#12 You part 1

466 18 0
                                    

Hampir dua minggu setelah mimpi buruk itu, akhirnya aku bisa tidur nyenyak. Aku tidak perlu berusaha keras untuk tidur, karena sebentar saja aku berbaring aku sudah langsung tertidur. Sempat beberapa kali aku yakin aku tertidur di sofa di ruang tengah lantai dasar. Ketika aku bangun aku sudah ada di kamarku.

Aku sempat bertanya pada Hiroshi apa dia yang memindahkanku ke kamarku, tapi dia bilang dia bahkan tidak melihatku tidur di sofa. Aku sempat tidak percaya, tapi setengah dari wajahnya memang tidak tau dan setengahnya lagi ada ekspresi aneh yang tidak ku menengerti.

Aku terlalu takut untuk bertanya pada anggota keluarga yang lain tak terkecuali Naoki. Aku bahkan paling takut bicara dengannya. Aku takut salah mengatakan sesuatu yang membuatnya marah. Itu akan sangat buruk.

Di garasi Hiroshi melambai padaku; aku menghampirinya. Kami semua selalu berangkat sekolah bersama sampai saat ni. Yeah kecuali Naoki. Aku benar-benar kecewa dia tidak ada. Dia menghindariku. Ya jelas dia menghindariku.

"Yo whats up, girl?" Hirosi kembali mengangkat tangannya, aku tidak membalasnya. Mood ku sedang jelek untuk bercanda dengannya.

"Sayang, ada apa? Apa Naoki menyakiti mu?" suaranya terdengar khawatir. Tapi aku tidak yakin. Aku tidak yakin dengan masalah ku.

"Bukan soal Naoki," aku berusaha, tapi suaraku terdengar putus asa.

Ku lepaskan tangan Hiroshi di pundakku, dan sedikit mendorongnya. Hiroshi mempersilahkanku masuk ke limosin hitam yang selalu mengantar dan menjemputku lalu duduk di sampingku. Disana ada Kaede, Akira, dan Yasuo yang duduk di temat biasa. Sekali lagi tanpa Naoki hari ini.

"Dian sayang, pulang sekolah nanti mau pergi ke kedai es krim yang waktu itu bersamaku? Aku berjanji menemanimmu,kan?"

Aku ingat janjiya. Tanggannya yang dingin menyentung pinggangku. Aku terkesiap.

"Tentu, dengan senang hati," kurapatkan dudukku.

***

Kami berhenti di depan kedai es cream, setelah kami turun limosin pergi begitu saja meninggalkan kami. Hiroshi menggandengku masuk; aku memilih bangku di dekat jendela yang langsung menghadap ke jalan raya.

Sikap Hiroshi akhir-akhir ini manis sekali. Aku mungkin bisa jatuh cinta padanya kalau saja aku tidak bertemu Naoki sebelumnya. Dia memperlakukankku dengan baik. Bertanya apakah aku sudah makan atau belum. Menanyakan kabarku. Dan selalu tau setiap perubahan ekspresiku yang tiba-tiba.

Hiroshi menarik kursi untukku kemudian duduk di depanku. Seorang pelayan wanita menghampiri kami. Sejak awal kami masuk wanita ini terus memperhatikan Hirosi, matanya sesekali mencuri perhatian Hiroshi namun dia mengabaikannya.

"Kalian ingin pesan apa?" dia memberikan buku menu tanpa mengalihkan pandangannya dari Hiroshi sedangkan Hiroshi terus menatapku.

"Berikan menu itu padanya," Hiroshi mendesah dan memberikan sedikit senyuman padanya. Hidung wanita itu megap-megap.

Wanita itu memberikan menu yang lain padaku; aku membuka halaman pelan-pelan. Menunya lucu semua ada yang berbentuk tokoh kartun, ada yang isinya kebanyakkan buah dalam satu mangkuk, sampai es cream yang beratnya dua kilo.

"Sayang, apa yang ingin kau pesan?" ku geser mataku sedikit ke arah Hiroshi dan ku tebak wanita itu iri. Dan YUP aku benar dia iri besar. Wajahnya memerah dan dia semakin tidak suka melihatkku berada di sini.

Ku ingatkan pada diri sendiri untuk tidak datang ke mari bersama Hiroshi, kalau tidak aku tidak dapat menikmati lelehan es cream di mulutku dan sensasi dinginnya yang membuat seluruh tubuhku membeku.

"Aku ingin bubble panda dan macha latte. Kau mau apa?" ku pilih yang berbentuk kepala panda di gambar bentuknya lucu ada mata dan hidungnya tapi aku tidak tau apa yang ada di bawah kepala panda itu.

"Waffle dengan boubble es cream," sekali lagi Hiroshi menggoda wanita itu dengan senyumannya. Mungkin seluruh keluarga Carnegie punya pesona luar bisa yang dapat memikat seluruh wanita di alam semesta ini, pikirku.

"Baiklah saya ulang pesanannya, bubble panda satu, macha latte satu, dan waffle dengan boubble es cream satu. Mau rasa vanilla atau coklat?"

"Vanilla saja. Oh dan beritahu owner mu aku salah satu keluarga Carnegie, dia akan mengerti pesananku yang lain, dan bilang aku ingin dua okay, sayang."

Wanita itu lansung terkena seranggan jantung oleh perkataan Hiroshi. Nota yang di genggamnya hampir jatuh mengenaiku; wajahnya merah padam. Aku pernah seperti itu sebelumnya dan bahkan sampai sekarang aku masih belum terbiasa oleh sikap manisnya itu.

"Baik saya segera kembali," wanita itu meninggalkan kami. Dia berbicara sebentar dengan seorang gadis yang lebih muda darinya lalu kembali memperhatikan Hiroshi.

"Apa kau tidak merasa keberatan olehnya? Dari tadi ku lihat dia memperhatikanmu," Hiroshi menarik tangan kananku; meremasnya pelan.

"Tidak sama sekali, memangnya kenapa? Apa kau terganggu? Kalau iya aku bisa bilang padanya untuk tidak memperhatikanku," matanya terus menatap mataku dalam tidak mengalihkannya sedetikpun.

"Jujur aku agak risih aku tidak suka seseorang terus mengamati orang yang sedang bersamaku, aku merasa dia menguntitku."

"Aku akan bilang kalau kau tidak suka, ok."

"Kurasa tidak perlu, itu akan menyakitkan. Biarkan saja dia puas melihatmu toh kamu tidak akan datang ke sini lagi, kan?"

"Kenapa berpikir begitu? Kau pikir aku tidak bisa datang kemari lagi untuk bertemu dengannya?" tangannya yang dingin kembali meremas jemariku kali ini menariknya lebih dekat.

"Tidak. Aku hanya berpikir kau terlalu sibuk untuk menggodanya lagi."

"Kau ini lucu. Aku memang sedang sibuk mencuri hati seorang gadis yang sudah menikah dan aku ingin sekali dia mencintaiku, tapi aku sadar cintanya bukan untukku," dia tersenyum di paksakan.

Aku sadar siapa gadis itu. Yang dia maksud itu aku. Kata-katanya menusuk hatiku; aku menunduk. Kalau ada yang tanya apakah Hiroshi berhasil mencuri hatiku jawabannya ya. Aku benar-benar jatuh cinta olehnya sudah lama sekali. Sejak aku bertemu dengannya di ruang tengah mansion aku sudah tertarik padanya tapi entah kenapa aku tidak mencintainya. Tidak sebuah cinta yang benar-benar cinta seperti itu.












TBC

08/21/17

Serenade of the Immortals [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang