Beberapa bulan setelah aku tinggal di sini. Aku senang punya teman baik seperti Kuhn. Hubungan ku dengan Kuhn sangat baik. Kami yang saling terbuka satu sama lain. Dia juga sering cerita berbagai hal pada ku dan itu membuat ku melupakan kesendirian ku di sekolah ini.
Aku juga senang ada Hiroshi yang perhatian pada ku jadi selama di rumah aku punya teman ngobrol. Tapi fakta bahwa aku jatuh cinta pada Naoki tidak dapat aku sangkal. Serta fakta bahwa aku di kelilingi para vampir peminum darah membuat ku ngeri.
♦♦♦
Malam itu ketika aku berjalan-jalan di taman Hiroshi menghampiri ku dan mengobrol dengan ku. Aku bertanya padanya apakah Naoki selalu sedingin itu—dalam artian tubuhnya bukan sikapnya. Aku meliriknya menunggu jawaban. Tapi dia malah menggenggam tanganku aku terkejut tangannya juga sedingin es.
"H-hiroshi-san?" Dia tersenyum ringan tangannya beralih menyentuh pundakku.
"Kami semua selalu seperti ini," katanya pelan-pelan supaya aku dapat mencerna perkataanya.
"M-maksud mu?" aku terlalu bodoh untuk mengerti semua hal ini. Bagaimana bisa tubuh seseorang seperti es? Apa maksudnya?
"Kau nggak ngerti? Yang kami minum itu bukan jus delima."
"Tolong katakan dengan jelas. Aku sungguh tidak mengerti maksud mu. Kalau bukan jus delima lalu apa? Lalu kenapa tubuh mu dingin sekali?" aku sama sekali tidak ingin basa-basi aku ingin tau kebenarannya.
"Kami ini vampir," gumamnya memalingkan pandangannya dari ku.
"Jadi maksud mu yang kalian minum setiap pagi itu..." —aku memberi jeda tak kuat mengatakannya— "...itu darah?" dia mengangguk ragu.
"Aku sama sekali tidak menduganya. Aku tidak pernah kepikiran soal ini. Ku kira kalian sama seperti yang lain- maksud ku manusia."
"Apa kau tidak merasa aneh sedikit pun? Kau tidak pernah melihat kami makan dalam arti makan seperti kalian. Apa kau tidak melihat gigi taring kami?"
Sungguh tak dapat di bayangkan oleh ku. Aku pernah mendengar soal vampir dan semacamnya tapi tidak pernah tau apa itu vampir.
"Jadi vampir itu minum darah? Tubuhnya dingin? Dan punya taring?" aku memastikan.
"Kau ini kemana saja heoh? Kau tinggal di mana selama ini sampai hal peserti itu tidak tau," dia tertawa sambil mengacak-acak rambut ku.
"Aku memang tidak tau. Dan jangan mengejek ku seperti itu," ku majukan bibir ku—kesal. Bibirnya di rapatkan menahan tawa.
♦♦♦
Masih pagi seperti ini aku sudah di buat syok berat. Ingin mati saja rasanya mendapat tatapan super mengerikan dari Naoki di pagi yang cerah ini.
Setengah jam yang lalu Kaede meminta kami semua berkumpul di ruang tengah. Suasanyanya tegang seperti biasa. Kaede memulai. Dia mengatakan soal perjodohan ku yang dibuat oleh orang tuaku saat aku masih kecil. Di surat itu dikatakan aku harus menikah dengan Naoki di umur ku yang ke tujuh belas. Dan delapan bulan lalu umur ku genap tujuh belas tahun.
Aku sangat terkejut sampai-sampai lupa cara bernapas. Hiroshi yang duduk di samping ku menepuk pundak ku dan baru lah aku sadar kalau aku harus bernapas.
Aku tidak pernah tahu orang tua ku menjodoh kan ku seperti ini. Bahkan aku tidak ingat kapan terakhir aku bertemu dengannya. Sejak umur ku sembilan tahun aku sudah tinggal dengan Liliana—bibi ku.
Liliana bilang orang tua ku meninggal karena kecelakaan. Manyatnya hilang tidak di temukan. Dan masa lalu ku sebelum aku tinggal dengan Liliana tidak ada yang aku ingat.
Aku menelepon Liliana untuk memastikan perjodoahan ku. Dia tidak tau apa pun soal itu. Tapi dia menyuruh ku untuk menyetujuinya. Tentu saja aku akan menyetujuinya. Aku tidak punya kekuatan untuk menolak apa yang di katakan mereka.
"Kenapa harus aku?" ucap Naoki tiba-tiba setelah tatapannya membunuh ku. Perut ku mulas. Mata ku berkunang-kunang. Aku yakin Naoki tidak setuju. Dia marah pasti pada ku.
"Kau tau sendiri jadi jangan membantah!!"
"Aku tidak bisa menikah dengannya." Naoki bangkit dari kursinya dan pergi. Aku memandang kepergiannya dalam diam.
Setelah dia mengantar ku ke kelas tiga bulan lalu. Aku tidak pernah bicara dengannya lagi. Hanya sekedar memandanginya dari jauh. Aku tidak punya keberanian untuk menghampirinya hanya untuk mengobrol dengannya. Sangat menyedihkan.
Hiroshi merangkul ku. Menyandarkan kepalaku di dadanya sambil mengelus rambut ku.
"Tenang saja. Pernikahannya akan tetap di laksanakan."
"T-tapi kenapa tidak di undur saja. Maksud ku menikah di umur tujuh belas? Orang-orang akan menganggap ku hamil menikah muda seperti itu." Aku masih tidak melepas pelukan Hiroshi.
"Lebih cepat lebih baik untuk Naoki. Dia telah menunggu seratus dua puluh tahun dan ketika kau datang dia malah kabur seperti itu. Aku tidak bisa melihat dia kabur terus terusan. Orang-orang tidak akan tau pernikahan kalian. Aku pastikan itu."
Aku terdiam beberapa saat lalu menggerang. "Kau senang bukan bisa menikah dengannya?"
"Aku tau aku senang. Tapi kalau dia tidak suka pada ku bagaimana? Bagaimana kalau dia membenci ku?" Aku meremas kaosnya. Dia terdiam. Aku tidak yakin dia mendengar ku.
"Dia hanya lari dari kenyataan. Dan kenyataannya dia menginginkan semua ini," Hiroshi menyakinkan. Aku terdiam cukup lama. Pikiran terkumpul di otakku. Aku mendongak melonggarkan pelukannya.
"Hiroshi-san. Ada satu pertanyaan yang aku ingin kau menjawabnya."
"Apa?"
"Apakah kalian tidak terganggu dengan keberadaan ku di sini?"
"Maksud mu darah mu?" Aku mengangguk. Dia merapatkan duduknya dan merangkul ku lagi.
"Darah mu itu sangat harum. Paling harum dari semua darah yang pernah ku cium. Kau tau tenggorokan ku rasanya seperti terbakar saking inginnya aku mencicipi darah mu itu."
"Lalu kenapa kau tidak melakukannya? Aku tidak keberatan."
"Yah kami tidak bisa melakukannya. Naoki menyuruh kami untuk tidak menyentuh mu. Dan kalau kau mau tau, rasa sakit ketika taring kami menyentuh kulit mu sungguh luar biasa. Rasanya kau lebih baik mati dari pada merasakan sakitnya."
"Ku rasa itu berlebihan."
"Haha hahaha aku tau."
TBC
6/19/17
KAMU SEDANG MEMBACA
Serenade of the Immortals [COMPLETE]
Fiksi RemajaDiangel Gileason tak pernah menyangka hidupnya berubah begitu drastis. Undangan misterius membawanya ke sebuah mansion besar dengan desain kuno dan atmosfer menyeramkan. Di sana, ia bertemu dengan keluarga Carnegie, kumpulan pria tampan yang menyemb...