The Past 10

2K 154 7
                                    

Gladys POV

Hari ini rasanya aku malas sekali beranjak dari tempat tidurku. Teringat ucapanku semalam saja sudah membuatku berdenyut-denyut. Tapi terkadang apa yang diucapkan secara tidak sengaja itu adalah ungkapan hati yang sesungguhnya. Masa sih? Apa aku mengharapkan Adam menemuiku setelah usahaku menghindarinya.

Sedikit menyeret langkah, aku memaksakan diriku masuk ke kamar mandi dan bersiap untuk ke butik. Saat sedang menyiapkan roti dan kentang goreng untuk sarapan, bel pintu berbunyi. Mendadak seluruh tubuhku meremang menebak siapa yang datang.

"Selamat pagi. Sudah siap?"tanya Adam begitu ku bukakan pintu.

"Masuklah dulu, aku sedang membuat sarapan. Kamu mau roti tawar?"

"Boleh, jangan pakai selai ya. Kalau ada pakai susu kental manis coklat saja" pintanya.

"Banyak request!" Aku mendengus dan beranjak meninggalkan nya ke meja makan dan mulai membuat roti.

Tak lama aku bergabung dengan nya di meja depan tv dan menyodorkan roti tawar pesanan nya serta segelas susu coklat hangat. Kesukaan Adam saat kecil dulu. Adam menerima nya dengan berbinar.

"Ah, susu coklat hangat. Thanks. Hmmm,,perfect" celoteh nya sambil mengunyah roti dan menyesap susu coklat nya. Aku hanya meliriknya sekilas sebelum fokus lagi pada sarapanku.

"Kenapa kamu memilih tinggal di apartemen?" tanya Adam sambil mencomot kentang goreng dari piringku. Aku melirik sebal.

"Aku sudah cukup dewasa untuk tinggal sendiri,kurasa" jawabku.

"Ooh..tante gak keberatan kamu tinggal sendiri?" Aku menggeleng dan melanjutkan sarapanku.

"Mau berangkat jam berapa?"tanyaku setelah kami selesai sarapan.

"Kalau kamu sudah siap, ayo"

"Tunggu sebentar, aku ambil tas ku dulu" ujarku sembari berlari kecil menuju kamarku.

Setelah mengambil tasku, aku bergegas menemui Adam di ruang tamu. Tapi ternyata di sana sudah ada seorang lagi yang duduk di kursiku. Ken.

"Ken? Ada apa pagi-pagi?"tanyaku terkejut. Ken tersenyum dan menghampiriku.

"Jemput kamu. Kebetulan tadi aku lewat sini, jadi sekalian mampir" jawabnya. Aku melirik ke arah Adam yang sudah mulai terlihat sedikit menekuk wajahnya tapi sok sibuk dengan ponselnya. Padahal kulihat ponselnya dalam keadaan lock, alias mati. Tanpa sadar aku terkekeh, membuat Adam mengalihkan wajahnya padaku.

"Kenapa?"tanya Adam.

"Tidak ada. Ken, maaf, terima kasih sudah repot-repot, tapi hari ini Adam sudah lebih dulu menjemputku. Mungkin lain kali lagi ya. Sorry"ujarku.

"Ah,,begitu. Baiklah, kalau begitu aku duluan. Besok aku jemput ya. Bye" pamit Ken. Aku mengantarkan Ken sampai depan pintu. Dan saat berbalik, kulihat Adam sedang tersenyum menatap ponselnya yang masih mati. Tak pelak, hal itu membuatku tertawa.

"Kenapa tertawa lagi? Apa ada yang lucu?" tanya Adam. Aku tidak menjawabnya dan hanya menggelengkan kepala sambil masih tertawa. Gemas karena tidak mendapat jawaban, Adam berdiri menghampiriku dan memegang kedua pipiku. Membuatku berhenti tertawa seketika.

"Kalau gak ada yang lucu kenapa tertawanya puas sekali?Hmm?"tanya nya kesal dengan wajah ditekuk. Melihat ekspresinya, aku kembali tertawa membuat Adam semakin terlihat kesal.

"Oh,,ayolah ada apa? Kalau kamu gak jelasin, kita gak akan berangkat nih" ancamnya. Aku berusaha menghentikan tawaku dan melepaskan tangannya dari pipiku.

"Kamu tadi ngapain sih senyum-senyum sambil liatin ponsel kamu?"tanyaku setelah berhasil mengontrol tawaku.

"Ah,tadi ada sms masuk yang cukup lucu"jawabnya sedikit gugup.

"Oh ya? Hebat donk ya bisa baca sms tanpa harus nyalain ponselnya?Hahahaha"ledekku.

"Aarrgghh...okey. I'm jealous,puas?" jawabnya membuatku berhenti tertawa. Aku yakin wajahku saat ini sudah sangat merah. Tapi untungnya aku tadi habis tertawa, jadi dia tidak curiga jika aku merona karena ucapannya barusan.

"Mmm..ayo berangkat"ucapku sembari beranjak.

"Baiklah. Ayo"

Sepanjang jalan tidak ada sepatah katapun yang terucap dari mulut kami berdua. Semuanya hening. Tak ada musik. Benar-benar canggung. Aku memutuskan untuk melihat ke arah jalan dan mengabaikan pikiranku yang seenaknya berpikir sendiri.

"Gladys" Adam memanggilku.

"Ah ya?Apa?" jawabku sambil menolehkan kepalaku menghadapnya.

"Kita bicara sebentar ya"

"Hah? Tunggu,ini kita mau kemana?Kok bukan jalan ke kantor?Kamu mau culik aku ya?" ujarku panik.

"Hahaha,tenang saja. Kalau aku mau culik kamu, aku pasti ijin sama tante Kania" jawabnya santai membuatku merengut dan menutup mulutku.

Mobil Adam terus melaju menuju suatu tempat yang rasanya tidak asing bagiku. Taman di dekat sekolahku dan Adam dulu. Suasananya sangat lengang pada jam-jam kerja seperti saat ini. Mungkin karena anak-anak sekolah masih di kelas dan orang0orang juga sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Adam menghentikan mobilnya dan membukakan pintu untukku.

Kami memilih duduk di bangku panjang yang terbuat dari semen. Karena terlindungi oleh pohon beringin besar, membuat tempat ini menjadi terlihat teduh dan asri. Sangat menyenangkan untuk sekedar duduk-duduk merefresh kan pikiran. Adam menyodorkan es krim vanila  yang dia beli dari food truck di depan taman.

"Ada apa?" tanyaku setelah Adam duduk di sampingku.

"Apa?" tanya nya balik yang membuatku kesal.

"Tadi katanya mau bicara? Gimana sih?" gerutuku sebal. Adam tertawa dan mengusap ujung bibirku dengan jarinya. Hanya sentuhan ringan, tapi cukup membuat jantungku turun ke perut dan darah menyusut sampai kaki.

"Enak banget ya es krim nya? Sampai belepotan gitu makannya" ujarnya terkekeh. Dia masih bisa terkekeh bahkan di saat aku mungkin sudah pucat pasi atau mungkin merah padam.

"Ck..jadi bicara apa?"tanyaku lagi .

"Emmm...."

"Emm...?? Apa sih A...."

"Jadi pacar aku ya" ucap Adam sebelum aku menyelesaikan omelanku.

"A..apa?" tanyaku terbata. Terkejut.

"Iya, kamu jadi pacar aku ya. Jangan hindarin aku lagi. Jangan jauhin aku terus". Adam masih menatapku tanpa menyentuh sedikitpun. Namun melihat aku hanya diam dan mengerjapkan mataku karena masih terkejut dengan pernyataan nya yang tiba-tiba, akhirnya Adam meraih tanganku dan meletakkan di dada nya. Degupannya lebih cepat dari detak jantung biasanya. Mungkin sama cepatnya dengan jantungku saat ini. Aku susah payah menelan salivaku.

"Ya?" tanyanya lagi memastikan.

"A..aku.."

**********************************************************************************

Sedikit yah? Hehehe..iya soalnya bingung mau lanjutin gimana lagi. Yang keluar sebatas ini aja idenya. Gantung? Iya,karena aku juga masih bingun, Gladys mau jawab apa nanti...hehe..

Vote dan komen ya semuanyah.. terimakasihbanyak.



The Past and LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang