Adam POV
Sejak kepulangan Gladys dari rumah sakit satu bulan lalu, dia terlihat menghindariku. Bahkan saat kami bertemu di butik yang sekarang juga menjadi kantorku pun dia menyibukkan diri atau pura-pura tak melihatku. Jika terpaksa ada hal yang berkaitan denganku, dia akan menyuruh Chita atau pegainya yang lain untuk menemuiku. Dan akupun juga tidak berusaha untuk membuatnya melihatku atau sengaja menemuinya. Aku ingin membuatnya merasa nyaman dengan tidak adanya diriku di sekitarnya. Mungkin.
Tapi aku merasa aneh saat mengatakan pada Gladys untuk menganggapku sebagai kakak nya. Bohong sekali. Batinku. Aku jelas mencintainya, tapi mungkin aku harus pelan-pelan.
Ketukan di pintu ruang kerjaku menyadarkanku dari lamunan.
"Masuklah" ujarku.
"What's wrong,dude?"tanya Billy memicingkan matanya padaku sambil menunjukkan proposal di tangannya.
"Kenapa dengan proposal itu?"tanyaku balik. Billy duduk di hadapanku dan menatapku.
"Apa yang sedang kamu pikirkan?sampai proposal pun banyak yang salah"tegurnya.
"Oh ya?coba ku lihat"ujarku sembari membuka proposal yang disodorkan Billy.
"Astaga..maafkan aku. Akan aku ganti sekarang juga. Tunggu"
Aku memusatkan perhatianku pada komputer dan mengetik perbaikan proposal yang salah.
"Tadi aku bertemu Gladys di bawah. Sepertinya dia kedatangan tamu istimewa" ucap Billy membuatku mengalihkan mataku dari depan layar.
"Siapa?"
"Ken, sahabatnya sejak kuliah dan yang ku tahu dia menyukai Gladys"
"Hemm..begitu" tanggapku tak acuh dan kembali ke layar komputer.
"Kau tak cemburu?"tanya Billy yang ku jawab dengan kedikan di bahu.
Siapa bilang aku tak cemburu. Aku diam karena aku takut kalau aku membuka mulut,bukan kata-kata yang akan keluar melainkan api. Oh ayolah, satu bulan ini aku memendam rindu luar biasa pada gadis itu, dan tiba-tiba mendengar ada seseorang yang menyukai Gladys dan juga seseorang yang selalu di dekatnya selama Gladys kuliah,rasanya dadaku bergemuruh. Karena dia pasti lebih mengenal Gladys daripada aku.
"Hello Adam??Kamu dengar gak sih?daritadi aku bicara sama tembok ya?" Tanya Chita kesal sambil mengetuk meja di depanku.
"Ah,Chita?sejak kapan kamu disini?"tanyaku bingung.
"Adam...aku sudah 5 menit berada disini dan bicara sama kamu tahu"gerutunya kesal lalu menghempaskan tubuhnya di sofa di samping Billy yang tertawa. Aku terkekeh dan menghampirinya.
"Maaf..maaf.. Jadi ada apa?"tanyaku setelah duduk di sofa yang berhadapan dengan Chita dan Billy.
"Jadi rencana nya kemarin kita akan membuat papan iklan dan board untuk butik dan kantor kalian ini. Tema yang di setujui kemarin tentang wedding dan kita juga sudah menemukan model untuk photoshoot nya. Tapi sayang nya, Dila sang model kena cacar dan Gie sang model pria yang kebetulan pacar nya Dila gak mau kalo dia sama model yang lain. Jadi intinya mereka mundur."jelas Chita panjang lebar.
"Hemm..kalo gitu kita tunda saja dulu sampai model sembuh" kataku pendek. Chita memberengut kesal dan mencebikkan bibirnya.
"Tapi kita udah deal schedule sama bang Hanif buat photoshoot malam ini. Dan sayangnya gak bisa di batalin"
"Oh my..kenapa mendadak banget sih kasih kabarnya?"gerutuku.
"Dila juga baru tadi ini kasih kabar ke aku. Tapi untuk model wanitanya aku udah dapet gantinya kok,tinggal model pria nya aja"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Past and Last
RomanceSequel dari My Boy and His Daddy.. Karena cinta tidak melihat apa yang terjadi di masa lalu, tetapi melihat apa yang akan kita buat di masa depan. Dan bagi Adam, mencintai Gladys adalah hidupnya. Dan Gladys adalah masa lalu yang akan menjadi masa...