The Past 11

2K 174 3
                                        

*Gladys POV

Aku berkali-kali memandang ponselku dan mendesah pelan. Semuanya masih berputar di otakku. Kejadian tadi pagi masih sangat membekas. Ucapan Adam juga masib terngiang jelas di telingaku,"Jangan di paksakan jika memang tidak bisa." Tapi, bisakah aku?

Aku baru saja merebahkan tubuhku di sofa ruang kerja saat tiba-tiba Chita masuk ke dalam ruangan dan menarikku untuk duduk. Wajahnya datar tak terbaca. Lalu keningnya berkerut. Dan tiba-tiba dia memelukku sembari berkali-kali mengecupi wajahku gemas. #ets,bukan lgbt ya~

"Aaakk...Chitaaa~, apaan sih?" tanyaku sambil berusaha melepaskan pelukan nya. Chita menatapku dengan senyuman lebar tercetak jelas di bibirnya. Matanya berkali-kali mengerjap lucu, membuatku semakin bingung dengan perilakunya.

"Chit, you okay? Gak lagi demam kan? Gak lagi ikutan trend...LGBT kan?"tanyaku curiga sekaligus khawatir. Chita tertawa terbahak-bahak sebelum akhirnya memukul lenganku keras.

"Aaww...!! Chita!"seruku kesakitan dan beranjak menjauh dari sofa lalu duduk di kursi kerjaku. Chita mengikutiku dan duduk di depan meja kerjaku.

"Cerita sama aku" ujarnya membuat keningku berkerut.

"Cerita?Apa?"

"Eiiyy..ayolah, jangan pura-pura gak tahu"sindirnya.

"Tapi aku emang gak tahu,Chita~"

Belum sempat Chita bicara lagi, tiba-tiba Billy muncul dan langsung duduk di samping Chita sambil menatapku penuh selidik.

"Ini apa lagi? Kalian berdua lagi kenapa sih hari ini?"tanyaku jengah. Siapa yang gak jengah coba, dua orang duduk di depanmu dan mereka semua menatapmu tanpa berkedip seolah kamu siap menjadi santapan mereka.

"Congratulation~~!" seru mereka berdua membuatku terkejut namun sedikit mengerti jalan pikiran mereka.

"Ah~, jadi itu maksud kalian. So, aku harus cerita apa?"

"Ya cerita prosedurnya,prosesnya lah"ujar Chita.

"Hmm,,,R.A.H.A.S.I.A.." kataku sembari tertawa. Chita dan Billy memandangku dengan wajah masam. Lalu beranjak keluar dari ruanganku masih sambil melirik dan menggerutu.

***

"Jadi pacar aku ya" ucap Adam sebelum aku menyelesaikan omelanku.

"A..apa?" tanyaku terbata. Terkejut.

"Iya, kamu jadi pacar aku ya. Jangan hindarin aku lagi. Jangan jauhin aku terus". Adam masih menatapku tanpa menyentuh sedikitpun. Namun melihat aku hanya diam dan mengerjapkan mataku karena masih terkejut dengan pernyataan nya yang tiba-tiba, akhirnya Adam meraih tanganku dan meletakkan di dada nya. Degupannya lebih cepat dari detak jantung biasanya. Mungkin sama cepatnya dengan jantungku saat ini. Aku susah payah menelan salivaku.

"Ya?" tanyanya lagi memastikan.

"A..aku.."

"Sekarang aku gak mau lagi dengar jawaban tidak, dengan alasan apapun"ujar Adam, masih menggenggam tanganku.

"Tapi, Dam ... "

"Gladys, dengar... Aku mencintai kamu dari dulu dan sampai sekarang rasa cinta itu masih dan bahkan semakin besar. Aku mungkin gak berjanji untuk tidak menyakiti kamu, tapi setidaknya saat ini aku berjanji untuk selalu menjagamu, menerima kamu dan masa lalumu. Kamu gak perlu menyimpan itu semua sendirian, berbagilah jika itu bisa meringankan beban kamu. Ah, aku gak bisa bicara romantis, yang aku bisa cuma meyakinkan kamu kalau aku akan selalu ada untukmu." Ucapan Adam membuatku menatapnya. Mencari keraguan di matanya, dan yang kutemukan hanya keyakinan disana.

The Past and LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang