Setelah aku berdiri dengan benar cepat-cepat Naoki menarik tangannya menjauhi ku.
"T-tangan mu dingin sekali. Daijoubu desu ka?"
Tanganku beralih menyentuh wajahnya. Wajahnya kaku dingin seperti tangannya. Mata keemasannya menunjukan kekhawatiran. Entah soal apa. Tapi dia takut sesuatu yang buruk akan terjadi.
"Daijoubu. Jangan pedulikan aku." tangannya menghempaskan tanganku yang menyentuh wajahnya.
"T-tapi Naoki-kun-," tatapannya tajam menusuk ku.
"Urus saja dirimu sendiri."
"G-gomen nasai."
Lagi-lagi suasana di antara kami tegang seperti ini. Aku tidak lagi memperdulikan keterlambatan ku. Aku hanya mempertanyakan kenapa tubuhnya bisa sedingin itu? Apa yang dia cemaskan?
Kami sampai di sebuah lorong yang agak gelap. Di depan kami tertulis ruangan C-2 di pintunya. Naoki berhenti dan menatapku. Aku balas menatapnya.
"Pergilah. Aku akan kembali ke kelas."
"Arigatou gozaimasu Naoki-kun." Dia pun berlalu.
Aku memasuki kelas dengan sangat gugup. Kegelisahan ku karena terlambat kembali membanjiri pikiran ku. Aku terlambat empat puluh menit. Sepuluh menit lagi menuju pelajaran berikutnya. Lagi-lagi aku tersandung tepat di depan kelas. Wajah ku kini sudah merah seperti tomat.
"Sumimasen. Maaf saya terlambat. Saya tidak bisa menemukan kelas ini. Dan saya tidak pandai membaca peta." Dengan terpaksa aku mengatakan semua itu. Tentu saja membuat wajah ku semakin merah.
"Aa~ anata wa Diangel Gileason desu ka?"
Aku tersenyum garing Mr. Yamada guru biologi ku— kalau aku tidak salah— memepersilahkan ku duduk. Ada dua meja kosong di kelas ini. Satu di sebelah cewek berkaca mata yang sejak tadi memasang tatapan membunuh padaku seperti mengatakan kalau kau duduk di sini aku bunuh kau. Yang satu lagi di paling belakang pojok kanan sebelah cowok yang tersenyum kearah ku. Ku putuskan untuk duduk di sana. Kelihatannya dia ramah.
"Hajimemashite. Kuhn Schiff desu. Yorushiku ne."
"Diangel Gileason desu. Yorushiku."
Ketika aku duduk bel pelajaran kedua berbunyi. Mr Yamada keluar dari kelas dan aku tidak belajar apa pun dari nya.
"Hey. Kau mau pinjam catatan ku?" cowok di sebelah ku—Kuhn berbisik sebelum guru berikutnya datang.
"Aa~ bolehkah?" Dia mengangguk.
"Arigatou. Besok aku kembalikan."
Pelajaran beberikutnya kimia dengan Mrs. Juliana berlangsung baik. Aku sudah pernah sedikit belajar atom-atom merepotkan dan di hari pertama ku, aku harus mengulang pelajaran itu selama satu jam penuh.
Di pelajaran ketiga aku tidak bisa berkonsentrasi. Pikiranku melayang entah kemana dan saat mendarat aku hanya memikirkan kesempurnaan Naoki dan kenyataan bahwa aku mengobrol dengannya tadi pagi.
Tapi sialnya guru sastra Jepang ku Mr. Akihiko berhasil memergoki ku melamun dan mengajukan pertanyaan padaku. Untungnya aku bisa mengatakan dengan lengkap isi dari puisi Otagaki Rengetsu yang sudah ku hapal di semester sebelumnya.
Kuhn mengajak ku makan siang di kafetaria. Aku baru tahu ada kafetaria di sini. Aku melipat peta yang di berikan Mrs. Uchiyama pagi tadi dan memasukannya ke saku jas seragam ku kalau-kalau aku tersesat lagi—tapi toh aku tidak pandai membaca peta. Percuma saja.
Lagi aku di buat tabjuk dengan desain mewah sekolah ini. Kafetaria yang luas dan ramai serta aroma masakan yang sudah tercium dari pintu masuk membuat ku lapar.
"Katanya menu hari ini Lasagna lalu desert nya Larva cake," bisik Kuhn setelah kami berbaris di antrian.
Kuhn berbaris di belakang ku. Aku mengambil nampan berisi Lasagna, Larva cake, apel potong, serta jus jeruk. Mata ku mencari keberadaan keluarga Carnegie tapi Kuhn sudah mempersilahkan ku duduk.
Sejauh penjuru kafetaria aku sama sekali tidak melihat satu pun keluarga Carnegie. Maksud ku mencari mereka tentu saja untuk melihat malaikat tanpa sayap.
Di tengah makan ku. Aku melihat Hiroshi menghampiri ku. Aku berharap Naoki juga bersamanya.
"Hello Dian-chan tidak makan dengan Naoki?" dia berbisik di telinga ku membuat ku bergidik.
"A-apa dia ada di sini?"
"Tentu saja. Dia ada di sana. Kalau begitu aku pergi dulu. Bye bye Dian-chan," Hiroshi menunjuk tempat Naoki duduk. Dia duduk di pojok kafetaria dekat pendingin ruangan tepat mengarah pada ku.
Mata keemasannya menatap ku sambil menyedot minuman berwarna merah dari gelasnya. Sedikit ku sungging kan senyum padaya. Hiroshi sudah duduk di samping Naoki. Wajahnya yang kekanak-kanakkan mengatakan sesuatu pada Naoki—aku tidak bisa mendengarnya tapi aku tetap memperhatikan mereka berdua.
Di depan ku Kuhn sudah selesai makan dan melihat nampan ku yang masih penuh.
"Diangel. Cepat habiskan makanan mu sebentar lagi masuk kelas."
"Eh- i-iya."
Aku dapat melihat dari sudut mataku kalau Naoki dan Hiroshi tertawa sambil melihat ku.
TBC
5/25/17
KAMU SEDANG MEMBACA
Serenade of the Immortals [COMPLETE]
Teen FictionDiangel Gileason tak pernah menyangka hidupnya berubah begitu drastis. Undangan misterius membawanya ke sebuah mansion besar dengan desain kuno dan atmosfer menyeramkan. Di sana, ia bertemu dengan keluarga Carnegie, kumpulan pria tampan yang menyemb...