#17 Prom night

433 20 12
                                    


Aku turun dari mobil sendirian, diantar Mr. kawamori sampai di sekolah yang penuh akan masalah ketika akan berangkat. Belum lagi satu setengah jam yang lalu sisi baik dan jahat diri ku berperang. Di satu sisi aku tidak ingin pergi ke pesta sekolah di sisi lain Naoki menungguku. Akhirnya ku putuskan untuk pergi dan satu masalah selesai.

Masalah lainnya aku lupa apa tema pesta tahun ini dan aku menghabiskan waktuku percuma untuk mencari kartu undangan yang akhirnya ku temukan di bawah kolong kasurku. Aku benar-benar panic membacanya, aku belum membeli satu pun gaun dan apa yang akan aku kenakan? Baju tidur? Yang benar saja.

Ku bongkar lemari pakaianku, aku tidak pernah menyadari ada banyak gaun di lemariku. Bukan sebagian gaun dari barang-barang yang aku bawa. Tapi itu milikku. Aku bisa menggunakannya.

Aku kembali di liputi masalah. Kali ini sekolah mengadakan pesta topeng dengan tema pakaian ala abad Victoria dan aku tidak tau mana gaun yang cocok ku kenakan.

Naho menghampiriku dan membantu memilih gaun yang bagus. Gaun berwarna peach satin dengan banyak pita dan renda serta kain yang berlapis-lapis. Aku sadar sekarang sudah pukul tujuh dan acara sudah di mulai. Naho membantu menata rambut dan riasan wajahku. Aku buru-buru mengenakan sepatu bots selutut dengan tinggi tujuh sentimeter dan berlari menuju garasi.

Mr. kawamori mengemudikan mobil dengan cepat. Untungnya jalanan kosong, kami melaju secepat yang kami bisa. Jarum jam di speedometer menunjuk ke angka terakhir. Kami sampai tepat pukul setengah delapan. Aku berlari mencari ruangan tempat pelaksanaan pesta.

Masalah tidak berhenti sampai di situ. Aku lupa membawa topeng yang diberikan Naho tadi. Ketika aku sampai di depan ruangan,, aku bertemu beberapa panitia yang semuanya adalah anggota senior. Mereka tersenyum padaku dan aku bilang aku lupa membawa topengku. Salah satu dari mereka memberikanku sebuah topeng yang sewarna dengan pita-pita di gaunku, buru-buru aku menelipkannya di antara rambutku.

Aku berdiri di pojok ruangan sendirian. Tidak ada yang ku kenal di sini. Tidak yakin menunggu siapa. Aku tidak bisa mencari Naoki atau Carnegie bersaudara atau bahkan Kuhn. Terlalu banyak orang dan mereka semua mengenakan topeng. Tapi aku tidak yakin apa semua yang ada di sini manusia.

Aku mengamati sekeliling. Tidak semua orang berdansa. Ada yang asik makan dan minum di samping. Ada juga yang asik mengobrol berganti-ganti pasangan. Mataku mencari sosok Naoki, dia bilang dia menungguku di pesta tapi dia tidak menghampiriku. Aku berpikir mungkin dia sulit mencari seorang sepertiku diantara ratusan orang-orang ini. Tapi aku ingat Naoki bisa mencium aroma darahku. Dia seharusnya tau dimana aku.

Setelah lama menunggu, seorang pria berjas biru tua menghampiriku. "Selamat malam Miss. Gileason." Aku tau suara dan nada bicaranya. Itu Kuhn.

"Malam. Kuhn?" dia mengangguk.

"Shall we dance Miss. Gileason?" suaranya lembut menggoda. Kuhn menjulurkan tangannya, aku menerimanya. "Yes, we shall Mr. Schiff."

Kuhn membawaku ke ballroom. Lagu baru, baru saja mulai. Aku bersyukur aku pernah mengikuti kelas tari waktu umurku dua belas. Waktu itu aku tidak peduli dengan ballet atau tarian lainnya, dan aku sering bolos kelas. Ternyata itu membantuku sekarang.

Tangan Kuhn menyentuh pinggang dan menggenggam tanganku. Sebelah tanganku yang lain di pundaknya. Kami mulai berdansa mengikuti irama musik.

"Tadi kamu sendirian. Dimana pacarmu, Naoki?" matanya terus menatapku. Ini pertama kalinya aku melihat mmatanya begitu bersinar.

"Aku tidak bisa menemukannya."

"Kamu tidak bawa phone cell?" aku merogoh saku. Ingat tidak ada saku di gaunku. Aku lupa membawanya.

Serenade of the Immortals [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang