Suasana rumah sakit sangat lengang. Tak banyak orang yang lalu lalang. Mungkin karena sudah mulai tengah malam.
Gladys baru saja masuk ke ruang IGD. Kedua orang tua nya masih menanti di luar dengan cemas. Adam dan orang tuanya juga masih setia menemani mereka. Joanna sementara menginap di rumah Anggi,sepupunya.
Setelah menunggu sekitar setengah jam,pintu ruang IGD terbuka. Seorang pria berusia sekitar 50 tahun dengan seragam dokternya keluar bersama seorang suster di sampingnya.
"Keluarga Nona Gladys?" Tanyanya pada kami.
"Kami orang tua nya,dok. Bagaimana kondisi Gladys,dok?" Ujar papa Gladys sambil memeluk istrinya yang masih menangis.
"Ehm,begini..apa sebelumnya Gladys pernah memiliki kista atau pernah mengalami keguguran?"tanya dokter Tri.
"Ah..iya dok, anak saya pernah keguguran. Tapi sudah lama.Memang kenapa,dok?" Jawab papa Gladys.
"Ya..ini seperti efek samping dari keguguran yang pernah terjadi. Jadi dinding rahimnya sangat rapuh, sehingga benturan sedikit saja bisa menyebabkan pendarahan. Mungkin secara tidak sengaja Gladys pernah terjatuh atau terantuk sesuatu?" ujar dokter Tri.
"Apa itu akan berpengaruh pada Gladys jika nanti dia hamil,dok?" tanya Mama Gladys.
"Ya tentu saja. Kondisi rahim yang rapuh sangat rentan dengan abortus. Jadi jika nanti Gladys hamil,dia akan disarankan untuk bedrest total. Karena akan sangat beresiko. Untuk saat ini,kami masih akan lakukan observasi"
"Ooh anakku.."rintih Mama Gladys.
"Pasien bisa di temui di kamarnya sebentar lagi. Mari" pamit dokter Tri.
Adam masih tak bergeming dari tempatnya. Di satu sisi dia bersyukur Gladys tidak parah,tapi di sisi lain dia sangat terenyuh melihat kondisi Gladys. Dia masih menyalahkan dirinya atas keputusannya untuk pergi meninggalkan Gladys di saat yang seharusnya dia ada disana saat itu.
Adam mengusap wajahnya gusar. Kania memeluk anaknya dan menepuk punggungnya,menenangkan.
"Kakak,kamu gak salah. Sekarang tolong kamu jaga Gladys. Mama papa nya pasti capek. Besok kami kesini lagi ya sayang"ujar Kania. Adam mengangguk dan masuk ke ruang inap Gladys.
"Om sama tante pulang saja dulu. Biar malam ini Adam yang tungguin Gladys."ujar Adam.
"Makasih sayang. Kalo keadaan tante mu tidak selemas ini,om pasti akan jaga disini. Maaf merepotkan kamu,nak"ucap papa Gladys.
"Besok tante kesini. Makasih ya Adam"
Sepeninggal kedua orang tua mereka, Adam duduk di sisi brangkar Gladys. Tangannya mengusap pipi Gladys pelan. Matanya tak henti menatap wajah sendu milik Gladys.
"Cepat sehat,Gladys. Jangan menyimpan beban kamu sendirian. Maaf kalo aku belum bisa menjadi Adam yang dulu,Adam yang selalu ada buat kamu walaupun sudah kamu tolak. Tapi sekarang aku sudah disini lagi. Tolong bangun dan maafkan aku" ujar Adam. Tapi Gladys masih diam tertidur dan tak memberikan respon apa-apa.
****************
*Gladys POV*Aku mengerjapkan mataku. Berusaha menyesuaikan dengan sinar yang masuk ke celah mataku. Sebuah ruangan bertirai putih yang cukup familiar di mataku dan aroma yang sangat ku benci merasuk ke dalam penciumanku.
Sepi sekali. Sebuah jaket terlampir di sofa tunggu yang berada di kamar ini. Tapi tidak ada seorang pun di ruangan. Aku terbatuk karena tenggorokanku sangat kering. Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan sosok yang ku rindukan. Hell,yaa aku merindukannya.
"Gladys,kamu udah sadar?"tanyanya sembari berlari menuju brangkarku dan membantuku duduk. Aku hanya menatapnya antara bingung dan senang.
"Kamu kenapa disini?mana mama sama papa?"
"Aku yang tungguin kamu tadi malam. Soalnya mama kamu gak sehat,jadi papa antar mama pulang"
"Ooh.."aku hanya ber ooh ria mendengar jawaban Adam.
Adam menyodorkan gelas berisi air putih padaku."Thanks. Maaf merepotkan"ujarku.
"It's okay..aku kaget aja kemarin liat kamu pingsan. Perut kamu udah gak sakit?"tanyanya sambil mengusap perutku. Reflek aku menepis tangannya dan membuatnya mengernyitkan dahi.
"Maaf.. Ah,kamu makan dulu ya, nanti habis itu diminum obatnya" lanjut Adam sembari menyodorkan nampan berisi makanan rumah sakit padaku. Aku diam tak bergeming, namun mataku masih menatap Adam. Tiba-tiba air mata yang sudah ku bendung mengalir dengan suksesnya di kedua pipiku. Adam terkejut melihatku menangis bergegas meletakkan kembali nampan nya dan duduk di hadapanku.
" Hei,,don't cry.. Kenapa?Hemm?"tanyanya lembut sambil mengusap air mataku dengan jarinya. Aku malah semakin terisak mendengar suara Adam. Adam tersenyum dan memelukku.
"Ada apa?Kenapa kamu nangis?Apa aku sudah melakukan sesuatu yang membuat kamu menangis?"tanya Adam masih sambil memeluk dan mengusap kepalaku lembut. AKu menggeleng dan menguraikan pelukan nya.
"Adam,tolong..aku ingin sendiri. Bisa kamu tinggalkan aku dulu?" ujarku.
"Ah,,begitu ya. Baiklah, aku tunggu kamu di luar saja ya. Tapi jangan lupa di makan ya makanan nya. Cepat sembuh,princess" ucap Adam sambil mengusap kepalaku sebelum melangkahkan kakinya keluar dan menutup pintu.
Aku masih menatap pintu itu. Pintu yang baru saja Adam tutup. Jujur aku merasa sangat malu berada di hadapan Adam saat ini. Aku mengusap perutku pelan.
" Dulu aku sangat memimpikan memiliki keluarga kecil dengan anak-anak lucu di dalamnya. Tapi sekarang aku bahkan takut hanya memikirkan untuk menikah. Aku bukan wanita sempurna lagi. Rahimku sudah tak sebaik dulu. Aaargghhh!!" aku mengerang kesakitan. Perutku tiba-tiba seperti tersengat rasanya sakit sekali. Dan aku kembali merasakan darah mengalir di sana.
****************
*ADAM POV*
Aku menunggu Gladys di depan pintu kamarnya. Aku mendengar semua yang di ucapkan Gladys pada dirinya sendiri. Diam-diam aku ikut menangis mendengar ucapan Gladys. Tiba-tiba suara erangan Gladys membuyarkan lamunanku.
Aku bergegas masuk dan menemukan Gladys kesakitan sembari memegang perutnya. Dengan tak sabar aku memencet tombol pemanggil darurat di damping tempat tidur Gladys. Tak lama dua orang perawat dan seorang dokter masuk ke ruangan itu.
"Bisa tunggu di luar sebentar?"ujar dokter itu. Aku mengangguk dan keluar. Setelah lima belas menit menunggu, dokter dan perawatpun keluar dari ruangan Gladys.
"Bagaimana,dok?"tanya ku cemas.
"Kontraksi rahimnya sedang beraksi pada obat. Jadi biarkan pasien istirahat dulu. Kondisi psikis nya juga sepertinya sedang tidak stabil,mungkin trauma masa lalunya sangat dalam sehingga berpengaruh besar pada kondisinya saat ini. Sementara saya sudah berikan obat pereda sakit." jelas dokter itu sembari pamit.
Aku masuk kedalam kamar Gladys. Kulihat dia tertidur, mungkin efek obat yang tadi di berikan. Air mata nya masih membekas di pipinya. Tanganku reflek mengusap kedua pipinya dan menggenggam tangannya.
" Kamu gak sendirian,Gladys. Percayalah orang-orang disekitarmu menyayangimu dengan sepenuh hati. Kumohon jangan siksa diri kamu"gumamku mengecup punggung tangannya.
***************************************************************************************************
Eh,haloo..saya mendarat lagi di part 7..hehehe..
sedikit ya? iya emang..tapi semoga kalian suka ya..
Tetap ku harap vote dan komen kalian. Akan aku usahakan update cepat.
Terimakasih.
_melonana_
KAMU SEDANG MEMBACA
The Past and Last
RomanceSequel dari My Boy and His Daddy.. Karena cinta tidak melihat apa yang terjadi di masa lalu, tetapi melihat apa yang akan kita buat di masa depan. Dan bagi Adam, mencintai Gladys adalah hidupnya. Dan Gladys adalah masa lalu yang akan menjadi masa...