#8 Boy and Girl

573 24 1
                                    

Dalam mimpi ku. Aku melihat seorang gadis kecil berambut coklat sebahu keriting di bawahnya. Dia sedang duduk memainkan bunga-bunga di sekitarnya. Dia tampak sangat senang sambil sesekali tersenyum dan tertawa kecil.

Aku mengedarkan pandangan ku ke sekeliling. Hanya taman kecil di batasi tembok tinggi sekitar empat meter dan satu pohon—entah pohon apa namanya berdiri tegak tidak jauh dari gadis itu. Bunga-bunga yang ada di sana tumbuh memenuhi seluruh tanah.

Langitnya cukup cerah seperti masih pagi. Udaranya cukup dingin percis seperti di tempat tinggal ku sekarang. Tidak ada siapa pun kecuali gadis itu dan aku di sini. Aku pikir aku tidak terlihat karena dia sama sekali tidak berespon atau dia terlalu asik jadi tidak melihat ku.

Aku merasa agak familiar dengan tampat ini. Aromanya— entah bagaimana aku bisa merasakan bau orange blossoms, mawar, dan bau khas kayu yang lembab di sini.

Ketika ku pandangi gadis itu lebih jelas gadis itu mirip aku ketika umur ku tujuh tahun. Aku ingat betul Liliana menunjukkan album berisi foto-foto ku tapi tidak ada satu pun foto orang tua ku di sana.

Tidak lama aku melihat seorang anak laki-laki berlari dari belakang gadis itu dan memeluknya. Gadis itu tersenyum lalu di ganti dengan tawa yang tidak dapat ku dengar. Anak laki-laki itu mengatakan sesuatu lalu mengecup lembut pipi sang gadis. Wajahnya langsung merah padam dan di sambut senyuman kemudian gadis itu memeluk anak laki-laki itu erat.

Mereka berdua tampak bahagia. Saling mencintai ku pikir. Tapi agaknya kejadia itu tidak asing bagi ku. Tatapan mata mereka. Senyum mereka. Kedekatan mereka. Pernah ku lihat sebelumnya.

"Diangel sayang~"

Ku buka mataku. Mengerjap-ngerjap menyesuaikan cahaya dari kamar mewah yang ku tempati. Bayang-banyang aku melihat Hiroshi duduk di pinggir kasur. Dapat ku rasakan tangan dinginnya di pipi ku.

"Ayo bangun sayang. Ini hari pernikahan mu." Napasnya yang segar menyapu wajah ku. Seketika aku langsung sadar dan seluruh jiwa ku kembali.

"Pernikahan ku?" gumam ku. Suaraku agak serak mengingat apa yang terjadi kemarin.

Pembicaraan menegangkan tentang perjodohan ku yang di akhiri dengan kepergian Naoki tanpa sebab lalu hari ini hari H nya? Di mana kesibukan ketika mempersiapkan sebuah pernikahan? Di mana suasana menegangkan karena takut tak bisa mengatakan kalimat 'aku bersedia' dengan benar? Di mana semua kesenangan mempelai pria dan wanitanya?

Aku sungguh ingin merasakan semua itu ketika aku menikah. Tapi tidak ada satu pun persiapan yang biasa di lakukan menjelang pernikahan.

Aku bangun dari tidurku. Ku pandangi Hiroshi—bingung. "Tidak ada persiapan apa pun?"

"Tentu saja sudah. Semua sudah siap."

"Lalu Naoki bagaimana?"

"Demi Tuhan dia tampan sekali kau harus lihat dia," senyum mengembang di wajahnya menyuruh ku percaya semua ini.

"Ayo sayang cepat bersiap. Aku akan jadi wali mu. Kau harus cepat sebelum Naoki menghancurkan dasi yang susah payah ku buat."

Setelah aku mandi Hiroshi mengajak ku ke sebuah ruangan. Di sana ada Naho—juru masak rumah ini. Dan sebuah gaun pengantin putih sederhana dengan hiasan mutiara di bagian dadanya terpajang cantik di patung.

"Naho yang akan mendandanni mu selama aku bersiap. Sampai jumpa Dian-chan," Hiroshi pun berlalu.

Naho membantu ku mengenakan gaun. Bawahnya di buat panjang menjuntai ke lantai membuat ku sulit berjalan. Kemudian mempersilahkan aku duduk di depan meja rias.

Dia menyisir lembut rambut ku mengepangnya sedikit di bagian atas sampai samping dan membiarkan sisanya tergerai. Setelah semuanya rapi Naho memberi tiara kecil di atas rambut ku lalu beralih memberi sedikit make up di. wajah ku.

"Selesai. Kau cantik sekali nona. Tuan Naoki pasti langsung jatuh cinta pada mu," puji Naho sambil melihat ku di cermin.

"Trims. Tapi kau terlalu berlebihan memujiku."

"Tidak aku serius kau sangat cantik."











TBC



7/4/14

Serenade of the Immortals [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang