The Past 16

1.8K 150 11
                                    

*GLADYS Pov*

Keputusan mama untuk ikut papa ke Singapura sudah bulat sepertinya. Sudah sejak dua hari yang lalu mereka kembali dan memintaku pulang untuk membantu mereka berkemas. Awalnya mereka ingin aku ikut, tapi aku pikir gimana dengan butikku? Dan lagi pasti akan ada yang rewel kalo aku memutuskan ikut kesana. Aku membantu mama mengepak piring-piring kesayangan mama di ruang makan. Mama duduk di sebelahku dan mengusap pelan kepalaku.

"Kamu yakin gak mau ikut mama?"tanya nya membuatku menghentikan kegiatanku mengepak.

"Gladys udah besar,Ma. Lagipula nanti siapa yang akan urus butik kalo Gladys ikut mama sama papa? Gladys gak mau sia-siakan hasil kerja keras selama ini" Aku menjelaskan alasanku pada mama. Mama mengangguk mengerti.

"Baiklah,mama percaya kamu bisa jaga diri dengan baik. Tapi tetap jangan absen kasih kabar ya sayang" pesan nya.

"Iya,Ma. Gladys pasti akan jaga diri sebaik mungkin. Mama sama papa gak usah khawatir. Dan lagi Gladys kan gak sendirian, ada Chita yang akan temenin Gladys"

"Ya, baiklah. Terus hubungan kamu sama Adam,gimana? Dia serius sama kamu kan?" Mama memusatkan perhatiannya padaku. Aku kembali mengepak piring sambil berusaha menghindari tatapan mata mama.

"Iya, Ma."

"Apa gak sebaiknya kalian bertunangan dulu sebelum mama sama papa pergi? Setidaknya dia bisa bantuin mama jagain kamu" usul Mama yang sukses membuatku tersedak air liur dan terbatuk. Mama menepuk punggungku pelan dan tertawa.

"Ya ampun,nak.. Mama cuma mengusulkan pertunangan loh, bukan pernikahan. Gak usah kaget gitu ah" godanya. Mukaku sudah merah padam.

"Mama~___aku kan cewek, masa iya aku yang minta tunangan dulu? Mama nih" elakku.

"Ya, bukan kamu lah yang minta. Tapi Adam.."

"Hah? Adam? Kapan dia bilang?!"

"Kemarin sore, sebelum jemput kamu dari butik"

"Hah? Ya sih kemarin dia bilang ada klien yang akan konsultasi, tapi... ah,jadi dia kesini?"

"Iya, dia minta mama sama papa ngerelain kamu buat dia. Ya, mama sih bilang terserah kamu aja, jadi kamu gimana? Mau gak?"

"Ma... apa aku pantas buat Adam? Aku bahkan gak tau bisa kasih dia seluruh hatiku apa gak.." Mama memutar tubuhku menghadapnya dan memegang kedua pipiku.

"Nak, ketika ada seorang pria yang menginginkanmu lebih dari dirinya sendiri dan dia juga seorang pria yang begitu mencintai keluarganya, mama rasa dia yang terbaik. Dan kamu, mama tidak akan memaksakan apapun keputusanmu. Hanya saja, pikirkan baik-baik dan jangan sampai keputusan itu menjadi sebuah penyesalan di kemudian hari."

"Ya, Ma... Kasih aku waktu ya" Mama mengangguk dan meninggalkan aku di ruang makan.

Kata-kata mama masih saja terngiang di telingaku. Membayangkan wajah Adam saat dia mengatakan akan menikahiku. Dan membayangkan wajahnya jika aku menolak atau menerimanya. Semuanya berkelbat di otakku, membuatku tidak bisa memejamkan mata.

Aku melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 4 pagi, dan aku masih terjaga. Oh God.. Tiba-tiba ponselku menyala dan memunculkan notifikasi pesan.

-Good morning,my Haze..belum tidur ya?"___ Aku terkejut membaca pesat teks nya. Bagaimana dia bisa tahu aku belum tidur? Akhirnya aku memencet tombol dial.

"Hai,hazy..." sapanya dari seberang yang membuatku tersipu seketika. Hazy adalah panggilan sayang Adam untukku yang berarti embun.

The Past and LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang