ya"ujar Mommy sambil memberikan sekotak sandwich padaku lalu beranjak masuk ke kamar Gladys.

Setelah 15 menit,Mommy keluar dari kamar dan kembali duduk di sampingku. Mengusap punggung ku pelan.

"Kenapa,mom?"tanyaku heran.

"Gak ada. Kakak boleh mommy tanya sesuatu sama kakak?"tanya mommy yang ku jawab dengan anggukan.

"Hemm..kamu sudah tahu apa yang terjadi pada Gladys,lalu apa yang ada di pikiran kamu sekarang?"

"Ehem..aku?Entahlah,mom. Yang ku pikirkan saat ini hanya ingin menjaga Gladys. Aku bersimpatik dengan apa yang terjadi pada Gladys"jawabku. Mommy menganggukan kepalanya dan tersenyum.

"Terkadang orang tidak suka jika ada orang lain di dekatnya hanya karena rasa simpati. Karena mereka akan merasa dikasihani dan merasa sangat lemah. Jadi kalo kakak hanya menganggap apa yang kakak lakukan selama seminggu ini disini hanya karena simpati,lebih baik kakak pulang saja. Gladys juga tidak ingin di beri simpati oleh kakak"

"Gladys bilang gitu?"tanyaku terkejut.

"Yah..mommy mengerti Gladys karena kami sama-sama wanita. Dia butuh orang yang mencintai dia,bukan orang yang bersimpati dan mengasihaninya"Mommy tersenyum dan menepukku pelan sebelum pamit pulang.

Aku merenungi apa yang mommy katakan. Apa benar aku hanya bersimpati pada Gladys? Mungkin aku hanya merasa kasihan?

Aku berdiri dan menatap kamar rawat Gladys sembari mengusap wajahku. Setelah menimbang-nimbang,aku memutuskan untuk pulang.

*****
*Gladys POV*

Aku susah payah menahan air mata dan isakanku. Melihat Adam meninggalkan ruang rawatku membuat perasaanku seperti tercabik lagi. Tak ada lagi seseorang yang menantiku di balik pintu itu. Karena ternyata dia pun hanya merasa kasihan padaku. Bukan karena mencintaiku. Bukan.

Ku hela nafasku dalam-dalam untuk mengurangi rasa sakit yang tiba-tiba muncul di perutku.

"Aahh..aku gak boleh stress. Gladys,kamu harus kuat karena kamu memang harus kuat. Kamu harus berjuang demi diri kamu sendiri"gumamku lirih.

Perlahan aku merebahkan tubuhku kembali ke tempat tidur dan berusaha memejamkan mataku.

Hari ini dokter datang ke ruanganku dan mengatakan bahwa besok aku sudah boleh pulang walaupun tetap dengan banyak larangan yang menyertainya.

Mama dan papa belum bisa pulang, jadi aku menghubungi Chita agar menjemputku besok. Tapi rupanya Chita full schedule dan harus bertemu klien di luar kota. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang sendiri saja.

Aku sedang menata pakaianku ke dalam tas saat pintu kamarku di ketuk.

"Masuk saja"ujarku tanpa menoleh.

"Hai,katanya kamu boleh pulang hari ini ya? Tadi mommy suruh aku jemput kamu" kata Adam yang berdiri di belakangku.

"Thanks,gak perlu repot-repot. Aku bisa pulang sendiri kok"kataku masih tak menoleh. Adam berpindah duduk di tempat tidur dan menghadapku.

"No,aku akan antar kamu dan tidak ada penolakan please" Aku mendengus kesal dan menutup tas ku lalu beranjak keluar ruangan. Adam mengekor di belakangku tanpa banyak bicara.

Setelah menyelesaikan administrasi rawat inap, Adam langsung mengambil alih tas ku dan menggandeng tanganku menuju mobilnya. Tak ada satupun yang berbicara selama perjalanan. Hanya suara alunan lagu yang mengalun memecah keheningan.

"Terimakasih, kamu bisa pulang sekarang" ujarku sambil membuka pintu apartemen. Tapi sebelum aku masuk, Adam sudah terlebih dulu masuk ke dalam.

"Aku harus memastikan kamu makan dan minum obatmu sebelum aku pulang" kata Adam membuka bungkusan berisi bento kesukaanku dan menyodorkannya padaku.

"Aku bisa melakukannya sendiri Adam. Sekarang pulanglah" desahku kesal. Adam tak bergeming dan menarikku duduk di samping nya. Melihatku terdiam dan tak menyentuh makanannya, dia mulai menyendokkan nya dan menyuapkan padaku.

"Sedikit aja biar bisa minum obat. Aku janji habis itu aku pulang deh"bujuk Adam sambil tersenyum. Aku menerima suapan itu dalam diam.

Setelah selesai makan dan memberikan obat padakh, Adam bersiap hendak pulang. Tiba-tiba pintu apartemenku di ketuk.

"Biar aku bukain" ujar Adam sembari beranjak, namun aku mencegahnya.

"Aku saja"

"Hai sweetheart..maaf tadi gak bisa jemput. Udah lebih baik?" Ujar Chita begitu pintu terbuka. Aku hanya tersenyum dan membalas pelukkannya.

"Oh,hai Adam. Sorry merepotkan,harusnya tadi aku yang jemput Gladys,tapi klienku minta ketemu hari ini juga di Bandung"

"It's okay Chitta.. Kalo gitu aku pulang ya" ujar Adam sembari bangkit dan menghampiriku yang masih berdiri di dekat pintu.

Aku hanya tersenyum menjawab ucapan Adam. Namun tiba-tiba Adam menghampiriku dan memelukku.

"Please,jaga diri kamu baik-baik. Jangan lupa makan dan obatnya harus teratur ya." Bisiknya.

"I,,iya.."jawabku gugup. Adam melepaskan pelukkannya dan mengecup keningku. Aku yang terkejut, reflek membulatkan kedua mataku membuat Adam tersenyum.

"Tenang saja, anggap saja aku kakak mu. Aku tidak akan memaksamu untuk menerima pernyataanku lagi kok. Kita jalani pelan-pelan ya" ujarnya lalu mengusak pelan kepalaku sebelum akhirnya keluar dari apartemenku, meninggalkan aku yang masih terpaku dengan segala tindakannya padaku.

"You okay,Gladys?" tanya Chita membuyarkan lamunanku.

" Ah,,iya,,hehhe. Mau minum apa?"tanyaku.

" Hahahaha..kamu kaya nawarin tamu aja. Ada apa sih? Ah,,,i know,,kamu jatuh cinta ya?" goda Chita yang membuat pipiku merona sempurna.

" What are you kidding for,,hahaha.." jawabku sambil tertawa dan melangkah masuk ke dalam ruang keluarga.

" Kamu jatuh cinta,Gladys. Hanya saja sesuatu membuatmu merasa tidak bisa mencintainya. Iya kan?"tebak Chita yang sudah berada di sampingku dengan sebungkus keripik di tangannya. Aku menolehkan wajahku menghadap Chita.

" I am not, Chita. And i can't" tegasku.

" Hemm..why?"

***********************************************************************************************

I'm back..

Masih mengharap apresiasi nya dengan vote dan komen dari readers sekalian ya..

Kamsahamnida,,,^^

The Past and LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang