Tidak ada acara resepsi setelah upacara pernikahan. Tamu-tamu sudah bubar sejak satu jam yang lalu. Aku hanya berdiri dan bersalaman dengan tamu-tamu yang akan pulang setelah bersalaman dengan ku.
Hanya sedikit ucapan selamat untuk ku. Itu karena tamu yang datang kurang lebih hanya empat belas orang—aku tidak yakin semua tamu yang datang adalah manusia. Tapi aku tetap berusaha bersikap ramah.
Setelah acara salam-salaman tadi aku dan Carnegie bersaudara berkumpul di ruang tengah. Suasanya tegang seperti biasa. Tapi kali ini lebih tegang.
Naoki berdeham lalu memulai. "Begini, meski pun kita sudah jadi suami- istri tapi aku tidak bisa memperlakukan mu selayaknya seorang istri. Terutama umur mu yang baru tujuh belas." Tatapannya lurus ke arah ku. Aku mendengarkan.
"Aku tidak bisa tidur dengan mu atau apa pun itu namanya. Kau bebas mau melakukan apa-apa aku tidak melarang nya. Kau bebas menjalin hubungan dengan pria lain aku tidak masalah. Atau kau mau menikah dengannya pun tidak masalah buat ku. Dan satu lagi. Jangan terlalu berharap padaku."
Setelah mengatakan semua itu Naoki pergi begitu saja. Kepala ku pening. Aku tidak begitu mengingat semua perkataannya.
"Dasar si bodoh itu," Kaede bersuara. Aku meliriknya.
"Kami kan melakukan ini untuk nya," Sambung Akira.
"Aku tidak mengerti apa mau nya," sebuah suara menimpali. Aku terlalu letih untuk memikirkan suara siapa itu.
"Dia terlalu pengecut. Kalau suatu hari nanti Diangel di ambil orang lain yang jelas memperlakukannya lebih baik dari awal dia akan sangat menyesal," kali ini Hiroshi yang bicara. Tangannya melingkar di pundak ku.
"Sudah lah. Lebih baik sekarang kita bersenang-senang bersama Diangel sebelum dia sepenuhnya dimiliki Naoki," Akira bersuara memecah ketegangan.
"Baiklah sayang. Kami tunggu di game room. Kau ganti baju lah."
Aku berjalan mecari ruangan yang katanya game room setelag menganti pakaian dengan dress selutut putih yang biasa aku kenakan.
Dari tempatku berdiri terlihat Naoki bersandar di jendela sambil melihat ke luar. Wajahnya tampak sayu aku tidak pernah melihatnya begitu selama ini.
Dalam hati ku ingin sekali menghampirinya dan bertanya keadaanya. Tapi aku terlalu pengecut untuk melakukan itu dan ku buang pikiran itu jauh jauh.
Aku kembali mecari game room sampai Mr. Shinji—pelayan mansion ini—membawa beberapa botol yang ku yakin isinya darah dan cemilan dalam botol kaca dari seberang lorong.
"Halo nona," katanya setalah jarak di antara kami agak memendek.
"Ya," balas ku. Lalu ku tanyakan arah menuju game room. Dan ternyata dia juga sedang menuju ke sana.
Dia berjalan di depan memanduku melewati lorong di sebelah barat yang baru saja ku lewati lalu kembali ke tempat di mana aku melihat Naoki tapi kali ini dia sudah tidak ada.
Aku mengikutinya dalam diam tak lama Mr. Shinji berhenti di sebuah pintu tidak jauh dari lorong tempat Naoki berdiri tadi.
Mr. Shinji masuk diikuti oleh ku. Dari balik tubuhnya yang besar aku dapat melihat Hiroshi berdiri tidak jauh dari sofa di sudut ruangan bersama Akira.
"Sudah datang rupanya," sahut Akira semua menoleh.
"Aku agak tersesat. Maaf kalau kalian telah menunggu."
"Jangan khawatir. Kali ini kita akan bersenang-senang semalaman," sambung Akira sambil sedikit tertawa.
Setelah Mr. Shinji menaruh bawaannya di meja dia keluar. "Baiklah kita mulai dengan main poker ok. Yang kalah harus meminum jus cranberry ini sampai habis."
Awalnya ku kira darah ternyata jus cranberry dan ku pikir harus menghabiskan sabu botol sekaligus tapi setelah melihat Akira menuangkannya ke gelas membuat pemikiranku berubah.
Permainan pun di mulai.
Dari sepuluh ronde permainan aku kalah lima kali dan perutku kembung. Aku benar-benar tidak bisa bermain poker. Itu bukan kesukaan ku. Aku hanya suka baca novel atau komik-komik ringan sendirian. Tidak permainan yang memerlukan banyak orang.
Di ronde ke sebelas aku kalah lagi dan aku menyerah. Aku tidak bisa minum lagi. Hiroshi dengan baik hati mau meminumnya untukku.
Beberapa jam kemudian kami menghabiskan waktu dengan bermain permainan yang lain. Dari mulai olah raga sampai permainan mengasikan lainnya yang belum pernah ku mainkan sebelumnya. Sampai pada kantuk yang menjalar pada diri ku. aku sempat kehilangan fokus dan akhirnya terpejam.
TBC
7/14/17
KAMU SEDANG MEMBACA
Serenade of the Immortals [COMPLETE]
Teen FictionDiangel Gileason tak pernah menyangka hidupnya berubah begitu drastis. Undangan misterius membawanya ke sebuah mansion besar dengan desain kuno dan atmosfer menyeramkan. Di sana, ia bertemu dengan keluarga Carnegie, kumpulan pria tampan yang menyemb...